Part 54

22 0 0
                                    

Jauh namun bukan berarti tidak bisa saling terhubung

Jarak mungkin terbentang, namun doa bisa senantiasa menjadi penghubung.

Rasa yang ada masih bisa menjadi pengikat dua hati tatkala saling berjauhan

****

Menempuh pendidikan bukan perkara yang mudah. Rasa sakit dan peluh terus tertuang pada cawan yang tersedia. Banyak perngorbanan yang tercurah mulai dari waktu, tenaga, hingga mental yang sudah tentu harus kuat. Syafira dan Daffa saling berjuang di negara terpisah. Dan jangan pikir bahwa mereka akan saling menghubugi satu sama lain walau hanya sekedar bertanya kabar.

Terlepas dari bentangan jarak, hal yang paling mendominasi adalah perbedaan waktu yakni 12 jam sehingga mereka harus menerima jika akan sulit saling memberi kabar. Selain itu, Syafira yang sangat disibukkan dengan praktik dan juga berbagai tugas seakan menuntutnya untuk jarang menyentuh benda pipih itu.

Bukan hanya kepada Daffa, tapi Syafira juga terbilang jarang memberi kabar kepada keluarganya. Keluarga hanya akan mengetahui kondisi Syafira jika salah satu dari mereka yang terlebih dahulu menghubungi gadis manis itu. Perwira adalah orang yang bisa dibilang hampir setiap hari menghubungi adiknya. Bak kata orang, ketika saling berdekatan akan sering memperdebatkan hal-hal kecil namun ketika sudah berjauhan akan saling merindu.

Perwira juga sering memberikan motifasi serta candaan kecil ketika menemani Syafira menyelesaikan laporan praktikum dan juga hal lainnya.

“Jadi gimana? Kapan mau balik ke Bandung?” ujar Perwira dari seberang sana melalui videocall.

“Belum tau bang, ini masih banyak tugas. Memang bulan depan libur sih tapi kayaknya Fira bakalan liburan disini aja deh. Capek juga kalau harus balik ke Indonesia. Mau menjelajahi Turki dulu.”

“Heh bocah, emangnya gak rindu apa sama abang?”

“Rindu sih, tapi masa udah hampir 2 tahun Fira disini tapi enggak pernah keliling Turki, kan gak lucu.”

“Iya juga sih, enggak terasa ya  udah 2 tahun aja kamu jauh dari abang.”

Syafira yang paham betul dengan Perwira hanya mengangguk, lebih tepatnya menghindari bujukan Perwira untuk pulang ke Indonesia.

“Btw, udah ada ngehubungi Daffa belum?”

Seketika Syafira merasakan hawa yang berbeda. Wajah Daffa seakan muncul dihadapannya walau sejatinya tidak ada sama sekali. Syafira yang mendapatkan pertanyaan itu hanya bisa menggeleng pasrah. Tak bisa menutupi bahwa ia juga merindukan sosok pria itu.

“Kenapa enggak coba hubungi duluan sih?”

“Udah Fira coba beberapa kali, tapi enggak dapat balasan. Kalau pun dapat pasti selang beberapa hari. Kayaknya dia disana bener-bener sibuk, jadi wajar sih.”

“Kalian aneh yah, sama-sama sibuk sampai enggak bisa ngasih kabar. Jangankan kalian satu sama lain, ke keluarga aja jarang. Aneh sungguh aneh.”

“Udahlah, biarkan kami saat ini sibuk dengan kuliah dulu. Toh nanti kalau jodoh pasti bertemu.”

“Iya deh terserah. Pokoknya awas aja kalau sampai Fira menetap disana ya.”

Syafira sedikit melirik ponselnya kemudian kembali fokus pada laptopnya, “Emangnya kenapa sih bang? Abang udah mau nikah emangnya?”.

“Iya, makanya siap coast pulang.”

Sahabat Dan Cinta [END] ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang