Part 39

311 18 4
                                    

Selamat membaca
*****

Pagi menjelang dan itu artinya semua aktivitas harus kembali di mulai. Begitu pun dengan keempat orang bersahabat yang sudah siap untuk melaksanakan semua aktivitas dengan senyuman. Daffa yang dari tadi pagi sudah benar-benar siap karna memang ini sangat ditunggu-tunggu baginnya. Sangkin tidak sabarnya untuk berangkat, Daffa bahkan tidak sarapan dan itu membuat Mamanya sedikit keheranan.

Syafira yang sedari tadi sudah siap dan kini malangkahkan kakinya menuju ruang makan, ternyata bukan hanya Daffa yang terlalu bersemangat tapi juga Syafira. Dimana selama menuruni anak tangga ia selalu bersenandung dan terus mengukir senyum yang sangat manis, yang kini tanpa ia sadari bahwa Kak Perwira sudah berada tepat dibelakangnya. Kak Perwira yang tidak mengetahui kondisi hati sang adik pun mulai bingung.

“Woy pagi-pagi udah senyam-senyum ngak jelas gini. Kemarin aja kayak enggak ada semangatnya, nah hari ini bersemangat banget sih. Udah cepetan, kakak udah lapar.” Ocehan dari Kak Perwira tidaklah terlalu di tanggapi oleh Syafira.

Dan begitu sampai di meja makan, semua orang sarapan bersama, tak perlu waktu lama Kak Perwira dan Syafira sudah selesai dan mulai pamit kepada Abi dan Umi untuk berangkat demi menempuh pendidikan.

“Kita berangkat Bi, Mi. Assalamualaikum”

“Iya, hati-hatiyah Perwira bawa mobilnya. Waalaikumsalam” sahut Umi lengkap dengan nasehat di awal pagi.

Mereka pun memasuki mobil dan kini mobil milik Kak perwiar pun melaju menuju sekolah Syafiira, namun tetap seperti tadi. Syfaira yang selalu mengukir senyum membuat kakaknya ini semakin penasaran.

“Fira kamu kenapa sih?” tanya Kak Perwira sambil menempelkan tangannya di jidat Syafira yang kemudian langsung di tepis oleh Syafira.

“Kamu enggak sakit tapi kenapa dari tadi senyum-senyum sendiri?”pernyataan dari Kak Perwira sedikit membuat Syafira mengerutkan keningnya.

“Ih kakak tu yah, emangnya adiknya ini lagi stress apa? Enak aja.”

“Lah jadi kenapa senyum-senyum ngak jelas gitu?”

“Emangnya kalo senyum itu harus ada penyebabnya yah? Lagian kalo Fira cemberut salah, senyum salah terus Fira harus gimana dong.” Pertanyaan dari Syafira itu seakan membuat Kak Perwira menjadi tersangkah dalam hal ini.

“Ya udah maaf deh, tapi kalo boleh tau lagi ada berita apa nih makanya seneng banget?” beginilah Kak Perwira yang selalu saja penasaran dengan kondisi hati sang adik.

“Kepo” satu kata namun mewakili ketidaksukaan Syafira yang selalu di kepo-in oleh sang kakak.

Karena kata-kata itu sudah keluar dari mulut Syafira, maka itu artinya Kak Perwira tidak boleh bertanya lebih lagi melainkan harus diam. Ada sedikit kesenangan di hati Syafira begitu melihat kakaknya itu terdiam layaknya seorang anak yang di marahi oleh ibunya. 

Syafira masih saja terus tersenyum kegirangan bahkan ketika mobil ini berhenti tepat di depan sekolahnya, lain hal dengan Kak Perwira yang masih tetap pada posisi diamnya. Yang kini Syafira menatap kearah Kak Perwira dengan maksud sedikit ingin menjahili.

“Napa? Mau ngejek?” kaget karena pertanyaan Kak Perwira, akhirnya Syafira mengurungkan niatnya dan malah melemparkan senyuman tanda menyerah.

“Kakak ini tau aja” ujar Syafira denga cengirannya.

“Ya udah sana masuk, nanti telat malah kakak lagi yang di salahin.”  Ujar Kak Perwira yang mulai kesal.

“Iya deh, ya udah dah kakak. Jangan marah lagi ya”

Sahabat Dan Cinta [END] ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang