Waktu akan selalu berjalan,
Takdir pun akan selalu mengikuti alur dari Sang Pencipta.
Usia memang dilambangkan dengan angka,
Namun usia akan menuntut kehendaknya.
****
Tidak pernah mengingkari perkataannya, Daffa pun menemui Abi dan Umi seminggu setelah pernikahan Perwira. Namun belum membawa kedua orang tuanya, Daffa mencoba menghadap Abi seorang diri. Menyatakan niatan baiknya dengan Syafira.
Abi yang mendengar itu tentu saja senang. Orang tua mana yang tak bahagia ketika anaknya sudah menemukan masa depannya. Walau ada sedikit rasa takut dan sedih, namun Abi mencoba berpikiran terbuka.
Daffa pun mendapatkan restu, namun Abi meminta untuk mengulur waktu sedikit karena acara Perwira yang baru salah selesai.
“Abi sih setuju Fa, tapi mending kita ulur dulu waktunya ya? Gak enak kalau buat acara nikahan lagi padahal Perwira baru selesai. Lagian Syafira baru pulang dari Turki, masa udah mau kamu ambil aja sih?” ujar Abi sedikit mendramatasi.
Daffa sedikit terkekeh, “Tapi nanti Syafira nya balik lagi ke Turki gimana dong bi?”
“Gak bakal, udah kamu tenang aja. Abi gak bakal izinin putri Abi satu-satunya balik ke sana. Masa 6 tahun disana gak cukup sih, kan Abi mau deket juga sebelum kalian nikah.”
“Iya sih bi, jangan kasih izin. Nanti disana diambil orang lagi,” adu Daffa dengan sewot.
Sedangkan Umi yang mendengar dari dapur hanya bisa tertawa kecil. Melihat dua pria yang sangat menyayangi purti kecilnya itu. Lalu Syafira yang baru pulang dari Rumah Sakit tempatnya bekerja langsung masuk ke dalam rumah.
“Assalamualaikum, Fira pulang.”
“Waalaikumsalam,” sahut ketiga orang tersebut.
Syafira lekas menyalam Abi dan Umi yang kebetulan baru datang dari dapur. Lalu manik mata Syafira melihat Daffa seakan memberi pertanyaan kenapa ia bisa ada disini.
“Kenapa? Gak boleh aku datang ke sini?”
“Boleh aja sih, tapi emangnya ada urusan apa sama Abi? Urusan kantor gitu?” tanya Syafira.
“Rahasia. Kamu gak perlu tau, nanti ada saatnya kamu tau,” pungkas Daffa kemudian mengejek Syafira.
Namun bukannya menjawab dengan perkataan, Syafira dengan entengnya melemparkan bantal kursi tepat mengenai wajah Daffa.
“Nyebelin,” pungkas Syafira kemudian berlalu menaiki anak tangga.
Abi dan Umi hanya bisa tersenyum.
“Putriku sudah besar, sudah waktunya aku melepasnya kepada lelaki yang menjadi pilihannya,”
Setelah berbincang cukup lama, jam pun menunjukkan waktu makan malam. Semua orang di rumah itu pun sudah duduk di meja makan. Daffa ikut bergabung karena permintaan Umi. Sedangkan Perwira dan istrinya sudah sejak menikah tinggal di rumah yang dibeli oleh Perwira sendiri.
Makan malam berlangsung dengan senyap yang terdengar hanyalah dentingan sendok dan garpu dengan piring. Syafira duduk di kursi seberang Daffa. Setelah makan malam, Abi dan Daffa masih duduk di meja makan. Sedangkan Syafira membantu Umi untuk berkemas.
“Jadi sekarang kamu netap disini Fa?” tanya Abi sembari menyeruput teh yang dibuat Syafira.
“Iya bi, bakalan netap. Tapi mungkin sesekali balik ke Swiss untuk nge-handle perusahaan Daffa yang disana.”
KAMU SEDANG MEMBACA
Sahabat Dan Cinta [END] ✔️
Ficção AdolescenteBagaimana jadinya jika dua insan yang di pertemukan melalui hubungan persahabatan... Tapi pada akhirnya harus di persatukan dalam perasaan saling mencintai lebih dari sekedar sahabat. "Dia slalu berada di sisiku kapan pun itu. Tapi apakah dia bisa t...