Takdir itu kuat,
Dan cinta itu pun kuat.Takdir akan membawa setiap tokoh ke benang merah kehidupan,
Dan cinta akan kembali kepada pemiliknya.Allah tau apa yang akan terjadi kedepannya bagi setiap hamba-Nya.
Dan para tokoh hanya perlu berjalan mengikuti alur yang sudah disediakan.****
Pagi menyambut tatkala kicauan merdu dari burung dilantunkan seiraman dengan hembusan angin. Mentari pun seakan tak ingin kalah dari angin, sedikit bersembunyi dibalik gumpalan awan namun masih memancarkan sinarnya demi menerangin bumi dan seisinya. Semua makluh hidup kembali menapaki jalan yang sudah diukirkan oleh Sang Pencipta. Begitupun dengan Syafira yang sudah berada di sekolah, sebelumnya ia juga dijemput oleh Daffa namun Daffa langsung menuju ruangan guru sesampainya di sekolah.
Syafira yang masih enggan beranjak dari hembusan angin malah memilih untuk duduk dibawah teduhnya pohon. Angin seakan menyambutnya dengan hangat. Mempersilahkan ia untuk menikmati masa yang mungkin kondisi alamnya bisa diulang tapi tidak dengan kondisi fisik, hati, dan suasanya sekolah seperti saat ini.
“Hei, kenapa ngelamun dari tadi?” tanya Daffa setelah menyelesaikan urusannya.
Syafira hanya menggeleng, bukan karena tidak tau tapi lebih tepatnya tidak ingin menjawab. Ia masih bingung apakah harus ikut menyatakan perasaannya atau memilih untuk memendam rasa yang ada. Segala kemungkinan muncul begitu saja didalam benaknya.
“Fa, aku mau minta pendapat boleh gak sih?”
Daffa yang ditanya pun hanya bisa mengangguk menandakan Syafira boleh bertanya.
“Kalau seandainya kamu diletakkan dalam dua pilih, kamu bakalan pilih yang mana dulu?”
Sempat bingung karena arah pertanyaan yang tidak jelas, namun Daffa mencoba menanggapi dengan santai, “Pilihan yang gimana dulu?”
Syafira langsung menarik napas panjang. Bingung mau memberikan contoh yang seperti apa serta bingung bagaimana memulainya tanpa Daffa curiga akan pertanyaannya.
“Kalau seandainya kamu dikasih pilihan antara milih tetap tinggal atau pergi, itu kamu gimana?”
Dan pertanyaan itu tanpa sadar berhasil mewakili dua perasaan dari dua insan yang sedang mencoba menata masa depannya masing-masing. Daffa dan Syafira adalah dua insan itu. Sunyi tak bersuara, hanya semilir angin yang memecah kesunyian di pagi ini.
“Kalau memang menurut kamu pergi itu yang terbaik, kenapa enggak? Lagian jika memang sesuatu yang ada disini itu ditakdirkan untukmu pasti mau kamu pergi sejauh apa pun ia akan tetap menjadi milikmu. Tapi kalau seandainya kamu memilih untuk menetap, tapi Allah pada akhirnya tidak menjadikan sesuatu itu sebagai milikmu yah gak bakalan jadi milikmu. Pahamkan maksudku?” jelas Daffa panjang lebar seakan mencoba memahami arah pembicaraan ini.
Syafira yang mendengar penjelasan Daffa hanya bisa mengangguk. Mencerna tiap kata dan tiap makna yang tersirat walau tak tersurat. Memahami dan mencoba memberi pengertian kepada hatinya agar mau mengikuti pilihan yang sudah ia tetapkan. Memberi ruang pada hati yang sebentar lagi akan merasakan rindu yang teramat sangat akan hal tersebut.
Hening dan sunyi senyap tak bersuara. Jikalah angin bisa bersuara maka mungkin saat ini hanya suara angin yang terdengar. Tidak ada kelas yang harus dihadiri lagi, hanya tinggal mengurus beberapa keperluan untuk memasuki jenjang perguruan tinggi. Daffa dengan tujuannya begitupun dengan Syafira. Tak satu pun mau mengatakan kemana tujuan mereka, entah apa dan kenapa namun itulah yang terjadi.
KAMU SEDANG MEMBACA
Sahabat Dan Cinta [END] ✔️
Fiksi RemajaBagaimana jadinya jika dua insan yang di pertemukan melalui hubungan persahabatan... Tapi pada akhirnya harus di persatukan dalam perasaan saling mencintai lebih dari sekedar sahabat. "Dia slalu berada di sisiku kapan pun itu. Tapi apakah dia bisa t...