Part 45

330 15 7
                                    

Terus mencoba membuatmu tersenyum merupakan kebahagiaan tersendiri untukku,
Walaupun itu tak begitu berarti bagimu.

Namun aku akan terus mencoba membuatmu tersenyum,
Walau pada saat bersamaan hatiku merasakan rasa perih yang mendalam

~Iqbal Ardiansyah Mahardika~

Selamat membaca
******


Hari terus berlanjut, dan sebentar lagi jadwal operasi akan segera dilaksanakan. Ada keinginan untuk mengatakan tentang penyakitnya pada Daffa namun ia urungkan ketika seorang gadis bernama Pricila datang menghampiri kehidupan Daffa.

Cemburu tentu ia, mengingat sekarang Daffa begitu berubah drastis. Bukan karena cuek tapi lebih karna kesibukan ia untuk mengurus semua keperluan tentang UN yang semakin dekat. Bukan hanya itu, Pricila yang di tempatkan satu kelas dengan Daffa membuat mereka semakin akrab. Sedangkan Syafira yang semakin hari semakin drop karena penyakit yang terus menggrogoti dirinya.

Hari ini adalah hari dimana ia akan mengatakan pada Daffa bahwa ia akan segera menjalani operasi. Syafira yang kini tengah berjalan menyusuri lorong menuju kelas Daffa pun mencoba terus tersenyum. Sesampainya di depan kelass Daffa, betapa terkejutnya Syafira ketika melihat Daffa tengah berbincang dengan Pricila.

"Hay Daffa,nanti pulang sekolah kita bareng yah. Aku ada perlu sesuatu sama kamu." Ajakan dari Pricila itu sama sekali tidak di tolak oleh Daffa.

Rasa sesak kembali menghampiri hatinya, sungguh ia sudah di ambang kecemburuan. Rasa cemburu sudah menutupi seluruh relung hatinya. Dan kini rasa cemburu itu telah bercampur dengan rasa sakit yang kambuh. Syafira terus saja mencoba memegangi dadanya yang terasa sakit. Tak kuasa melihat perbincangan mereka yang semakin akrab bahkan kini Pricila sudah duduk di samping Daffa membuat Syafira ingin segera pergi.

Namun langkahnya terhenti ketika mendapati Akbar yang berada tepat di belakangnya. Akbar yang melihat Syafira pun heran.

"Mau ketemu sama Daffa? Kenapa enggak masuk aja?" tanya Akbar yang tak paham akan kondisi Syafira.

"Enggak perlu Bar, aku enggak mau ganggu Daffa. Kayanya dia lagi sibuk banget deh, sampai-sampai dia ngak ngabarin udah hampir 5 hari. Aku titip salam aja yah sama dia." Ujar Syafira yang sudah tidak bisa menutupi rasa cemburunya.

Begitu mengutarakan hal itu pada Akbar, Syafira pun langsung berlalu meninggalkan kelas itu meuju kelasnya. Rasa sakit itu semakin menyiksanya, Syafira bahkan sudah tidak bisa menopang tubuhnya tapi ia juga tidak bisa roboh pada saat seperti ini.

Ia tidak mau semua orang tau bahwa ia sedang berjuangan melawan rasa sakit. Akbar yang sudah di tinggal pergi oleh Syafira pun memasuki kelas dan segera meenghampiri Daffa yang sekarang sudah duduk sendiri.

"Woi bro, gue mau nanyak."

"Nanyak apa?"

"Udah berapa hari lu ngak kasih kabar sama Syafira?" pertanyaan Akbar yang cukup membuat Daffa tersentak kaget.

"U...dah hampir 5 hari. Emangnya kenapa?"

"Lo tu yah, sibuk sama tugas untuk UN atau lo sibuk ama tu cewek baru?" kini pertanyaan itu begitu monohok.

"Yah gue sibuk sama UN lah, ngapain juga gue sibuk ama tu cewek." Ujar Daffa dengan cuek.

"Terus ngapain lo mau pulang bareng dia? Lo enggak sadar atau gimana sih? Si Syafira tadi tu berdiri di depan kelas sambil lihat lo becanda sama tu cewek." Ujar Akbar yang spontan membuat Daffa kaget.

"Lo ngak becandakan?" tanya Daffa mencoba memastikan.

"Ngapain juga gue becanda, dia tu tadi titip salam buat lo. Tau deh gue gimana nanti perasaan tu cewek. Kasian gue sama Syafira." ujar Akbar kemudian berlalu meninggalkan Daffa dengan tanda tanya besar di kepalanya.

Syafira yang kini sudah berada di depan kelasnya pun tak sanggup lagi untuk manahan rasa sakitnya. Tubuhnya roboh seketika, namun dengan sigap tangan seseorang berhasil menangkapnya dan membantu ia untuk masuk ke dalam kelas.

Iqbal pun memposisikan Syafira untuk duduk sedangkan ia memposisikan dirinnya berjongkok di hadapan Syafira.

"Syafira kamu kenapa sih? Kamu sakit apa? Atau aku panggilkan petugas UKS yah biar kamu cepat di tangani." Ujar Iqbal kemudian berdiri dan ingin segera menuju UKS, namun langkahnya terhenti ketika tangan Syafira mengisyaratkannya untuk tidak pergi.

"Enggak perlu Iqbal, kamu ambil aja obatku di tas." Pinta Syafira dengan nada yang liriih.

Iqbal yang mengerti akan permintaan Syafira pun bergegas untuk mengambilkan obatnya. Dan setelah mendapatkan obatnya, Iqbal pun memberikannya kepada Syafira. bukan hanya itu, ia juga membantu Syafira untuk meminum obat itu.

Setelah meminum obat itu, Syafira pun mulai merasa tenang dan kini ia sudah tidak terlalu merasakan sakit. Begitu melihat Syafira tenang, Iqbal yang sudah penasaran pun mencoba bertanya.

"Syafira sebenarnya kamu sakit apa? Aku janji enggak akan bilang sama siapa-siapa." Ujar Iqbal dengan wajah yang serius.

Syafira yang tak bisa menyembunyikannya dari Iqbal pun menarik nafas sebelum ia mulai menjawab.

"Aku menderita penyakit Anemia Aplastik, itu penyakit yang menyerang sumsum tulang belakang. Dan ini tu udah mencapai tahap paling akhir, maka dari itu dokter menyarankan aku untuk segera melakukan operasi." Jelas Syafira yang sedikit meneteskan air mata.

"Jadi kapan operasinya di lakukan?"

"Insya Allah kalau enggak ada halangan sekitar 3 hari lagi."

Iqbal yang mendengar jawaban dari Syafira itu seakan merasakan apa yang di rasakan oleh gadi di hadapannya ini. Sungguh ia tak bisa menyembunyikan rasa khawatirnya terhadap kesehatan gadis yang selama ini ia cintai. Namun Iqbal tau bahwa ia tak punya hak untuk terlalu khawatir karena bagi Syafira ia hanyalah seorang teman tak lebih.

"Bagus dong, semakin cepat kamu operasi maka itu artinya semakin cepat kamu sembuh, lagiankan ini bukan kayak penyakit yang bisa mematikan. Kamu cuman butuh operasi terus kamu sembuh." Ujar Iqbal mencoba memberi semangat untuk Syafira.

"Iya memang, aku bisa sembuh tapi apa aku harus bilang sama Daffa kalo aku sakit? Sedangakan dia lagi sibuk sama cewek yang baru masuk kemarin tu, hah lucu yah kenapa coba aku kayak ngerasa cemburu? Aku kan bukan siapa-siapanya, dan aku ngak punya hak untuk marah atau pun ngelarang dia buat deket sama cewek mana pun." Perkataan yang keluar begitu saja dari Syafira membuat Iqbal begitu kecewa dengan Daffa.

Bagi Iqbal, ia sudah cukup untuk mengalah pada Daffa tapi fakta yang di beberkan oleh Syafira membuat Iqbal tidak ingin mengalah lagi.

"Udahlah ngapain kamu mikirin si Daffa, mending tu yah untuk saat ini kamu mikirin kesehatan kamu. Nanti juga kalau udah sehat pasti bisa beraktifitas lagi dan bisa marah deh sama dia, ya kan?" seakan tanpa beban, Iqbal mecoba menasehati Syafira dan juga memberi semangat tapi di dalam hatinya ia begitu merasakan perih yang teramat dalam.

Syafira yang merasa mendapatkan energi kembali pun berusaha tersenyum, wajahnya yang semula murung kini kembali menampilkan senyum yang begitu indah. Senyum yang selalu menjadi pemanis wajahnya, senyum yang begitu meneduhkan hati setiap orang yang melihatnya. Senyuma yang mampu membuat Iqbal menjatuhkan hatinya pada gadis ini dan sudah berjanji bahwa akan terus menjaga serta membuat Syafira tersenyum walaupun pada hakikatnya ia hanya dianggap sebagai seoranng teman.

******
Gimana nih lanjutan partnya???
Semoga menyenangkan yah.

Jangan lupa untuk terus vote ataupun komen sekedar untuk meninggalkan jejak kalian yah....

Salam hangat dari
Author

Update, 12 November 2018
Pukul 19.20

Sahabat Dan Cinta [END] ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang