06

2.7K 103 0
                                    

Aldhen Nofian Baracandra

***


Mereka turun di sebuah toko buku terkenal di Jakarta. Sisil dibuat bingung dengan kelakuan Fian kali ini.

“Dhen..” Setelah turun dari motor Fian, kata pertama yang muncul adalah kata yang aneh menurut Fian.

“Dhen?” tanya Fian datar dengan mengangkat salah satu alisnya

“iya. Aldhen kan nama lo?.” Sekarang ganti Sisil yang menaikkan alisnya

“oh gue kira apa. Lagian aneh lo panggil gitu ke gue” ucapnya sambil membenarkan posisi duduknya diatas motor gedhe, dan sekarang mereka sedang berhadapan di depan toko buku itu.

Fian yang duduk di atas motor sambil melonjorkan kakinya, dan Sisil yang berdiri tepat di depan Fian.
“btw kenapa lo manggil gue gitu?.” Lanjutnya

“karna gue gak mau kalo manggil nama belakang elo ‘yan’ , ntar pas lidah gue kesleo bisa-bisa kebablasan bilang ‘yang’ lagi !” jelas Sisil sambil menatap Fian yang sedikit tersenyum miring saat mendengar nya ngomong gitu.

“elaahh.. gapapa lagi, gue iklas lo panggil ‘yang’” sambil mengalungkan tangannya di pundak Sisil, dan menatapnya serius

Woey.. jantung gue loncat-loncat nih. Tolong ambilin napa! Biar gak singgah di hatinya Aldhen
Gumam Sisil dalam hatinya.

“itu mah kesukaan elo!” Sisil menatap kesembarang arah.

“eh Sil, lagipula yaa.. gak ada tuh yang namanya lidah kesleo!.” Ucap Fian dengan tangan yang masih diatas pundak Sisil

“ya gatau lah, ada paling. Hehe” Sisil kemudian meninggalkan Fian yang masih dalam lamunannya menatap Sisil yang sudah masuk dalam toko buku.

“lahh.. gue ditinggal” gumam Fian yang sudah tidak bisa di dengar oleh Sisil.

****

“lo pilih novel yang lo suka, sepuas lo. Buat ganti novel yang gue jatuhin kemarin” Sisil kaget dengan pernyataan Fian yang mengingat kata-kata nya kemarin.

“beneran? Gue boleh ambil 2?” senyu

“iya. Lo ambil berapapun yang lo mau!” ucapnya sambil mengacak pelan rambut Sisil

“lo yang bayar kan?.” Kali ini Sisil menghadap Fian yang ada di sampingnya dengan eye puppy miliknya

“hm. Cepet keburu magrib, udah jam setengah 5 soalnya” jawab Fian

“iya iya” Sisil langsung pergi meninggalkan Fian dan memilih buku yang sudah ia pengen sejak dulu kala. Tapi belum bisa beli, soalnya harganya mahal. Hehe

Setelah 5 menit Sisil mengelilingi rak novel itu, akhirnya buku yang ia cari ketemu juga.
“aha! Ketemu juga lo akhirnya” dipegangnya sebuah buku yang tebalnya sekitar 993 halaman termasuk sampul dan daftar isi. Ia lalu menghampiri Fian yang sedang asik memainkan smartphone nya. “Dhen, gue udah selesai !”

“cepet banget” Fian menatap Sisil heran

“kan tadi katanya suruh cepet, ya gue cepet dong!” ucapnya bangga

“itu tadi katanya mau ngambil beberapa novel, kok sekarang Cuma bawa 1 aja?.” Tanya nya sambil menaikkan salah satu alisnya

“ini emang satu novel, tapi harganya bagaikan beli 50 novel sekaligus” jawab Sisil sambil merebahkan tangannya

“oo.. ya udah ayok ke kasir” Fian lalu menarik pelan tangan Sisil menuju area pembayaran.

Demi ubur-ubur yang ada di bikini bottom, Cuma di jawab ‘oo’ gitu aja?  Seberapa tajir sih  lo Dhen? Ampe segitu nya bayarin novel mahal yang gue mau ini!
Ocehan Sisil dalam batin nya.

Setelah selesai membayar novel itu, mereka langsung menuju parkiran dan melaju ke arah rumah Sisil. Disepanjang perjalanan, Sisil terus saja mengambangkan senyum di pipi manisnya itu, ia tak pernah menyangka bahwa ia sudah punya novel yang harganya selangit itu. Bener kata bunda, dia baik! – Sisil

Akhirnya mereka sampai di depan rumah Sisil,

“tadi tante bilang gue disuruh mampir bentar.” Fian

“bunda gue maksud lo?” tanya Sisil

“hm” jawabnya datar sambil melepas helm teropong miliknya

“yaudah ayok masuk!” ajak Sisil “makasih ya” lanjutnya sambil berjalan beriringan menuju pintu utama rumah bercat putih abu-abu tersebut.

“buat?” tanya Fian

“beliin novel buat gue” jawab Sisil sambil tersenyum manis

“iya, itung-itung ganti rugi buat novel yang gue jatuhin kemarin” jawab Fian datar.

Tok tok tok..
“assalammualaikum bunda” Sisil mengetuk pintu setelah sampai di depan pintu utama rumah tersebut.

“bundaa” Sisil kembali mengetuk pintu, dan ceklek  pintunya terbuka. Didepannya ada orang yang tersenyum manis menyambut mereka berdua sambil berkata “waalaikumsalam sayang”

“ayo masuk!” mereka berdua pun akhirnya masuk dan duduk di sofa ruang tamu di temani oleh bunda.

“oo jadi kamu yang nelfon bunda tadi ya?.” Tanya nya sambil menghadap ke Fian yang baru saja duduk di sofa

“i-iya tante” Fian menjawabnya dengan gugup namun begitu ia tetap tersenyum.

“gausah grogi gitu sama bunda. Anggap aja sama bunda kamu sendiri. Sil, ambilin puding di kulkas!.” –bunda

“hehe.. iya tan, gausah repot-repot tan, saya masih  kenyang kok!” kali ini Fian berbohong pada orang yang lebih tua darinya

“ya ampun, bunda tau kalo kamu lagi laper, makanya bunda sengaja siapin puding buat kamu. Satu lagi, jangan pangggil saya dengan sebutan ‘tante’ ya, pangggil ‘bunda’ aja!” jelas bunda Hanum

“apa? Kok gitu sih bun?” Sisil menlongo melihat bundanya yang bicara seperti itu pada temen barunya. Aneh, padahal kan baru kenal sama bunda-Sisil

“kamu ga boleh gitu Sil, dia kan bentar lagi jadi anak bunda juga” bunda mengerlingkan matanya ke arah Sisil. Fian dan Sisil dibuat sama kagetnya dengan pernyataan yang dibuat oleh bundanya.

“maksudnya tan? Eh.. maksud Fian, bunda” Fian agak canggung memanggil nya dengan sebutan ‘bunda’

“ntar kamu juga akan tau” ujar bunda. Dan Fian hanya mengangguk walaupun tidak paham apa yang dimaksudkan bunda itu.

Waktu terus berlalu, mereka menghabiskan 30menit untuk ngobrol dan membicarakan soal kehidupan Fian pada bunda Sisil itu. Dan pada akhirnya Fian pun pamit meninggalkan rumah megah itu dan melaju cepat menuju ke apartemen yang ia tempati.

Ya ampun, cerita nya gak nyambung ini😂
Pusing ane!

My Cold Prince♥️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang