35. OLAF 🥕

1.3K 53 2
                                    

"kenapa Lo gak cerita kalo Aldhen sakit?"

Azka tersentak kaget. Bagaimana Sisil tau?
"Gue-"

"Apa!!" Mata Sisil memerah murka, nafasnya memburu tidak teratur.

Sisil berjalan mendekat, Azka mundur seiring langkah kaki Sisil.
"Lo tau tapi gak cerita sama gue.." Lirih Sisil

"Itu-itu.. soalnya Fian-" jawab Azka seadanya.

"Apa! Apa! Lo mau bohong lagi sama gue?! Lo itu sahabat gue Az.." tangan mungil Sisil memukul pelan dada Azka, buliran bening perlahan keluar dari ujung mata Sisil.
"Lo tau kan.. gue sayang sama Aldhen.. Lo tau kan Az.. kenapa Lo bohong sama guee.." lanjut Sisil yg sudah sesegukan.

Tangan Azka terulur menyentuh pundak Sisil yg bergetar hebat, ia menuntun Sisil duduk di atas king size bed kamar nya.
"Fian ngelarang gue cerita ke Lo Sil.." jelas Azka pelan-pelan

Mata sembab Sisil menatap Azka lekat, seolah bertanya 'kenapa?' . Tanpa ba bi bu, Azka menjawabnya
"Dia takut Lo kecewa, terus Lo menjauh."

"Lo tau kan itu bukan sifat gue.." lirih Sisil

"Gue tau Sil."

"Terus kenapa Lo gak cerita sama gue.."

"Fian ngelarang gue Sil" Sisil mendongak, menatap Azka,

kenapa Azka mengulang kembali kalimat nya?

"Semenjak Fian kenal Lo, dia jadi sering check up dan kemo di rumah sakit bokap Lo. Dia jadi semangat sembuh, minum obat nya rutin, perkembangan nya semakin baik.."

"Pernah satu ketika dia bilang kalo Lo adalah obat dari penyakitnya, dan karena Lo dia jadi semangat sembuh."

"Gue seneng bisa lihat Fian kembali seperti 6 tahun lalu, sebelum dia didiagnosa menderita kanker darah. Makanya gue, Iky, sama Sistine udah berkomitmen gak bakal cerita apapun tentang penyakitnya ke Lo."

"Lo adalah alasan kenapa Fian sampe sesemangat ini ngejalanin hidup."

Air mata Sisil mengalir semakin deras. Pundaknya bergetar hebat.

"Fian yg sekarang Lo liat itu bukan Fian yg dulu. Semangat hidup Fian semakin hari semakin melemah, dia hampir gak mau sembuh. Sebelum kenal Lo, dia sudah memutuskan untuk tidak minum obat dan kemo.
Ia juga sudah siap jika secara mendadak nyawanya akan kembali pada sang pencipta--"

"CUKUP!" Sisil sudah tidak sanggup mendengar penjelasan Azka tentang penyakit Fian. Telinga nya sudah panas.

"Maafin gue"

Menghela nafas panjang, dada Sisil semakin lama semakin sesak mendengar Azka menjelaskan tntg semuanya.
"Gueee.. gue harus gimanaa.." lirih Sisil.

"Lo hadap kebelakang sekarang. Dia nunggu Lo dari tadi"

Reflek Sisil menoleh ke arah pintu.

"Hai" sapa Fian sambil tersenyum manis.

Ia sedang bersender di ambang pintu, kedua tangannya dimasukkan ke dalam saku Jogger Adidas selutut yg ia pakai.

Tunggu tunggu..

Kedua alis Sisil menaut. Matanya menyipit tajam.
"Aldhen! Kok gak pake baju?!" Teriak Sisil sambil menutup kedua matanya.

Fian terkekeh pelan.
"Bajunya Lo duduk in"

Loh eh?

Sisil berdiri, menatap king size bed yg ia buat duduk bersama Azka. Matanya melotot parah, ternyata benar, kaos polos warna putih tergeletak tak berdaya di atas king size bed terlihat kusut.

Sisil mengangkat kaos putih itu dan membeber nya di depan Fian.
"Astagaaaa.. kaos nyaaa.."
"Gimana doongg"

"Gpp" Fian tersenyum

"Kusut gini Lo bilang gpp!"

"Iya gpp. Sini biar gue pake" Fian mengulurkan tangannya meraih kaos yg dibawa Sisil, Sisil menarik kaos nya kembali.

"Jangan!"

"Biar gue pake" Fian kembali meraih kaos nya, tapi lagi-lagi Sisil menarik nya.

"Gue bilang jangan ya jangan!" Ujar Sisil.

Azka berdehem. Sisil dan Fian menatap Azka.
"Emmm maaf sebelumnya. Mending gue pergi dari sini, silakan diselesaikan masalah rumah tangganya. Permisiii..." ucapnya kemudian berjalan keluar kamar sambil terkekeh.

"Azka! Sialan Lo!" Reflek Sisil melempar kaos yg ia bawa ke arah Azka.

"Ya Allah.. kaos gue" gumam Fian yg mendapati kaos putih nya mendarat sempurna dalam tong sampah yg kebetulan terbuka.

"Astaghfirullah.. kaos Lo, masuk tong.." lirih Azka

***

"Hebat Lo bro" Azka menepuk nepuk pundak Fian bangga.

"Hebat gimana?"

"Hebat. Lo bisa bikin Sisil ketawa setelah nangis. Ia lupa kalo gue habis cerita tntg penyakit Lo."

"Oh" Fian mengangguk angguk

Ceklek..

"Nih kaosnya" Sisil menyerahkan paperbag kepada Fian.

Fian membukanya.
"Blue light kaos?"
Sisil mengangguk

"Hodie?" Sisil mengangguk lagi.

"Hodie nya kok gambar Olaf?" Tanya Fian setelah tau hodie blue light yg ia pegang ternyata bergambar sebuah makhluk salju yg cukup terkenal dengan nama Olaf.

"Soalnya gue suka Frozen" jawab Sisil mantab.

"Gak gambar nya ratu Elsa aja sekalian?"

"Enggak lah. Lo lebih mirip Olaf" Sisil terkekeh

"Maksudnya?"

"Iyaa.. Lo itu, gemes-gemes nyebelin kayak Olaf"

"Oh"

"Gitu doang refleknya?" Tanya Sisil heran

"Terus gimana?" Fian memakai kaos nya, kemudian hodie nya juga. Pas.

"Lo gak marah gue beli in hodie karakter kek gitu?"

"Gue gabisa marah sama Lo"

Kyaaaaa.. Sisil menunduk malu, pipinya mulai merona.

"Yampoonn.. AC nya mati kali yaa, panas banget disinii" Azka mengibas ngibaskan tangannya di depan wajahnya. Hawa baper mulai memenuhi ruangan.

"Lebay Lo" ucap Fian dan Sisil bersamaan.

"Cieee" Azka terkekeh geli.

Fian Sisil saling tatap, lalu mereka sama-sama tertawa.

Ceklek..

"Astajiiimmmm.. Lo jadi orang ke tiga Az??" Teriak Iky di ambang pintu

"Pale lo!"

Iky berjalan mendekat,
"Yg lain udah siap. Kalian udah prepare kan?" Tanya Iky.

"Iya udah kok. Kita pulang sekarang?" Tanya Sisil.

"Iya"

Azka mencangklong tas ransel nya. Sisil menggeret kopernya, di samping Sisil ada Fian yg hanya membawa sebuah tas kecil berisi ponsel, power Bank, charge, dan obatnya.

Mereka berjalan beriringan menuju pintu utama hotel yg mereka tempati selama 3 hari liburan. Akhirnya selesai juga liburan mereka.

***

Stay with my cold prince yaa❤️

TBC.

My Cold Prince♥️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang