42. AZKA MABUK

712 30 16
                                    

"sudah ketemu?"

"Sudah Yah. Sisil tinggal sama om Jaka"

"Syukurlah.."
"Motor yg dibawa Sisil gimana?"

"Sudah Jack urus Yah. Semuanya beres"

Dokter Seno mengangguk kan kepalanya dua kali.

Dua pria tinggi gagah yg memiliki wajah hampir sama itu berjalan beriringan menyusuri lorong rumah sakit. Sesekali mereka tersenyum menjawab sapaan para perawat dan suster yg tak sengaja berpapasan.

"Bunda gimana yah?"

"Kamu tau, ayah tidak bisa berbohong kepada bunda mu."

Jack menatap ayahnya. Dokter Seno balas menatap nya.
"Ayah juga tidak akan membiarkan mu berbohong, Jack" ucap dokter Seno lalu kembali menatap depan.

Jack terkesiap.
"Sisil yg paling di sayang bunda, Yah"

"Akan lebih baik jika bunda tau semuanya." Dokter Seno tersenyum.

"Baiklah, Yah.."

Jaka Prameswara adalah teman dekat dokter Seno yg jarang atau bahkan tidak pernah main ke rumah nya. Pria kaya itu dikenal dokter Seno sejak awal dibangun nya Deswantara Hospital cabang Jogjakarta. Jaka lah yg dengan senang hati menawarkan rumah nya untuk tempat tinggal Seno selama di Jogja.

Sebelumnya memang Sisil tidak pernah bertemu dengan Jaka. Karena memang Jaka orang yg sibuk dan serius dalam menjalankan bisnisnya.

"Ayah yg akan jelaskan semuanya kepada bunda." Ucap dokter Seno sembari membuka pintu mobil yg sudah terparkir di depan nya.

"Baik Yah."

"Ayah pulang dulu" dokter Seno masuk ke dalam mobil penumpang .

Tangan Jack terulur memegang pintu mobil.
"Hati-hati dijalan, Yah" ucap Jack lalu menutup pintu mobil.

Jack mundur perlahan. Klakson mobil berbunyi. Kaca mobil kemudi turun ke bawah.
"Duluan, mas" ucap seseorang dari dalam mobil kemudi

Jack tersenyum.
"Iya pak, hati-hati"

Jack mundur lagi. Mobil berjalan perlahan meninggalkan rumah sakit milik ayahnya.

"Dokter Jack.."

Kepala Jack berputar ke belakang.
"Iya?"

"Pasien Anjasmara sudah sadar."

"Saya akan segera kesana"

Suster baju putih mengangguk seraya menunduk. Jack menaiki satu per satu tangga teras rumah sakit. Tangan nya terulur membenahi baju tempur dokter nya. Jack berjalan menuju kamar Anjasmara diikuti suster baju putih tadi.

***

Di sisi lain ...

"Ini beneran cafe milik bang Deva?"

"Hm."

"Boleh aku gabung?" Sisil menatap pria jangkung dengan tato burung merak dililit ular di tangan nya.

"Tidak."

"Boleh yaaa..." Sisil menunjukkan puppy eyes milik nya. Sisil yakin puppy eyes nya ini akan membuat Deva lu-

"Tidak." Deva menatap Sisil sebentar, lalu menatap ke dalam cafe bar yg penuh orang dengan berbagai macam keringat dan ekspresi mabuk. Mata elang Deva mencari 2 sohibnya.
"Lang! Galang!" Panggil Deva pada pria jangkung kulit putih.

Pria yg merasa namanya di panggil pun menoleh. Alis kirinya terangkat.
"Sini!" Teriak Deva.

Galang berdiri dari duduk nya. Lalu melangkah gontai mendekati Deva dan Sisil.
"Ada apa?"
"Ini siapa? Oh gue tau, ini cewek yg Lo Ceritain tadi sore kan?" Tanya Galang.

"Hm. Udah Lo siapin semuanya?"

"Udah" Galang beralih menatap Sisil, lalu mengulurkan tangannya.
"Galang" ucap nya tanpa senyum.

Sisil termenung. Galang mengingat kan Sisil pada seseorang yg sampai saat ini masih berputar dipikiran nya. Hanya beda cara bicara nya saja. Mata coklat nya yg selalu menatap tajam.. Lekuk hidungnya.. rahang nya..

Galang memiringkan kepalanya, matanya menatap intens Sisil, lalu menatap Deva, alisnya terangkat sebelah.
"Dia kenapa?" Tanya Galang pada Deva.

Sisil berkedip dua kali. Kenapa memori tentang pria dingin yg meninggalkan nya itu kembali berputar?

Tidak. Ini tidak benar.

Kaki Sisil berjalan mundur 2 langkah. Ia menatap Galang sembari tersenyum. Lalu menatap Deva. Sisil tersenyum lagi.
"Aku mau pulang." Ucap Sisil.

"Kenapa? Gue udah siapin tempat buat Lo. Tapi kalo gak mau ya gapapa" Deva merogoh saku nya, mencari kunci mobil, dan bersiap mengantar adik barunya pulang.

"Tempat?"

"Hm"

"Tempat apa?" Sisil menatap Deva tanpa kedip.

"Tempat buat ngilangin semua beban yg lagi Lo pikirin sekarang."

"Bang Deva tau apa yg aku pikirin?"

"Mata lo gak bisa bohong"

Sisil tercekat. Matanya menyipit.
"Yaudah ayok" ajak nya

Deva menatap Galang. Galang memiringkan kepalanya.
"Minggir" ucap Deva lalu menerobos Galang yg ada di depan pintu masuk.

"Gak sopan!" Gumam Galang lalu membututi Deva dan Sisil menuju VVIP room yg disiapkan nya.

***

"Azka?!!" Pekik Sisil saat mengetahui seseorang yg sedang meneguk wine di hadapan nya.
"Lo minum?!!" Sisil berlari mendekati Azka yg meneguk wine nya sekali lagi.

Pria dingin itu menoleh. Dia tersenyum.
"Ini kali ke dua" ucapnya

"Lepasin gelasnya! Berhenti minum! Atau gue laporin Sistine!?" Sisil merampas gelas wine di tangan Azka dan melempar nya sembarangan.

Praaanngggg..

Mata elang Azka membulat sempurna. Ia menatap Sisil dan beling di lantai bergantian.
"Lo gila ya?"

"Lo yg gila! Lo ngapain mabuk?"

Azka tertawa.

Ternyata pria dingin dengan suara bariton ini bisa tertawa.

Tangan Azka terulur mengambil botol wine dan meneguk nya langsung dari botol.

Sisil mendelik. Tangannya reflek menampar Azka sampai pria itu terjatuh di lantai.

Sisil kuat juga.

"Sisil..!" Deva yg awalnya hanya mengepulkan asap Vape nya dan menyaksikan pertengkaran 2 sahabat, kini ikut ambil andih dan mendekati mereka berdua.

"Jangan kelewatan.. Azka mabuk" ucap Deva sambil membantu Azka berdiri.

"Azka yg kelewatan!!"

***

Bagaimana bisa seorang Lucien Azka Kartawijaya mabuk?

Sisil mondar mandir di depan king size bed Azka. Hanya pertanyaan itu saja yg terus muncul di pikiran nya.

Semalam ia ditemani Deva sampai rela tidak tidur gara-gara Azka yg terus meracau tntg helikopter, wanita cantik, dan bodyguard.

Maksudnya apa?

Azka selingkuh di dalam helikopter dan di saksikan para bodyguard?

Sisil menggeleng keras.
Tidak mungkin.

***

KYAAAAAAAAA..!!!!

Aku gaberani ngetik apa apaa😭
Maafin aku late up nya kebangetan 😭

Makasiiii banget buat kalian yg nunggu in My Cold Prince❤️ update 😭🙏

Aku sayang kaliaannnn😭😘

My Cold Prince♥️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang