38. FIAN KOMA

1.9K 57 2
                                    

Dokter Seno keluar ruangan, ia melepas masker yg dipakainya. Sisil yg melihat ayahnya, segera menghampiri dengan langkah tergesa gesa.
"Ayah.. Aldhen gapapa kan?"

Dokter Seno merangkul pundak Sisil dan menuntun nya duduk di kursi tunggu
"Gapapa sayang" ucap nya

"Suster, tabung oksigennya!"

Sisil dan dokter Seno menoleh.
"Bang Jack! Ada apa?! Kenapa?!" Sisil berlari meninggalkan ayahnya dan menghampiri Jack yg berada di ambang pintu gawat darurat.

"Sil! Kembali!" Teriak dokter Seno. Tapi Sisil tak menggubris nya. Ia tetap menghampiri Jack.

"Apa yg terjadi?!" Ucap Sisil nanar di depan Jack

"Awas" ucap Jack pada Sisil saat dua suster mendorong tabung oksigen berukuran besar dengan tergesa-gesa memasuki ruang gawat darurat.

Jack memasuki ruangan. Sisil membuntuti Jack dari belakang.

"Maaf mbak, Anda dilarang masuk" salah satu suster menahan tangan Sisil dan menuntun nya keluar.

"Lepasin!" Sisil menepis tangan suster itu.
"Gue adiknya dokter Jack!" Mata Sisil memerah berkaca-kaca. Perasaan sedih, marah, dan takut bercampur menjadi satu.

"Maaf mbak, ini sudah peraturan rumah sakit" tegas suster itu. Ia lalu sedikit mendorong tubuh Sisil keluar ruangan. Dan bersiap menutup pintu.

Pintu ditahan oleh Sisil.
"Tapi gue anaknya pemilik rumah sakit ini!" Air mata Sisil menetes. Tapi ia marah, marah dengan apa yg ia alami saat ini. Di usir dari rumah sakit milik ayahnya. Mengenaskan.

Dokter Seno merangkul pundak Sisil, mengisyaratkan pada suster untuk menutup pintu nya. Suster itu mengerti, kemudian menutup pintu. Sisil tergelak.
"Bastard! Gue mau masuk!! Buka!" Sisil meronta.

"Duduk dulu Sil" ucap dokter Seno menuntun Sisil duduk

"Aldhen yah! Aldhen kenapa!?!"

"Dia gak papa sayang" dokter Seno memberikan Sisil air minum

Sisil menolak nya,
"Minum dulu." Kembali menyodorkan air minum itu

Sisil menerima.
"Aldhen yahh.." tangan Sisil terulur menyeka air matanya.

"Dia gak papa" lagi, dokter Seno mengucapkan kalimat yg sama.

Sisil bersender di pundak ayahnya. Ia sesegukan. Dokter Seno mengusap-usap rambut Sisil.
"Ini semua salah Sisil.." ucap Sisil

Dokter Seno mendengarkan.
"Kalau saja Sisil gak ninggalin Aldhen.. pasti Aldhen gak akan kayak gini.." Sisil mengusap air matanya kasar.

"Sudah.. semua sudah terjadi. Dan ini bukan salah kamu" dokter Seno menepuk-nepuk pundak Sisil. Ia sangat prihatin dengan apa yg terjadi pada Sisil.

"Sil!!"

Sisil menoleh ke sumber suara. Mata nya buram air mata. Tapi ia tau dengan pasti itu suara siapa.

"Feli.."

"Om Seno.." sapa Feli lalu mencium punggung tangan dokter Seno. Kemudian beralih pada Sisil.
"Sisilll.. Lo gak papa kan?" Feli memeluk Sisil yg sesegukan di pundak nya.

"Aldhen.." lirih Sisil

Feli mengangguk pelan. Ia paham situasi dan kondisi Sisil saat ini. Ia tau bagaimana rapuhnya sahabat karib yg ia kenal sejak lama.
"Fian not father Sil.. tenang yaa.." ucap Feli sambil mengusap usap punggung Sisil menenangkan.

Sisil melepas pelukan Feli. Ia menatap Feli dengan mata bengkak nya
"Not father?" Tanya Sisil

"Gak Papa, hehe" Feli nyengir di depan Sisil. Sisil memutar bola matanya.

***

Sisil memasuki ruang ICU VVIP. Sudah 1 jam Fian dipindahkan di ruang ini.

Sisil memakai masker, dan baju khusus di ruang ICU. Jantung nya berdetak kencang, ia mendengar berbagai bunyi alat kedokteran.

Sisil melangkah ke ranjang Fian yg ditutupi kelambu hijau. Ia gugup, matanya berkaca-kaca. Pikiran nya berkecamuk dalam diam.

Sreekk..

Sisil membuka kelambu hijau yg menghalangi nya melihat Fian.

"Apa yg bang Jack lakukan.." badan Sisil melemas setelah mengetahui Fian nya terbaring lemah dengan berbagai alat kedokteran yg menempel di tubuhnya.

Sisil berkedip tiga kali. Matanya panas. Tapi ia sudah berjanji sama bang Jack. Kalau ia tidak boleh menangis di ruangan Fian.

Dengan langkah berat dan hati yg meronta. Sisil akhirnya melangkah mendekati Fian.

Sisil berhenti tepat di samping ranjang Fian. Ia menatap lekat setiap inchi tubuh Fian.

Banyak selang dan kabel yg di tempel di dada Fian. Selang oksigen juga melingkari hidungnya.
"Lo pasti capek ya tadi ngejar gue.." simpul Sisil yg melihat banyak memar di tubuh Fian.

"Maafin gue.." lirih Sisil.

Sisil menggenggam tangan Fian.
"Ingat gak? Tadi pagi Lo janji sama gue.." Sisil tersenyum.

"Lo bilang gini..
Gue sayang sama Lo Sil.. gue janji gak akan ninggalin Lo.." Sisil berkedip kedip. Ia menatap plafon ruangan. Air matanya menetes. Tapi ia segera mengusap nya kasar. Ia tidak mau jika Fian terkena virus.

Sisil kembali menatap wajah pucat Fian.
"Gue takut banget pas Lo lari ngejar gue.. gue takut pas Lo megang dada Lo.. gue-" Sisil menunduk. Ia terisak.

"Maaf gue gabisa nahan.." ucap Sisil sambil sesegukan.

Sisil melihat jam tangan. Sudah habis waktu jenguk nya. Ia harus segera keluar.
Sisil menatap Fian lekat.
"Aldhen.. cepet sembuh.." ucapnya lalu mengecup kening Fian lama.

***

Yaampon.. aku buntu banget pas nulis part iniiiii:(((

Monmaap kalo part nya pendek ;)

Tbc :*

My Cold Prince♥️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang