18.

1.9K 77 0
                                    

20.12 p.m. - Deswantara Hospital

"Penyakit Fian sudah semakin parah. Kanker nya sudah menjalar ke kelenjar lympa. Itu yg mengakibatkan ia susah bernafas. Jika tidak segera dilakukan kemo, maka akan berakibat fatal." jelas dokter Jack pada Azka dan Dena (mamanya Azka).

Bagai disambar petir, seluruh tubuh Dena rasanya lemas. Walaupun Fian keponakannya, tapi Fian sudah ia anggap sama seperti Azka

"Lakukan apapun untuk kesembuhannya! Berapapun biayanya, akan saya bayar.!" ucap Dena seraya memegangi kepalanya

"Udah ma, lebih baik mama istirahat dulu" hati Azka rasanya seperti disayat sayat melihat mamanya seperti ini.

"Nanti akan saya atur jadwal kemoterapinya. Saya permisi" ucap dokter Jack kemudian berlalu

***

VVIP Room - Deswantara Hospital

Nampak seorang laki laki yg terbaring lemah di atas ranjang. Di sampingnya ada tabung oksigen yg membantunya untuk bernapas. Wajahnya putih pucat. Matanya terpejam rapat. Azka yg melihatnya tak segan segan mengepalkan tangannya rapat. Ia merasa tersiksa dengan keadaan Fian yg seperti ini.

Azka berjalan mendekat. Berdiri disamping Fian. Napasnya terdengar lambat. Ia memandang wajahnya. Putih pucat. Itulah yg Azka lihat.

"Get well soon brader" ucap Azka seraya menahan sesak didadanya.

Uhuk uhuk..
Tiba tiba Fian terbatuk.

Azka yg menyadari suara Fian, ia segera mengambilkan minum. Fian menerimanya dan meminum seteguk.

ia membuka matanya perlahan. Sesekali Mengerjap. Sorot lampu ruangan lah yg pertama kali Fian lihat. Ia tak sendirian, ada Azka disamping nya yg menatap nya datar.

Fian mencoba melepaskan selang oksigen dihidungnya, ia tak nyaman dengan sesuatu yg Menurutnya mengganggu

"Jangan dilepas. Lo nanti gabisa napas" ucap Azka sambil menyingkirkan tangan Fian yg akan melepas selang itu

"Ganggu" jawab Fian datar dan kembali mencoba melepaskan nya

Azka berdecak pinggang. Seorang Fian ya tetap Fian. Tak ada keinginan yg bisa dikekang. Apapun bakal ia lakukan untuk mewujudkan keinginannya.

"nah" ucap Fian yg berhasil melepas selang oksigen
"Gue kapan pulang?" suara Fian terdengar begitu lirih. Nafasnya sangat berat.

"Gatau." jawab Azka sambil mengendikan bahunya

"Gue besok jemput Sisil"

"Lo besok ada jadwal kemoterapi."

"Tapi gue udah janji" Fian semakin menentang Azka

"Lo jangan ngeyel! Taruhannya nyawa bro!" jawab Azka dengan nada sedikit kesal

Fian merasakan sesak didada nya. Ia memegangi dadanya. Menarik nafas begitu dalam. Ia mencari pasokan udara yg mulai hilang.

"Ma-maaf, gue gue kelewatan" Azka merutuki sifatnya tadi, ia terlalu terbawa emosi.
Azka membantu memasang selang oksigen pada Fian.

"Huh.. Lo jangan bilang.. " ucap Fian terhenti, ia menarik nafas panjang.

Azka masih menatapnya dengan datar. Tanpa ekspresi. Walaupun sebenarnya ia kasihan melihat sepupunya tersiksa seperti ini

"Jangan bilang apapun sama Sisil soal-"

Fian menarik napas lagi. Menghembuskan nya. Begitu terus sampe 3kali.

"Soal penyakit gue" lanjutnya

"Kenapa?" jawab Azka datar. Sebenarnya ia sudah tau jika Fian akan memintanya seperti tadi. Tapi ia tetap mencoba mendengar kan Fian, supaya ia tau seberapa besar Fian menyukai Sisil. Bagaimana pun juga, Sisil adalah partner nya, jadi ia punya hak untuk menjaganya

"Gue gak mau dia khawatir" Fian mengalihkan pandangannya, menatap tabung oksigen disebelahnya.

"Gue sakit. Dan gue gak ma-" Fian menarik napasnya lagi

"Gue gak mau dia juga merasakan sakit yg sama" lanjutnya.

Azka paham apa yg dimaksud Fian, ia sangat mengerti akan sifatnya.
"Kalian ada hubungan apa?" tanya Azka yg masih menatap Fian datar

"Gatau"

"Lo suka sama dia?"

"Hm"

"Dibales gak perasaan lo?"

"Entahlah"

"Oh"

Fian menghela berat. Dadanya semakin sesak.
Azka berbalik, kemudian melangkahkan kakinya keluar ruangan

"Kemana lo?" tanya Fian yg mendapati Azka sudah di ambang pintu

"Nge-teh."

Langkah Azka terhenti. Ia berbalik menghadap Fian. Dan berniat meninggalkan pesan

"Brader!" Fian menaikkan alis kirinya
"Lo kalo sakit jangan keras kepala!" lanjutnya kemudian berlalu

Fian hanya mendengarkan nya lalu beralih menatap kelambu warna gold berenda yg terpasang di dinding ruangan. Ia menikmati sesak nafasnya. Merasakan bagaimana sulitnya ia mengambil nafas.

Sejauh yg Fian tau, ia tak punya riwayat sesak napas. Tapi ini? Asudahlah-

Dalam lamunannya, ia merindukan seorang wanita yg begitu mencintai nya. Begitu menyayanginya. Tapi orang itu sekarang sudah tak lagi bersamanya. Ia sudah berada di dunia yg berbeda.

"Mama" gumam Fian tak sengaja menteskan air matanya.

Maaf part ini pendek 😂
Besok bakal up lagi ❤

TERIMA KASIH TELAH MEMBACA
JANGAN LUPA VOMENT ❤

My Cold Prince♥️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang