05

2.9K 106 0
                                    

Ada yg berbeda

***

“kantin kuy! dedek laper nih!” Sergio Risky Sanjaya. Ganteng, pinter, gamers tapi noob, kembaran nya Sistine

“jijik gue dengernya.” Azka bergidik ngeri

“yuk, nanti gue critain sesuatu!” ajak Fian setuju

“yuk yuk” ucap Iky semangat

Berjalan melewati koridor. Mereka bertiga memasang wajah datar tanpa ekspresi. Hanya sesekali Iky tersenyum membalas sapaan gadis" centil yg duduk di depan kelas

Eh cogan gue dateng, minggir kasih  tempat duduk !

“Fian! Duduk sini, sebelah gue!” ucap Lisa, salah satu fans FAI

Gadis cantik itu melambaikan tangannya dan tersenyum senang.

Fian, Azka, dan Iky berhenti. Kelereng mereka beredar mencari markas yg pas.

“duduk situ aja yuk!” ajak Azka

“hm” Fian dan Iky

Mereka menghampiri meja bundar dgn 5 kursi di tengah kantin.

“lo mau cerita apa?” Azka membuka suara, sambil meminum sebotol air mineral yang tersedia di meja kantin.

“jadi gini, kemarin gue nganterin cewek pulang dan nanti gue juga berniat anterin dia pulang” Azka dan Iky kaget dan melongo mendengarkan perkataan Fian yang sangat langka itu.

“lo suka sama cewek itu?” Iky menatap Fian curiga

“belum”

kaget. air mineral yang Azka minum nyantol di tenggorokan.

“uhuk uhuk..
belum? Maksud Lo?" Kening Azka berkerut

“gatau juga gue, dia beda dari yang lain. Kayaknya gue tertarik, tapi masih kayaknya” jawab Fian datar.

“ngomong-ngomong siapa cewek yang lo maksud?.” Iky kembali bertanya

“gue gak tau, tapi kelasnya bersebelahan sama kelas kita.” Jawab Fian

“yakin in hati lo kalo emang lo suka sama dia! Perjuangin dia kalo lo udah yakin sama dia! Jangan sampe lo kehilangan orang pertama yang buat lo jatuh cinta!.” Tutur Azka

“ngeri gewlaa.. udah kek motivator cinta aja si Azka” ucap Fian

“yaaa... kan ini baru pertama kalinya elo cerita soal cewek ke kita semenjak elo idup! Wkwk” Azka mulai tidak terkendali.

Yang sebenarnya adalah mereka tidak dingin, tidak cuek, dan tidak sombong. Mereka sebenarnya sangat care, tapi hanya dengan orang-orang yang membuat mereka nyaman saja. Bukan dengan para alayers seperti fans-fans mereka itu. Jadi jangan heran kalo mereka bersikap seperti itu dengan sahabat-sahabat nya. Hehehe

TETT TETT TETT TETT

Denting bel pulang sekolah berbunyi. Para murid berangsur keluar kelas. Hanya tersisa Sisil, Sistine dan Feli

“Sil, gue sama Feli balik duluan ya, soalnya supir gue udah nungguin. Elo gimana? Jadi bareng sama Fian?” tanya Sistine setelah selesai berkemas

“iya gpp, kalian duluan aja. Gue gampang, gue dijemput abang gue kok” jelas Sisil

“yaudah bye Sisil, jangan kangen gue yaahh.. ntar kalo kangen VC aja. Muuahh” pamit Feli yang juga udah dijemput sama kakaknya

“bye juga sayangkuhh” lambaian tangan mereka pun mengiringi langkah perpisahan sore ini.

Abang Jelek

Sil, udah pulang belum?

Iya bang, ini Mao otewe gerbang

Oke , gue siap" dulu

Siap

Setelah menutup room chat dari abangnya, Sisil segera menuju ke gerbang depan. Terlihat pria yg nampak duduk di atas motor nya di depan gerbang.

Langkah Sisil terhenti. Pria tadi menahan tangannya.


“eh. lo apaan sih?” Sisil mencoba melepaskan genggaman tangan cowok itu

“pulang bareng gue!”

“elo siapa? Mau nyulik gue ya! Gue gak takut, liat aja bentar lagi abang gue dateng” Sisil membelalakkan matanya, menakut nakuti pria yg masih duduk santai di atas motor nya

“lo lucu ya kalo gitu, gue Fian, gue tadi kan udah bilang kalo kita bakal pulang bareng. Bilang ke abang lo gausah dijemput, biar gue yang anter.” Jawabnya sambil membuka helm teropong yang dipakainya.

Si Aldhen ngomong banyak oey.. tumpengan tumpengan ! – Sisil

“kenapa diem?.” Fian membangunkan Sisil dari lamunannya

"Tumpengan woey.." Sisil segera menutup mulutnya. Apa yg baru saja ia katakan? Kenapa harus menyuarakan isi hati nya??

"Ha?" Fian menaikkan alis kirinya.

“eh.. gpp kok. Gue pulang sendiri aja, udah terlanjur bilang ke abang gue soalnya” Sisil mengalihkan pembicaraan

“biar gue yang telfon abang lo! Mana hp lo!” Sisil memberikan hpnya pada Fian, dan Fian pun menelfon abangnya untuk meminta ijin membawa Sisil pergi sebentar.

3 menit kemudian...

“nih.. udah, ayo naik!” ajak Fian

“di ijin in sama abang gue?.” Tanya Sisil yang tidak percaya sama Fian

“iya, ayok naik, keburu abis waktu ashar gue”

“iya iya”

Mereka pun pergi meninggalkan sekolah. Disepanjang perjalanan mereka hanya diam, dan Sisil bosan dengan kesunyian yang menurutnya itu dibuat-buat.

“nama lo siapa?.” Tiba-tiba Sisil kaget mendengar suara itu.

“eh.. iya apa? Emm.. nama gue Sis.. Maksud gue nama gue Agatha” ia memang lebih suka dipanggil Agatha jika seseorang yang baru ia kenal memanggilnya dengan nama Sisil.

“nama lengkap lo siapa?.” Fian kembali bertanya, padahal ia sudah mendapat jawaban dari pertanyaannya tadi.

“Agatha Sisilia Deswantara” jawab Sisil, kali ini dia agak cemberut

“gue panggil Sisil boleh?.” Tawarnya

“itu nama panggilan gue buat orang-orang yang sukses bikin gue nyaman pas deket dia” jelas Sisil

“sebentar lagi gue juga seperti itu” dengan sadar Fian mengucapkan kalimat itu

“apa? Gue gak denger” keadaan jalan yg sangat ramai membuat Sisil tak begitu mendengar kalimat Fian

“gajadi. Pegangan gue mau ngebut!.” Ia mengalihkan pembicaraan “untung dia gak denger” lanjutnya dalam hati.

Pegangan?

Tangan Sisil terulur memegang jaket Fian. Bagaimana pun juga ia tetap harus menjaga jarak dengan pria yg barusaja dikenal nya

15 menit berlalu. Mereka berhenti disebuah bangunan megah dengan lambang 'ALLAH' di puncak atap nya

“yuk sholat dulu” ajak Fian

“ayuk” jawab Sisil semangat

***

TELAH DIREVISI.

kalo ada typo, komen aja, ntar gw revisi lagee :*

My Cold Prince♥️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang