24. He's back

1.8K 86 0
                                    

HAPPY READING DEAR
JANGAN LUPA PENCET BINTANG OKAY❤
Terima Kasih💖

Seorang cewek berjalan menyusuri koridor sekolahnya. Ia berjalan lemas, tak bertenaga,  tatapannya kosong. Ia gelisah, memikirkan seseorang yg sudah seminggu ini tak ia jumpai.

Matanya sembab. Sejak mendengar penjelasan dari Azka kemaren, ia terus saja menangis semalaman.

Cewek itu berniat meninggalkan jam pelajaran terakhir. Ia merasa.. Entahlah.. Kalau anak muda sekarang menyebutnya 'galau'.

Cewek itu adalah Sisil.

Sudah seminggu ini Fian gak masuk sekolah. Sudah seminggu juga Fian tidak mengantar jemput Sisil. Bagaimana bisa? Fian tidak menghubungi Sisil sama sekali, padahal Sisil punya hutang padanya. Jangan sampai ditagih di akhirat. Oh no!

Langkah Sisil terhenti. Ia mengerjapkan matanya, mencari kesadaran yg sebelumnya hilang. Samar samar ia melihat tempat itu. Lalu melangkah kembali.

Ia duduk bersender di atas sofa lama yg sudah usang. Ia menatap ke atas. Hamparan langit berawan hitam yg membentang luas seakan menggambarkan suasana hati Sisil saat ini.

Tak sengaja sudut bibirnya terangkat. Membentuk senyuman manis yg tercipta diraut wajah cantiknya.
"Aldhen.." gumam Sisil

Rooftop sekolah.  Yaa, saat ini Sisil sedang berada di rooftop. Ia duduk di tempat duduk yg dulu pernah ada Fian di sampingnya.

Dulu, Fian rela meminjamkan bahunya untuk Sisil. Dulu, Fian juga menunggu Sisil yg ketiduran di rooftop saat KBM. Dulu, Fian juga yg menemani Sisil kembali ke kelas, karena Sisil phobia gelap. Dulu, Fian juga yg mengantar Sisil pulang ke rumah.

Tapi itu Dulu.

Sisil memejamkan matanya. Ia terisak. Mengingat kejadian manis saat pertemuan ke 2 nya dengan Fian.

"AAAAA....!!!" ia berteriak sekencang mungkin untuk menghilangkan ke gelisah an nya.

Tapi tak berhasil. Semakin Sisil ingin melupakannya, bayangan kenangan manis dari cowok es itu semakin berputar putar di fikiran nya.

Ia mengepalkan tangannya. Memukul mukul dadanya. Ia merasa sesak dalam Isakan tangis yg begitu mengiris.

"Kenapa gue begini..??" tanya Sisil pada dirinya sendiri

Ia masih terisak.

"Kenapa gue merasa kehilangan Aldhen??" tanya nya lagi

Hiks hiks..

"Kenapa gue rindu sama Lo??"

Hiks hiks..

"Kenapa lo bilang kalo lo suka sama gue??"

Hiks hiks..

"KENAPAAA!?" Sisil mengepalkan tangannya. Ia memukul mukul sofa yg ia duduki.

Sisil menangis sejadi jadinya. Ia merasa, ini bisa mengurangi rasa sesak yg saat ini ia rasakan. Ia terus saja berteriak, meraung, dan menangis tak jelas.

"Ekhmm"
terdengar suara orang berdehem. Suara nya tak asing di telinga Sisil

Sisil menoleh ke belakang.
"Sudah selesai teriak teriak nya?" Ucap seseorang itu dengan nada dingin

Seketika tangis nya berhenti saat mendapati orang yg sedang bersender di ambang pintu.

"Aldhen.."
Terukir sebuah senyuman manis di wajah ayu Sisil. Senyum yg sudah lama tak nampak diwajahnya.

Yaaa, orang itu adalah Fian. Ia berdiri bersender di ambang pintu. Memakai masker warna tosca. Memakai hoodie gambar centang warna army, dan celana levis panjang warna hitam

Sisil sangat mengenalinya sekalipun ia memakai masker

Mata Sisil berbinar. Ia berdiri dari tempatnya. Air matanya menetes haru. Tangis bahagia.

"ALDHEEENNN..." teriak Sisil yg berlari kecil sambil merentangkan tangannya.

"STOP!" ucap Fian sambil melepas maskernya

"Ha?"

"Berhenti disitu!" ucap Fian lagi. Padahal jarak mereka sekarang tinggal 1.5 m saja, tapi Fian malah menyuruh Sisil berhenti.

"Tapi gue pengen meluk lo!" rengek Sisil yg masih merentangkan tangannya

"Jangan!"

"Kenapa?"

Gue takut kalo gue gak bisa jaga keseimbangan
Batin Fian

"Bukan muhrim" ucap Fian santai. Ia berjalan mendekati Sisil. Detik kemudian ia menurunkan rentangan tangan Sisil dan mengacak pelan rambutnya.

Sisil berdecak pinggang. Kesal dan bahagia. Itulah yg bisa menggambarkan perasaan sisil saat ini. Matanya masih meneteskan air mata.

"Ayo pulang"

WHAT??
Batin Sisil

Sisil terkejut sodara sodara..

"Malah bengong. Ayo!" Fian menggenggam tangan mungil milik gadis yg di depannya. Kemudian ia melangkah keluar rooftop

"Aldhen, gue boleh meluk tangan lo?" ucap Sisil  sambil menatap pria tinggi disebelahnya

"Gak"

"Kenapasi? Bukan muhrim lagi?"

"hm"

"Lah kok gandengan?"

"Soalnya gue sayang sama lo"

Blush..
Pipi Sisil memerah, ia menahan senyum malu malu.

Fian semakin mengerat kan genggamannya. Rasanya, penyakit leukimia yg diderita nya telah hilang saat melihat Sisil di hadapannya

Mereka berjalan melewati koridor sekolah yg sudah sepi.

"Aldhen.." panggil Sisil

"Hm"

"Gue rindu sama lo" ucap Sisil malu malu

"Sama"

"Kok lo gak bilang 'jangan rindu, rindu itu berat, kamu gak akan kuat, biar aku saja' gitu?" ucap Sisil dengan nada dibuat buat

Langkah Fian terhenti, begitu juga sisil.
Ia menatap Fian dengan penuh tanya

"Karna lo bukan Milea, dan gue gak suka Milea. Gue suka nya elo"

Yaaa benar sekali. mereka Sisil dan Fian, bukan Dilan dan Milea.

Sisil tersenyum senang. Pipinya memanas menahan malu. Rasanya ia ingin berteriak sekencang mungkin. Tangis yg menghiasi wajah ayu nya, sekarang sudah hilang lenyap

"Apa an sih lo!" Sisil mencubit lengan Fian malu malu

"Aw.. Sakit Sil.."

"Apa? mau lagi? Nih gue cubit lagi"
Sisil mencubit lagi lengan Fian

"Aw.. Sil!"

Ganti mencubit pipinya Fian dengan gemas

"Aaaaaaaa... " teriak Fian mengiringi cubitan panjang Sisil

"Rasain lo! Wkwkwk" Sisil terkekeh gemas melihat Fian yg mengelus elus pipi dan lengannya yg memanas

"Sakit tau"

"Salah sendiri gombalin gue"

"Emang kenapa??"

"Gue malu tau!" Sisil mengerucut kan bibirnya

Fian terkekeh melihat tingkah Sisil yg menggemaskan dimatanya

"Soalnya gue suka lihat pipi lo yg blushing" ucap Fian apa adanya

Panas woeyy..
Batin Sisil.

Ia meremas rok nya
Sesekali matanya melirik kebawah. Melihat pipinya. Apakah blushing lagi.

"Tuh kan blushing lagi" Fian terkekeh pelan.

"ALDHEEEENNN!!"

My Cold Prince♥️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang