"Sudah se sakit ini, dan se sengsara ini. Tapi aku masih tidak bisa melupakan semua tentang mu. Entah, aku ini bodoh atau apa.. :) "
- Agatha S. Deswantara -***
Ini sudah 69 jam Sisil tanpa Fian. Sesulit ini kah hidup jika di tinggal orang yg kita sayang?
Matanya bengkak. Hidungnya pengar. Kata nya Sisil ingin melupakan Fian? Katanya Sisil bakal merubah perasaan nya ke Fian?
Haajiingg...
Sisil mengusap hidung nya. Gatal.
Lalu menoleh ke arah ponsel. Mengambil nya dan menyalakan nya.Belum ada balasan dari Fian.
Ribuan pesan Sisil kirimkan pada pria dingin tampan itu, tapi sama sekali tidak dibaca dan tidak di balas.
Percuma Sisil ganti ponsel baru. Ia hapal nomor Fian di luar kepala. Tangan lentik nya itu seakan gatal jika tidak mengirim pesan pada Fian.
Sisil bangkit dari kasurnya. Sempoyongan ia menuju kamar mandi. Kepala nya pusing. Benda-benda di sekitar nya seperti bergoyang. Tangan nya menopang pada dinding kamar kost sempit barunya.
Berpikir sejenak. Tidak bisaaa. Bahkan Sisil tidak mengingat semalam Sisil melakukan apa.
Apa Sisil mabuk?
Sisil menggeleng keras. Tidak mungkin.
Lalu kenapa pusing dan sempoyongan?
Kakinya melangkah pelan. Mengikuti ritme sempoyongan noob ala Sisil menuju kamar mandi.
***
Ceklekk...
Sisil keluar kamar mandi sambil menguap. Rasanya masih sedikit pusing dan ngantuk. Ia melangkah dengan mata yg setengah terbuka.
'Ehem!!' - suara pria.
Sontak kelopak mata Sisil terbuka lebar.
"Handuk Lo melorot" kata pria di hadapan Sisil
"NGAPAIN KAMU DISINIIII!!!!" Teriak Sisil sambil membenarkan posisi handuk setengah melorot nya.
"Jemput Lo" bibir sexy nya mengukir senyum nakal.
Sisil bergidik ngeri.
"KELUAR!""Kok di usir?"
"AKU GANTI BAJU DULU!"
"Kalo gak teriak-teriak gak bisa?"
"GAK BISA!!"
Pria jangkung tampan itu mundur perlahan dan keluar.
Sisil geleng-geleng.
"Dasar Mesum!" Gumam Sisil.
Abang baru nya ini memang sangat aneh. Dia tampan tapi mesum. Kok ada manusia macam dia.
***
Pintu kamar kost Sisil terbuka. Sisil keluar kamar dengan pakaian casual sama seperti kemaren. Ya. Dia tidak punya baju ganti casual. Jangankan baju ganti. Uang saja Sisil tidak punya. Makan dan minum Sisil hanya menantikan bang Deva datang ke kosan sambil bawa segudang makanan.
Tapi kali ini tidak. Deva datang tanpa makanan. Dan dia terlihat kusut-kusut tampan seperti kemaren.
"Lupakan kejadian tadi!" Sisil membuka suara.
Deva menoleh. Ia mengamati Sisil dari atas hingga bawah. Tidak ganti pakaian ternyata.
"Lo tepos banget" ucap nya"Brengsek!!"
"Gue jujur" Deva terkekeh mengingat kejadian handuk melorot Sisil di kamar tadi. Lagian body Sisil tidak mantab sama sekali. Bukan selera Deva.
"Menyakitkan!" Sisil menutup pintu kamar kost dengan keras lalu berlalu meninggalkan Deva dan masuk ke dalam Fortuner hitam yg terparkir di depan kamar kost nya.
Alis Deva tertarik ke atas. Bocah kecil itu ngapain?
Deva melangkah menyusul Sisil.
Tok tok tok..
Kaca Fortuner di ketuk Deva. Kaca nya turun. Sisil menoleh.
"Apa lagiiii!!?" Tanya nya geramDeva mendekat. Lalu berbisik pada Sisil.
"Gue naik Scoopy"Sisil mendelik.
Yang Sisil naiki ini mobil siapa???
Sontak ia keluar mobil dengan segera. Dan menutup pintu nya sambil tergesa.
Sisil menatap Deva. Alis Deva terangkat sebelah.
"Ayok cepetan!" Tangan Deva ditarik paksa Sisil menuju Scoopy yg terparkir di belakang mobil Fortuner.****
"Sisil?"
Uhuk uhuk..
Nafas Sisil seakan tercekat di lehernya. Nasi bakar yg ia makan sudah tersembur tidak karuan.
Astaghfirullah..
"Om Seno ?" Sapa Deva sambil memunguti nasi semburan Sisil yg berceceran di meja.
Dokter Seno tidak sengaja bertemu mereka di warung nasi bakar pinggir jalan.
Ralat.
Bukan tidak sengaja.
Tapi memang selama Sisil kabur, Sisil masih dalam pantauan dokter Seno dan dokter Jack.
"Nak.. kamu makan nasi di pinggir jalan? Kamu kenyang?" Dokter Seno menggeret kursi sebelah Sisil dan duduk di pinggirnya.
Sisil diam. Ia hanya sibuk dengan segelas air yg ia minum perlahan.
"Kamu sama Deva? Kamu tinggal dimana?"
Tidak bisa dipungkiri bahwa ia sangat merindukan sang ayah di depan nya ini.
"Sayang.. kamu gak jawab ayah?"
Tapi Sisil malu. Ia malu telah membuat onar di rumah sakit milik ayah nya sendiri. Kabur membawa motor orang. Dan menjualnya.
"Sayang.. bunda nanyain kamu terus.. ayah sudah kehabisan jawaban sayang.. pulang yaa.." dokter Seno menggenggam tangan Sisil yg gemetaran.
Sisil mengayunkan kedua kakinya di bawah meja. Ia panas dingin tak karuan.
Di lubuk hatinya yg paling dalam, ia sangat merindukan bunda, ayah, dan kakak nya. Tapi ia merasa tak pantas jika harus kembali. Ia hanya akan menjadi beban gosip buat keluarga harum nya.
Sisil melepas genggaman ayah nya perlahan.
Ia menoleh pada sang ayah.
"Maaf.. Sisil hanya akan menjadi beban jika Sisil kembali." Ucap nyaSisil berdiri. Lalu berlari keluar warung dan di buntuti Deva.
Dokter Seno menunduk. Ia memukul kan tangan nya di meja. Pelan, tapi sangat dalam sakit yg ia rasakan.
***
Haaiiiiiii !!!!
Sebelum kalian marah sama aku karna aku late update, aku mau minta maaf dulu😭🙏
Maafin aku yg selalu nunggu mood baik dulu baru ngetik😭 maafin pokok nya maafiiinnnnn😭😭
Dan makasiii banget buat kalian yg setia nunggu in My Cold Price update, makasih juga yg uda vote comment di cerita akuu😭🙏
Aku masih ganyangka cerita receh aku bisa se awaw gini😭 udah mendekati 90k view😭😭
Makasi bangetttt sekali lagi makasiiiii😭😭
Next update enak nya kapan nih?
KAMU SEDANG MEMBACA
My Cold Prince♥️
Teen Fiction#1 IN COLDPRINCE, 22 FEBRUARI 2019 #5 IN MILENIAL, 2 JUNI 2019 #3 IN LEUKEMIA, 15 JUNI 2019 #1 IN LEUKEMIA, 9 JULI 2019 "Kenapa kamu pergi saat aku benar-benar mencintai mu?" -Agatha S. Deswantara-