44. SISIL MABUK (2)

308 17 3
                                    

"Dari awal kita menjalin hubungan sampai saat ini. Aku tidak pernah sedetikpun tidak mencintai mu."

- Lucien Azka Kartawijaya -

***

"jangan erat-erat pegang nya"

Pemilik bola mata bulat sempurna itu menoleh, menatap pria dingin di sebelah nya yg tak menunjukkan wajah hangat.
"Kenapa?"

"Sakit"

Azka berhenti. Sistine juga.
"Kenapa dilepas?" Tanya Azka

Sistine mlengos dan meninggalkan Azka yg masih bingung akan sikap Sistine.

Astaghfirullah.. salah apa gue?
Batin Azka.

"Sistine tunggu.." Azka berjalan cepat di belakang gadis bersurai lurus panjang.
"Sistine.. jangan kayak anak kecil.."

Sistine berhenti, ia berbalik menghadap Azka.
"Anak kecil kamu bilang?"

Perang dunia di mulai.

"Kalau gak mau nerima aku apa adanya, jangan ikutin aku!" Bentak Sistine dan melanjutkan langkah cepat nya.

Azka memejam. Ia geram dengan sifat Sistine akhir-akhir ini. Kekasihnya itu tidak seperti biasanya.

"Sistine jangan cepat-cepat.." seburuk dan se kekanak-kanakan pun sifat Sistine, Azka selalu mengalah dan menurunkan ego nya.

"Sistine.. berhenti" lirih Azka sambil mencoba menggenggam tangan Sistine.

Surai panjang nya bergoyang. Sistine menoleh. Pipi nya banjir air mata.
"Kamu masih gak paham sikap aku yaa... Kamu masih tidak terbiasa dengan perilaku aku?? Kamu udah gak sayang lagi sama aku..?" Isak Sistine di depan kekasih nya yg memasang wajah datar tanpa ekspresi.

"Kita udah menjalin hubungan cukup lama untuk mengerti satu sama lain Azka... kenapa kamu begini.." bahu Sistine melemah, ia membungkuk sambil terisak.

"Kalau tidak bisa menjadi pendamping hidup ku.. tolong--"

"Sitine.. jangan seperti anak kecil.. kamu sudah dewasa dan perlu mengerti segalanya. Diam ku, marah ku, senang ku, dan emosi ku. Kamu harus paham dan mengerti mulai saat ini hingga seterusnya." Potong Azka yg memegang lembut dagu Sistine dan mengusap air mata kekasih nya dengan ibu jari nya.

"Sistine.. kamu tau kan aku sayang sama kamu. Aku cinta sama kamu. Mana mungkin aku tidak menerima segala kekurangan mu..
Bagi ku, kekurangan mu adalah kebutuhan ku.. dari situ akan aku lengkapi dengan segala yg aku punya. "

lemah, lemas, dan tak berdaya. Hati Sistine selalu dibuat luluh oleh Azka. Kucuran air mata bahagia dan sedih bercampur menjadi satu. Setiap hari yg ia lalui bersama Azka seolah mimpi indah yg  bisa saja sirna. Tapi salah. Sistine tidak bermimpi, pria yg sedang berdiri di depan nya ini memang kekasih nya. Pria tampan, dingin, bijaksana, idaman para kaum hawa.

Ya. Lucien Azka Kartawijaya, kekasih Sistine.

Azka memeluk Sistine.
"Kau tau sayang...
Dari awal aku menjalin hubungan dengan mu hingga saat ini, aku tidak pernah sedetikpun tidak mencintai mu." Ucap Azka lalu melepas pelukan nya dan menatap Sistine sambil tersenyum manis.

Sistine masih terisak. Betapa bodoh nya Sistine yg masih meragukan cinta sebesar yg Azka punya.

"Azkaaa..." lirih Sistine yg hampir tak bisa di dengar.

Azka mendekat kan wajah nya, sedikit menunduk.
"Apa sayang?"

"I love you more than you love me.." ucap Sistine sambil memeluk Azka rapat dan menahan untuk tidak menjerit menangis bahagia.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Dec 21, 2020 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

My Cold Prince♥️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang