19. Fight and blood.

1.9K 197 65
                                    

Chanyeol melepaskan pelukannya. Memegang kedua bahu gua dengan setengah kuat lalu memandang gua dengan tatapannya yang sendu namun terasa hangat.

"Maaf udah buat kamu nangis berkali-kali," Katanya sambil menyeka air mata gua.

Gua memegang tangannya dan menempelkannya ke pipi gua. Tangannya yang besar dan hangat semakin membuat hati gua kian takut untuk ditinggakan dia.

"Aku takut kamu pergi," Ucap gua dengan mata memejam diiringi kucuran air mata yang melewati pipi dan berakhir di punggung tangan Chanyeol.

"Aku takut keluarga kita hancur, aku takut anak-anak besar tanpa seorang kamu sebagai ayahnya... Aku takut- hiks..."

Ngga bisa! Gua ngga bisa melanjutkan semua perkataan dan perasaan gua yang sebenarnya saat ini. Isakan ini terlalu kuat, rasanya hanya ingin nangis dan terus bersamanya. Ngga masalah buat gua kalau dia ngga tau apa yang gua rasain... asal jangan pergi.

Tangannya mulai mengelus pipi gua dengan begitu lembut. Ia tersenyum manis. "Iya, Va..." hanya itu.

Gua menguatkan tubuh gua lalu mengelap sisa air mata yang ada di wajah gua.

"Gimana kabar anak-anak?" Tanyanya.

"Baik. Sekarang mereka ada dirumah mama," Jawab gua pelan.

"LEPASIN!!!"

Gua mendengar bentakan kasar dari dalam rumah dan gua tau siapa pelakunya. Kita berdua menengok kearah dalam rumah dan ternyata wanita itu sudah dahulu sampai diambang pintu menemui gua dan Chanyeol dengan wajah marah dan rambut yang berantakan.

Ia terhenyak kaget entah karena apa, memandang kami dengan tatapan tak suka lalu menarik Chanyeol tiba-tiba kearahnya.

"JANGAN PERNAH SENTUH CHANYEOL SAYA!" Bentakan yang terlontar dari mulutnya berhasil membuat gua terkejut bukan main.

"M-maksudmu apa? Dia suami saya dan ngga ada hak kamu untuk merebutnya!" Balas gua dengan nada setengah tinggi.

Ia tersenyum sinis lalu maju selangkah dua langkah kedepan mendekati gua. Refleks, gua langsung mundur buat jauhin dia. Gua takut, jujur gua takut, Mina sudah seperti ingin membunuh gua disini.

TAP!

"JANGAN LO SENTUH SAHABAT GUE!"

Gua ngga tau udah berapa kali Jennie berhasil ngelindungin gua di keadaan seperti ini. Ngga tau juga udah berapa kali Jennie jadi benteng untuk gua.

"Cuma sahabat 'kan? Bukan berarti kamu bisa ikut campur disetiap masalah ini," Katanya dengan nada menekan. "MINGGIR!"

"GAK!" Sahut Jennie secepat kilat.

"Jen, udah ngga apa-apa. Biar gua aja yang selesain masalah ini," Gua memegang bahu Jennie dan berusaha membujuknya untuk segera keluar dari masalah gua ini.

Jennie tetap keras kepala. Ia menggeleng, "Ngga, Va! Gua ngga mau lo di apa-apain sama wanita JALANG kaya dia."

"Siapa yang kamu sebut jalang, hah?!" Sahut Mina.

"Lo lah, siapa lagi?"

"Sial-"

Tangan Mina yang sudah melayang ditahan oleh chanyeol yang ada dibelakangnya. Mina berusaha berontak agar chanyeol melepaskan pegangannya itu, namun chanyeol tetap menahannya.

"Udah, Mina! Udah... Kita bisa omongin ini baik-baik," Ujar chanyeol dengan nada datar.

"Lepas, yeol! Lep... as! Akh!"

Taehyung menghampiri Jennie dan merangkul istrinya itu dengan penuh rasa kecemasan. Sementara gua disini, hanya bisa terdiam dan menahan air mata yang kian menerobos keluar.

How To Be PapaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang