40. Isi hati

960 124 10
                                    

Jangan lupa VOTE dan COMMENT 😉

***

"Ahhh..."

Pria ini merebahkan dirinya di atas kasur empuk kesukaannya yang sedari tadi ia rindukan saat di perjalanan pulang setelahdari rumah sakit. Lelah sekali rasanya mempunyai tanggung jawab yang cukup besar karena sekarang ini harapan seseorang bernama Iva secara tidak langsung berada di tangannya.

Harapan untuk sembuh, harapan untuk bertahan, dan segalanya kini ada padanya. Jujur, ia tak masalah, karena ini adalah tugasnya nanti ketika benar-benar resmi menjadi dokter. Ia yakin dirinya bisa, pasti bisa. Setidaknya untuk menguji kesiapan dirinya nanti ketika turun di dunia kedokteran yang sesungguhnya.

Baru saja matanya akan tertutup dan dirinya yang lain akan berkelana ke dunia mimpi, sebuah dentingan notifikasi muncul di layar ponselnya.

My Chuu:
Jin, kamu udah pulang?

Seok Jin:
Udah, by. Kenapa?

My Chuu:
Oh bagus deh. Aku lagi jalan ke rumah kamu. Gapapa kan?

Seok Jin:
Sini. Tau aja aku kangen

My Chuu:
Iya, aku emg ngangenin.

Seok Jin:
Uhhh, gemes banget. Jadi pengen operasi otaknya terus pindahin ke leher.

My Chuu:
Iya iya pak dokter...

Seok Jin:
Wkwkw.. aku tunggu

Setelah tahu kekasihnya akan datang ke rumahnya, ia segera bersiap. Entahlah bersiap apa, Jin juga masih kelihatan ganteng gak kurang sepersen pun sejak pagi tadi. Rumah? Jangan ditanya, bahkan kamarnya lebih rapi dari kamar Jisoo yang kodratnya adalah cewek.

Mengandalkan orang tua? Pembantu? Maaf, ini apartemen bukan rumah besar ataupun mainson yang isinya lengkap dengan anggota keluarga. Jin merantau di Jakarta dan meninggalkan kampung halamannya yang ada di Yogya.

Sudah menunggu sekitar 10 menit, bel apartemennya berbunyi. Dan coba tebak siapa yang datang?

"Maaf lama, tadi highheels aku nyangkut di selokan parkiran itu. Lihat, lecet..."

Senyuman Jin hilang begitu saja saat pacarnya seperti ini. Dengan sigap, ia menggenggam tangan Jisoo dan menuntunnya masuk perlahan. Jisoo duduk di sofa depan, sementara Jin berlari dari dapur untuk mengambil air bersih, lalu beringsut ke ruang tengah untuk mengambil kotak P3K.

Sungguh, idaman banget deh.

"Shh... pelan-pelan, Jin." Jisoo mengaduh kesakitan saat Jin mulai membersihkan kakinya yang berdarah di bagian mata kaki.

"Maaf," balas Jin dengan suara lembut.

Dengan telaten ia membersihkan, mengobati dan juga membalut luka haram tersebut dari kaki pacarnya. Sementara di atas sini, Jisoo berusaha menahan senyum dan teriakan yang sudah mengumpul di tenggorokan. Mana kuat dia diginiin, melted cuy.

"Dah," kata Jin setelah selesai.

"Makasih, ya," ucap Jisoo.

Jin mengangguk. Ia bangkit lalu berjalan menuju dapur untuk mencuci tangan dan meletakkan barang-barangnya ke tempat semula. Minder gak, minder gak?

Ia duduk di samping Jisoo. "Kok bisa jatoh?"

"Aku gak lihat kalo ada selokan. High heels aku masuk ke sela-sela selokan gitu."

Jin menggelengkan kepala, lalu mentautkan tangannya ke sela-sela jari Jisoo.

"Kalo jalan fokus. Jangan mikirin aku terus," godanya.

How To Be PapaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang