Kalian tau cara menghargai penulis?
Novel 'My Annoying Neighbor' dapat kalian pesan langsung di WeShinePub
*****
Ting
Chanyeol.: Aku ke Kanada seminggu ke depan utk ursan kantor.
Chanyeol.: Tlg tunggu aku sebentar. Kita perbaiki semuanya.
Chanyeol.: Aku mohon.*****
"Eun Iva, meninggal..."
.
.
.
"MAMA!!!"
Dengan badan berpeluh, gua terbangun.
Gua terdiam beberapa lama, menatap kosong tak bernyawa ke arah depan. Perlahan, air mata gua luruh membasahi pipi saat mengingat mimpi yang baru aja gua alami. Mimpi yang sangat-sangat buruk.
Gua mengusap wajah kasar, lalu mengikat rambut yang terurai berantakan. Setelah merasa cukup tenang, gua berusaha berjalan keluar kamar untuk minum air.
Astaga, apa maksudnya mimpi barusan? Mengapa se-menyeramkan itu? Apa nggak ada lagi playlist mimpi yang lebih indah?
Jika boleh bercerita, sudah sering kali gua terbangun di pagi-pagi buta tanpa alasan yang jelas. Tak jarang pula kepala gua sering pusing saat menapak di lantai, hingga nggak kuat berjalan.
Baik, gua berpikir mungkin ini hanya efek dari vertigo yang gua alami. Cukup meminum obat dari dokter, perlahan pusing itu hilang.
Setelah minum, gua kembali lagi ke kamar dan membuka ponsel. Nggak ada notifikasi pesan dari siapapun, terutama pesan dari Chanyeol yang selalu gua tunggu-tunggu.
Sejak 2 hari yang lalu setelah Chanyeol mengirimkan tersebut, gua seperti merasa ada harapan baru. Namun tetap aja, seperti ada rasa untuk menolaknya dan tetap pada prinsip awal.
Ya, cerai.
*****
"Va, main sini ke rumah. Rame nih ada anak POP ES."
"Beneran?"
"Iye..."
"Oke, gua siap-siap dulu."
Setelah Jennie mematikan panggilan, gua meletakkan ponsel di atas nakas dan segera bersiap untuk pergi ke rumahnya.
"Ma, Iva mau ke rumah Jennie dulu, ya,"
Gua menghampiri mama yang tengah berada di ruang keluarga sedang menonton TV.
"Anak-anak kamu bawa?" tanya mama.
"Mmm... Bawa aja deh, rame kok ada temen yang lain juga."
Mama mengangguk paham kemudian kami mengganti baju anak-anak dan menyiapkan susu formula serta perlengkapan darurat bayi lainnya dalam satu tas besar.
"Ky, anterin Kakak ke rumah Ka Jennie, dong."
Seru gua dari luar kamar Kiky. Tak lama kemudian pintunya pun terbuka dan memperlihatkan Kiky yang sekarang sudah lebih tinggi dari gua.
"Yang di komplek deket Pejaten itu, bukan?" tanyanya.
"Bukan. Itu rumah orang tuanya dulu," kata gua. "Sekarang rumahnya di Jagakarsa, belakang Ragunan."
Kiky ber-oh kecil, ia lalu meresleting jaketnya.
"Oh iya, Kakak bawa Carlo sama Letta. Gak bisa pakai motor pastinya," kata gua sebelum Kiky mengambil kunci motornya.
KAMU SEDANG MEMBACA
How To Be Papa
Fanfiction[Sequel MAN-PCY]|•TAMAT•| "Pakein popok anak susah amat sih? padahal bentuknya sama aja kaya sempak gua!" Dumelnya sendirian, ia mengusap wajahnya dengan kasar lalu bersuara kembali. "INI DEPANNYA YANG MANA, VA?" *** Dari...