Halo, jangan lupa VOTE dan COMMENT!
PS: Jangan lupa nabung juga ya, karena My Annoying Neighbor/Suami Gue, Tetangga Gue sedang dalam
PROSES PENERBITAN
******
Jangan lupa VOTE dan COMMENT 😉
Bacanya pelan-pelan... Dan siap-siap say good bye :"(
**"KAMU PENGKHIANAT!"
"Pulang aja kamu ke rumah orang tuamu!"
"...Selingkuh sama orang lain!"
Hati gua remuk.
Dada gua sesak.
Mengingat semua penuturan Chanyeol tadi, yang nyatanya itu semua nggak benar, membuat diri gua seolah merasa paling hina.
Dicap pengkhianat, dituduh selingkuh, bahkan hingga diusir suami sendiri.
Rasanya itu... miris.
Jennie dan Jisoo berhasil menahan gua sebelum gua benar-benar berjalan menjauh. Mereka menarik tangan gua dan memaksa untuk masuk ke mobil dan pada akhirnya, gua dan anak-anak dibawa ke rumah Jennie.
Di mobil dan sampai Jisoo memutuskan pulang pun gua hanya diam dan tak menjawab barang satu pertanyaan yang dilontarkan teruntuk diri gua. Setelah memastikan anak-anak tidur nyenyak, gua hanya menangis di kamar milik Jennie lainnya.
Di satu sisi gua merasa bersalah dan nggak enak karena harus membuat Jennie dan Taehyung repot, di sisi lainnya gua merasa lumpuh menjalari seluruh syaraf motorik tubuh gua. Lelah terus-terusan menangis.
Tuhan, bukannya aku lemah. Tapi terkadang, air mata lah yang akan berbicara saat mulut tak sanggup untuk menjelaskan sebuah rasa sakit.
Aku menangis bukan ingin terlihat lemah, tapi karena sudaah tak sanggup menahan rasa sakit ini. Bukan rasa sakit biasa, tapi seolah ada besi panas yang menghujam dadaku hingga tembus ke punggung belakangku. Perih...
Seperti inikah beratnya menjaga sebuah hubungan rumah tangga? Sesakit inikah rasanya rendah di hadapan suami sendiri? Se-menyesal inikah rasanya... aku memutuskan untuk menikah dengannya?
Tok tok tok
"Va?"
Jennie menyembulkan kepalanya di ambang pintu, kemudian melangkah masuk menghampiri gua yang kini masih menatap kosong ke arah depan. Ia duduk di pinggir kasur.
"Udah tenang?" tanyanya, namun sama sekali gua tak memberikan respon sedikitpun.
Jennie menghela pelan, lalu naik ke kasur, mengelus bahu gua dengan lembut.
"Kalo udah tenang, lo bisa ceritain semuanya ke gue, Va," ujarnya lembut.
Lagi dan lagi, gua nggak merespon Jennie.
Mata gua terbuka, netra jelas terlihat, hanya saja pandangan gua seolah tak bernyawa. Hingga pada akhirnya, pandangan gua menjadi buram oleh air mata yang membendung, lalu turun perlahan membanjiri pelupuk dan pipi.
"Jangan nangis lagi. Nggak capek apa?"
Jennie menuntun kepala gua dan membawanya bersenderan di bahunya. Untuk entah yang keberapa kali, bahu Jennie selalu ada saat di mana gua benar-benar membutuhkannya.
"Dia nuduh gua selingkuh, Jen..."
Gua mulai membuka suara, walau itu pelan dan beriringan dengan isakan.
"Padahal nggak." Sambung gua.
"Dia bilang gua pengkhianat, nyatanya—"
"Iya." Jennie memotong ucapan gua.
KAMU SEDANG MEMBACA
How To Be Papa
Fanfiction[Sequel MAN-PCY]|•TAMAT•| "Pakein popok anak susah amat sih? padahal bentuknya sama aja kaya sempak gua!" Dumelnya sendirian, ia mengusap wajahnya dengan kasar lalu bersuara kembali. "INI DEPANNYA YANG MANA, VA?" *** Dari...