23. Slowly but Surely

1.6K 195 75
                                    

Vote dan komentar kalian adalah penghargaan terbesar kami sebagai penulis.
*****

Aku baru saja pulang dari pasar swalayan terdekat untuk membeli beberapa popok dan juga susu formula untuk anak-anak. Ya, maksudku anak Chanyeol dan Iva.

Tapi jika kalian mau, mereka akan menjadi anak ku kok. Siapa yang setuju?

30 menit aku berbelanja kemudian aku memutuskan untuk segera pulang dengan ojek online. Ya, beginilah keseharian ku setelah mereka berbaikan. Aku tidak lupa siapa diriku sebenarnya, hanya seorang baby sitter.

Tidak ada motor ataupun sepeda yang Chanyeol punya dan bisa aku gunakan dirumahnya. Hanya ada satu mobil berwarna silver yang—

Sebentar...

Mataku terbuka saat melihat ada mobil yang terparkir di garasi rumah. Aku tersenyum sendiri saat mengetahui Chanyeol sudah pulang. Dan sesaat kemudian senyumanku pudar mengingat Iva juga dibawanya.

Aku berdecak sebal. Namun disini aku harus bisa berubah menjadi lebih baik dari kemarin.

Setidaknya jika didepan Chanyeol.

Baru satu langkah aku memasuki rumah, dan betapa sialannya saat aku disuguhkan momen Chanyeol yang sedang berdiri di ambang pintu sambil memegang kue tart coklat lengkap dengan lilin yang menyala diatasnya.

"Happy late birthday my beloved wife..."

Sumpah itu sangat menjijikan.

Bukannya aku iri entah kalian akan mengumpatiku apa. Yang jelas ini sangat menggelikan. Anggap saja mereka kenal 4 tahun, dan mulai dekat 3 tahun belakangan ini jika dihitung sejak mereka kelas 12 hingga berumah tangga sekarang. Mereka sudah melakukan hal yang menjijikan seperti ini? Oh, sungguh ini sangat konyol.

Baiklah, aku mulai menjadi cenayang disini.

Jujur, aku iri. Tapi ingat dan kalian camkan. Aku bukan iri atas Iva yang memiliki Chanyeol, tapi atas momen-momen yang membahagiakan diantara mereka.

Aku kupas sejenak kisah ku setelah Ayah dan ibuku meninggal dunia. Tidak ada yang bagus dan tidak ada yang bisa dibanggakan. Bayangkan, aku masih kelas satu SMA saat itu, tapi sudah merasakan musibah sebesar ini.

Masa mudaku hilang bahkan aku merasa ingin mati saat itu juga. Aku lelah. Lelah hidup sendiri, lelah tiap hari menangis mengingat kejadian buruk tersebut dan—

Ini semua karenanya! Kalian boleh menganggapku penghancur rumah tangga orang, perebut suami orang bahkan sampai menyumpahi ku untuk segera mati dengan berbagai cara, seperti memukulku atau menggorok leherku.

Ya, aku tau karena aku membaca komentar kalian di tiap part jika aku selalu muncul dalam cerita.

Oke, lupakan. Ini diluar skenario, author semakin mengada-ada.

"Va, Iva? Kamu kenapa, Va?"

Lamunanku buyar ketika Chanyeol mulai berisik sendiri sambil memanggil nama istrinya yang ternyata tiba-tiba sudah ada di lantai.

Lelaki itu menepuk pipi wanitanya kemudian mengangkat tubuh Iva dengan gaya bridal style dan menempatkannya di atas kasur.

Aku melangkah maju, dan betapa terkejutnya aku saat berpapasan dengan Chanyeol yang berair muka cemas.

"Mina, tolong kamu urus Iva ya. Oleskan dia minyak kayu putih biar cepat bangun," Ujarnya dengan nafas yang memburu.

Enak saja! Urus istrimu sendiri, Park Chanyeol.

"Baik, Tuan," Kemudian Chanyeol berterimakasih padaku lalu meraih ponselnya yang ada diatas sofa ruang tamu dan menelpon seseorang.

Penolakan tadi hanya batinku. Mana berani aku mengucapkan hal yang kurang ajar begitu. Memangnya disini siapa aku?

How To Be PapaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang