27. That Night

1.4K 166 72
                                    

Halo, jangan lupa VOTE dan COMMENT!
PS: Jangan lupa nabung juga ya, karena My Annoying Neighbor/Suami Gue, Tetangga Gue sedang dalam PROSES PENERBITAN

*****
Gua kini sedang berada di restoran dekat kantor, kerena sekarang sudah masuk waktu makan siang. Ya, jujur, selama gua bekerja, Iva nggak pernah membuatkan gua sarapan. Itu nggak masalah, Iva juga capek tiap hari mengurus anak dan rumah.

Mengenai Mina, dia baik. Hubungan kami bertiga sudah lebih baik jika dibandingkan dengan hari itu. Hari dimana gua mendadak bodoh karena panik setengah mati ketika menyadari bahwa Mina datang setelah lama kami nggak bertemu.

Mina, perempuan cantik itu sungguh membuat gua kepikiran. Bukannya gua nggak memikirkan istri gua sendiri, tapi Mina lebih berpotensi di keadaan ini. Potensi apa? Potensi untuk merebut gua kembali dan menghancurkan keluarga gua.

Aneh memang jika gua takut dan pasrah kayak gini. Gua sayang Iva. Banget, malah. Tapi, Mina...

Astaga!!!

Gua kangen anak-anak. Kangen bermain dengan mereka dan juga Iva. Namun saat berada di rumah, perasaan gua seolah terdorong seperti nggak diterima di rumah itu lagi. Nyatanya, itu rumah yang gua beli dengan hasil jerih payah sendiri.

Malam tadi Iva bermimpi buruk hingga ia mengigau. Entah mimpi apa itu, yang jelas dia menyebut gua dan juga mamanya. Seperti kesakitan dan disiksa. Mana mungkin gua melakukan itu pada istri gua sendiri? Dia nggak salah, dia menuruti gua sebagai suaminya. Contohnya kemarin saat gua melarangnya untuk ketemu dengan Vernon. Ya, walau Iva bersikukuh bilang ia hanya ingin menjenguk Felly di rumah sakit. Tapi tetap aja, Vernon seakan sudah ter-blacklist­ di kehidupan gua.

Malam ini gua memutuskan untuk pulang cepat dari biasanya. Pekerjaan gua sudah selesai, bulan depan gua ada proyek besar di Kanada, mungkin gua akan mengajak Iva dan anak-anak untuk tinggal di sana sementara waktu. Tapi apabila proyek ini gagal. Perusahaan gua dalam masalah besar.

"Assalamualaikum..."

Gua memasuki rumah yang terlihat kosong. Setelah meletakkan sepatu di rak, gua melepas jas dan membuka dua kacing atas kemeja.

"Yeol..."

Itu Mina. Ya, kebiasaan dia memanggil gua hanya dengan sebutan nama jika tak ada Iva di rumah. Kini ia berjalan menghampiri gua yang sedang duduk di sofa.

"Hm?"

Mina terkekeh pelan, lalu ia duduk di samping gua.

"Capek?" tanyanya lembut.

Gua meliriknya sekilas dan lagi-lagi hanya menyahutinya dengan deheman singkat.

"Sini biar aku pijit—"

"Nggak usah, Mina." Gua sedikit menghindar dari kontak Mina yang akan memegang bahu gua.

"Kenapa, sih?" Mina menggerutu. "Aku cuma mau pijitin kamu. Udah nggak lebih."

Gua menghela gusar. "Tolong, jangan ganggu aku dan keluarga aku."

Mina mendelik, kemudian mengulas senyum miris. "Kalau gitu, kenapa kamu nggak pecat aku aja?"

Gua terdiam sejenak. "Karena aku masih mau bertanggung jawab, Min."

"Bertanggung jawab apa? Atas kejadian waktu itu?"

"Iya."

Mina lalu tertawa hambar kemudian memalingkan wajahnya dari hadapan gua. "Aku sadar itu adalah masa lalu dan nggak patut untuk dibahas. Toh, sebenarnya keluarga kamu sudah bertanggung jawab."

How To Be PapaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang