44. Miracle

768 127 73
                                    

Selamat terguncang dan
selamat membaca^^
***

Chanyeol memegang genggam tanganku begitu kuat seolah ia tak mau aku lepas sedikitpun darinya. Dari mulai keluar dari ruangan sampai sekarang kami sudah berada di depan rumah, pegangannya tak terlepas barangh satu menit pun.

Aku bertanya mengapa ia memperlakukanku seperti ini, dan katanya ia tak mau aku jatuh soalnya aku baru saja sembuh dan masih harus menjalani pengobatan untuk pemulihan.

Aku pun hanya bisa mengangguk paham dan memilih untuk mengikuti saja apa yang suamiku lakukan. Huh... Mengapa Chanyeol jadi protektif luar biasa begini saat aku sembuh? Tapi, manis. Hehehe...

Eh, iya. Aku sudah sembuh, lho!

Kalian senang tidak aku sudah sembuh? Iya, sungguh aku sudah sembuh. Setelah melewati berbagai pengobatan, operasi dan lainnya di luar negeri. Pun dengan para dokter ahli yang menanganiku setiap waktu, syukurlah aku bisa sembuh dari penyakit mematikan itu.

Kalian tidak percaya, ya?

Sama, kok! Awalnya aku juga tidak percaya, bahkan sampai bertanya sebanyak 20 kali pada Chanyeol dan dokter, apakah aku sudah sembuh atau ini hanya bohongan. Tapi memang ini kenyataannya, aku sembuh!

Aku tak habis pikir bagaimana tangan manusia bisa menyembuhkan penyakit seperti ini. Maksudku, tak lepas pula dari pertolongan Tuhan. Aku benar-benar hanya bisa mengucap syukur serta terima kasih pada Tuhan dan kaki tangan-Nya yang sudah bekerja keras untuk membuatku sembuh.

Kalian jangan menangis... Aku tahu ini sangat mengharukan, tapi tolong jangan menangis. Aku hanya ingin kalian tersenyum, terus mendukungku, mendoakan keluargaku dan terus ikuti kisah hidupku yang mungkin akan sangat membekas di memori kalian.

Hahaha... ini menarik. Apakah ceritaku ini akan menjadi film? 'Eun Iva dan penyakitnya'. Sungguh, itu lucu!

"Assalamualaikum..."

Tak ada yang menyahut.

Ya, tentu lah! Soalnya rumah ini sudah 6 bulan lamanya tak berpenghuni selama aku di luar negeri. Walaupun sekali-kali Chanyeol pulang ke rumah untuk mengurus kerjaannya, mengambil baju dan lainnya. Serta mamaku juga sering mengirim orang untuk mengurus rumah agar tidak begitu kotor seperti rumah hantu.

Anak-anak? Ada kok. Mereka bersamaku kali ini. Walaupun mereka masih berada di kereta bayinya karena aku masih belum sanggup untuk menggendong mereka sekaligus.

Mereka sudah besar. Buktinya roda bayi mereka bukanlah yang didorong seperti dulu, melainkan kereta bayi yang khusus untuk balita. Iya, mereka sudah umur 2 tahun, dan kalian tahu? BESOK MEREKA ULANG TAHUN, LHO!

Wah... Aku sangat menantikan momen ini.

"Kamu mau makan, Va?" tanya Chanyeol setelah aku duduk di sofa.

Aku menengok ke arahnya dan menggeleng dengan senyuman manis.

Chanyeol mengangguk dan mengelus punggung tanganku dengan ibu jarinya. Aku sempat memalingkan wajah hanya untuk melihat sekitar rumah yang aku rindukan, tapi setelah kembali memandanginya, Chanyeol masih senantiasa lekat menatapku.

"Kenapa, Mas?" tanyaku lembut.

Chanyeol tak menjawab. Ia hanya tersenyum, kemudian mencium keningku dengan tempo yang begitu lama.

Aku hanyut dalam ciuman hangatnya. Aku pikir hanya bibirnya yang membuat dahiku menghangat, tapi ternyata butiran air mata sepertinya ikut menemani kecupannya.

Setelah ciuman itu terlepas, aku menatapnya.

Chanyeol menangis...

"Mas," panggilku.

How To Be PapaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang