Hari pertama masuk sekolah memang memiliki kesan yang bermacam-macam. Ada yang mengeluh karena merasa kurang liburannya. Ada yang senang karena uang sakunya kembali. Dan ada yang biasa saja.
Untuk siswi yang satu ini, dia termasuk dalam golongan, 'senang karena uang sakunya kembali'. Siapa lagi kalau bukan, Dini.
Setelah memarkirkan motornya di parkiran khusus murid. Dini tidak langsung berjalan menuju kelas. Dia menuju salah satu temannya.
Maklum, baru masuk masih lengket dengan teman SMP.
"Henny!" panggilnya kepada teman SMP nya itu.
Siswi yang mempunyai nama tersebut otomatis melambaikan tangan. "Eh Din!"
Dini segera menghampiri Henny, "hm tumben gak telat," sapanya.
Henny terkekeh, "ya emang lo, eh btw, udah bawa buku nya?"
Dini mengangguk, mengeluarkan buku saku kecil. "Udah dong, gue beli di Gramed," katanya sambil memperlihatkan buku saku yang ia beli kemarin.
Henny mengamati buku itu. Lalu mengganguk santai. "Lo salah beli beb," katanya.
"Mas Bobby suruh nya warna hijau, lo malah warna ungu, percuma," sambungnya mengingat perintah Bobby pada adik kelasnya itu.
Pasalnya, saat itu Bobby memberitahu bahwa untuk siswa dan siswi baru SMK Wijaya Bangsa diwajibkan membawa buku saku dengan ketentuan siswa warna biru dan siswi warna hijau.
Dan sekarang Dini membeli warna ungu. Melenceng jauh.
"Laaaaahhhhh," lenguhan panjang di keluarkan. "Percuma uang gue, astaga gimana ni," ucap Dini dengan sebal.
Henny hanya bisa tertawa dan mengelus punggung temannya itu. "Sabar semua pasti ada hikmahnya," ucapnya berusaha menghibur Dini.
Disisi lain.
"Feb, nanti kamu pulang nya sama aku kan? Kamu bawa motor kan? Aku pulang sore ini, gak mau naik bis, sumpek, sama kamu ya?" pertanyaan beruntun datang dari Fathiah.
Fathiah terus bertanya, tanpa memperdulikan Febrian yang sudah pusing sendiri.
Febrian berhenti lalu menghadap Fathiah, "iya iya, nanti aku tunggu, di perpustakaan."
Fathiah mengangguk. "eh terus kemarin gimana di kelas?"
Febrian yang tadinya ingin melangkah jadi berhenti lagi, "gimana apa nya?"
"Hh, ya gimana, ada temen baru apa enggak?" tanya Fathiah sudah mulai gemas.
Febrian memicingkan matanya, "ya ada, eh tapi ceweknya cantik-cantik," kata nya berusaha menggoda Fathiah.
Fathiah memiringkan kepalanya, "iya bagus dong," ucapnya dengan kerjapan mata yang polos.
Febrian membulatkan matanya tak percaya, "bentar-bentar," katanya.
"Maksudnya bagus disini tuh apa ya?" tanyanya tak paham. Bahkan tangannya tanpa sadar menyugar rambutnya.
"Iya kan, pandangan mu gak cowok semua, ntar kalau cowok semua jadi homo," jawab Fathiah enteng lalu berjalan begitu saja.
Febrian masih membeku, bisa-bisanya Fathiah tidak paham godaannya. "Kamu tuh polos atau bego sih?" gumam nya.
"Eh Feb," kata Fathiah. "Loh Feb ngapain disitu, kelasnya kan disana bukan disitu," ucapnya saat mengetahui Febrian ketinggalan di belakang dirinya.
Febrian terkekeh, lucu sih.
"Kenapa?" tanyanya lembut.
"Kamu kok tumben bawa motor?"
"Emang kenapa gak boleh?"
"Bukannya gak boleh, tapi, apa aku boleh sama kamu terus?"
"Hm, memang kamu mau sama aku?"
"Ha? Maksudnya?"
Febrian menghela nafas, "Untung doi."
"Iya, kamu sama aku."
Fathiah tersenyum, "makasih Febrian."
(…)
Woy, holaaaa. Sedikit dulu yaa.
Selamat membaca!
KAMU SEDANG MEMBACA
SMK? BISA! [ S E L E S A I ]
Teen Fiction[ S E L E S A I ] Apa yang ada di benak mu saat mendengar kata SMK? Apa? Anak berandalan yang suka tawuran? Halooo. Kalau begitu kau harus baca ini. Baca saja kisah ini maka kau akan mengetahui realita sesungguhnya dari murid SMK. Realita murid SMK...