19, Mendadak Banget

726 61 2
                                    

Windy yang berjalan ke ruang OSIS harus berhenti tiba-tiba karena ada yang memanggilnya. Dengan sebal dia menoleh ke belakang, mukanya sudah masam karena daritadi Pak Suryo sudah ceramah panjang kali lebar. Katanya, kenapa penggalangan dana baru dapet lima juta, target sepuluh juta harusnya bisa dalam seminggu.

Rasanya Windy ingin melempar vas bunga ke mukanya Pak Suryo, tapi itu dosa makanya dia cuma misuh dalam hati. Dengan malas Windy diam di tempat menunggu Jaebi yang datang.

Jaebi yang baru saja keliling sekolah mencari Windy, sekarang melihat muka masam Windy jadi merasa terganggu. Masalahnya Windy itu kalau sudah ceria banget energi positif nya bakal nular kemana pun, jadi seperti charger. Nah beda lagi kalau udah suram kayak gini. Aura gelapnya bikin orang males buat deketin.

Baru saja Jaebi ingin memberi laporan, Windy sudah bertanya dengan ketus. "Apa?"

Jaebi terkaget, tubuhnya mendadak bergetar walau akhirnya dia berhasil menormalkan kembali. Dengan tatapan matanya yang lembut Jaebi berkata, "mau ke ruang OSIS kan? Soalnya ada Kakaknya Bobby disana."

"Lah apa hubungannya Mas nya Bobby sama gue?"

Jaebi berusaha bersabar, gini nih kalo Windy udah beneran kayak singa. Beneran ketus, gak bisa apa lunak sedikit. Di bilangin gini baper, di kasih tau malah gini. Astaga, Jaebi mau pulang aja.

"Mau ngasih duit, gak mau lu?"

Windy yang tadinya masih malas mendengarkan cerita Jaebi dan ingin melanjutkan berjalan jadi mengurungkan niat. Matanya melebar mendengar perkataan Jaebi tadi. Apa katanya ngasih duit?

"Yeeuu emang ya cewe, denger kata duit aja langsung seger matanya."

Muka Windy kembali masam, dan dia tanpa menunggu persetujuan Jaebi melanjutkan jalannya yang sempat berhenti tadi. Jaebi mendadak ikut kesal juga. Bisa gak sih ketua nya ini sedikit pengertian gitu??? Windy ini cewek juga.

"Woe Windy, Mas nya Bobby mau bantuin event kita bego banget sih lo ga peka," ucap Jaebi yang berhasil menyamai langkah nya dengan Windy. Windy jadi terdiam lalu menoleh pada Jaebi seutuhnya.

"KOK LO GAK BILANG DARI TADI SIH ANJIR! GINI KAN GUE GAK USAH PUSING-PUSING MIKIR GIMANA KITA MAU DAPET DUIT, HAMPIR AJA GUE MAU NGEPET HE BEGO LO!"

"ANJING, GUE UDAH MAU NGOMONG LO PERGI DULUAN, LO JADI KETUA PEKA DONG SAMA ANAK BUAHNYA."

"DIEM LO BI!"

"Iya maap," begitulah kalau Windy sudah meledak yang pada akhirnya meminta maaf ya si laki-laki. Karena wanita itu selalu benar.

Padahal Jaebi bisa saja membuat Windy diam tak bisa bicara. Tapi kalau dia seperti itu yang ada Windy nanti nangis, nah kalau sudah nangis bakal susah buat Windy diem. Apalagi semenjak tadi mereka bertengkar di koridor kelas 11, masih banyak murid yang berada diluar.

Emang sih cewe itu ribet banget, apalagi Windy yang moodnya sudah hancur begini. Makanya Jaebi betah jomblo lama, orang temen-temen cewenya gini semua.

Sesampainya di ruang OSIS, benar saja ada 'orang asing' yang tengah duduk disana. Siapa lagi kalau bukan kakaknya Bobby. Dan Bobby dengan santainya makan cemilan yang harusnya itu buat kakak nya. Memang adik kurang ajar.

Kehadiran dadakan Mas Dimas, nama dari kakak Bobby, tentu saja di sambut sangat luar biasa oleh Windy. Dia bahkan berubah menjadi sangat ceria. Kilatan sinar di mata sipitnya nampak dengan jelas, bibirnya tak henti tersenyum. Hm memang, cewe kalau udah ketemu duit lupa sama dunia.
















Kejadian tak terduga lainnya datang dari koridor kelas 10. Koridor kelas yang sangat ramai ini seakan tidak pernah sepi. Seakan ada saja kejadian demi kejadian yang terus saja terjadi. Kalau Yoyo bilang sih, anak kelas 10 ini anak emas. Terlalu jenius daripada kakak kelasnya. Saking jeniusnya mereka bisa gila.

Ya memang, anak kelas 10 ini kebanyakan hiperaktif. Mereka seakan punya batre yang tidak pernah habis. Ada sih waktu saat kelas 10 akan diam. Waktu sholat duhur, setelah sholat, mereka akan mulai gila lagi.

Ini nih, Abimanyu dan temannya yang lain. Bukannya bantuin benerin pohon di greenhouse malah asik futsalan sama temennya. Kan gak lucu. Untung saja Bhirawa peka dan menggantikan posisi adiknya yang kurang ajar itu.

Varellita sendiri sedang asik makan chiken pop bersama Fathiah dan Chisbiya, teman baru dari kelas keperawatan. Kelas yang sama dengan Varellita.

"Rel, tumben gak sama Abimanyu," kata Fathiah yang sibuk memakan takoyaki. Ah iya, kantin mereka ini menyediakan makanan Jepang bahkan Korea dan China juga.

"Oh Abimanyu, ada sih lagi futsalan," jawab Varellita seadanya.

Chisbiya yang peka langsung bertanya kembali, "memang kenapa sama Abimanyu Fath?"

"Aku nyari Febrian, dia gak kelihatan tadi," ucap Fathiah menanggapi pertanyaan Chisbiya.

Baru saja Chisbiya mau berucap, gerombolan teman-teman lainnya langsung lari mengerubungi lapangan futsal.

Tiga gadis yang duduk di taman dekat lapangan futsal disana heboh dan bingung sendiri, ada artis yang datang ya?

"Eh woy, Abimanyu sama Febrian berantem!"

Teriak salah satu murid yang berada di lapangan.

Mendengar nama itu Fathiah langsung menuju lapangan, dan benar saja. Abimanyu berada di atas Febrian, dengan sudut mulut Febrian terluka.

"RIAN!"





















(...)























A/n

Halo, maap ya ku tidak update beberapa hari. Sebenarnya ada ide gitu, cuma susah buat nyepetin waktu nulisnya. Mau dibilang aku sok sibuk ya gapapa terserah.

Tapi kenyataannya tanggal merah di kalender itu gak berpengaruh sama jadwal aku yang harusnya libur malah diisi rapat dan Galang dana serta survei tempat. Ya intinya begitu, makasih yang sudah mau Stay disini.

Ketemu lagi di chapter selanjutnya!

SMK? BISA! [ S E L E S A I ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang