17, Rusuh

784 62 1
                                    

Kelas yang tidak pernah tenang ini menjadi kelas kesurupan. Bagaimana tidak, mereka yang baru paham jurnal umum disuruh membuat tiga jurnal sekaligus.
Tadi Bu Jani memberikan tugas untuk membuat jurnal umum disetiap 30 transaksi yang terjadi. Dengan kata lain 30 transaksi itu dihitung 1 bulan jadi Bu Jani memberi tugas, membuat jurnal selama 3 bulan.

Sebenarnya membuat jurnal umum itu sangatlah mudah. Karena jurnal umum sendiri termasuk kunci pertama atau materi awal di pelajaran perbukuan akuntansi. Caranya hanya tinggal menghafal transaksi mana yang harus masuk kedalam kolom debit atau kredit.  Serta logika kalian jangan sampai hilang, konsentrasi juga harus tajam.

"Mr. Yudith mengambil uang sejumlah Rp.80.000 untuk keperluan pribadi. Itu apa woy?" tanya Luthfi dengan suara lantang. Frida menengok lalu berkata, "itu soal." Luthfi mengumpat dan satu kelas tertawa, lah Firda kan gak salah.

Anggun tertawa cukup keras, dari mereka semua dia lah yang paling receh. "Anjir Firda bener kampret," ucapnya dengan umpatan.

"Ya gak usah ngumpat juga to Nggun. Wes anjir tambahi kampret san. Emang taik," tambah Dini yang langsung disoraki satu kelas.

"He Din, sakwise O opo?" tanya Neni. Dini mengernyit, "sakwise O yo P lah. Piye siiihhh. Ki ya O P Q R S T U! Bocah TK wae iso moso kowe rak, Oh kowe neng TK turu tok ya?" Ucapnya dengan bahasa Jawa yang kental serta selesai dengan satu tarikan nafas.

"Kampret, maksudnya jawaban habis O apaaaa Diniiii."

"Ngobrol dong," jawab Dini santai.

"KET MAU AKU MBOK ANGGAP OPO SIH? PATUNG? CANTELAN WAJAN? LAWANG?"

"Wiss, selow," ucap Dini dan berhenti sejenak. Lalu dia mengangkat kedua tangannya ke atas. Dan mulai menjadi gila, "karena ku selow sangat selow tetap selow santai santai jawaban gak akan kemana," dia berjalan menuju Fathiah yang sedang mengerjakan serius.

"Fathiah! Fathiah! Minta jawaban dong," katanya dengan nada. Emang ya mulutnya Dini tuh gak bisa diem.

Fathiah mendongak, "minta ke Bu Jani."

"SUKURRRR!!"

"NAAAHH MANTAP!!"

"RASAIN LO DIN RASAIN!"

"ASEEEKKK!"

"mogakno Din, ojo cangkeman wae. Delok kae punyamu hurung kabeh, mau bel ki lho," ucap Heni yang sibuk menyalin jawaban milik Ria. Ria menyalin jawaban dari Firda sedangkan Firda?

Tentu saja dari Dwiki!

Kalian tau yang namanya kekompakan? Ya ini, ada beberapa yang ngerjain, yang lain sibuk nyalin. Gapapa yang penting, jawaban sudah selesai semua.




















"HUAAAAA KALKULATOR KU MATIIII!!!"

"INNALILAHI WA INNAILAIHIROJIUN, KUBUR WEH KUBUR!"



Neni berteriak alay saat kalkulator nya yang daritadi bisa dipakai lancar jaya. Tiba-tiba sekarang mati! Padahal gak ada tanda-tanda ada malaikat maut dikelas ini.

Dini yang mendengar pekikan tadi, segera menyahuti dan berlari ke tempat Neni. Padahal dia sedang nyalin jawaban dari Fathiah.

"Di kasih contekan gak mau, yaudah," gumam Fathiah. Saat ingin mengumpulkan bukunya tiba-tiba ada seseorang yang mendekat. "Hehehe Fath, lihat dong."

Fath menghela nafas, Himawari ini tidak pernah berubah ya. "Nomor berapa yang belum?"

Himawari tersenyum canggung, "3 dari terkahir, sama yang nomor terakhir ajarin dong."

Fathiah mengangguk, dia lebih suka berbagi ilmu seperti daripada harus berhadapan dengan orang yang sukanya nurun jawaban tanpa tau darimana asalnya.

"Kan Bu Jani bilang, intinya logika kita tuh harus tajam. Jadi gini sebelum beralih ke soal aku mau ngetes kamu dulu." kata Fathiah dengan menatap Himawari yang berada di depannya. Hima yang sadar, dia segera menarik kursi terdekat karena Fathiah pasti akan menjelaskannya dengan panjang.

"Hima, kalo kamu beli Tupperware di aku. Tapi kamu utang," katanya. Fathiah melanjutkan setelah melihat ekspresi Hima. "Kamu ngutang tapi Tupperware kamu udah kamu ambil, terus kamu dapet apa?"

Hima terlihat berpikir, "aku beli tapi ngutang, terus barangnya udah aku ambil. Gitu ya?" tanyanya dengan nada sedikit ragu karena sedang menyimpulkan perkataan Fathiah tadi. Fathiah yang mendengar, mengangguk. Matanya berbinar, tumbenan Hima cepat menangkap materi ini.

Lagi-lagi hanya gumaman yang terdengar dari Hima. "Aku yang pasti dapet utang sama barang."

Fathiah mengangguk setuju. Dengan semangat dia berucap, "terus aku dapet apa?"

"Ya kosong gak dapet apa-apa."

"ASTAGFIRULLAH!"

Himawari meringis polos. Fathiah mengelus dadanya, "aku dapet piutang lah Him," jawabnya dengan pasrah.

"Hahaha eh iya aku lupa."

"Hm."

"Terus, berati kan. Utang kalo tambah di kredit, Tupperware di debit, sama piutang di debit ya?"

"Hahahaha bukan Tupperware tapi peralatan. Bedanya peralatan sama perlengkapan adalah jika peralatan itu bukan habis tapi rusak atau menyusut atau udah gak bisa di gunakan. Nah perlengkapan itu barang yang cepat habis, okeh kamu bener."

Hima yang mendengar itu tersenyum ceria. Tapi seketika senyuman nya luntur saat Fathiah berucap, "tadi kan cuma contoh dari aku Him. Sekarang udah bisa kan ngerjain soalnya, ini bukunya tak tumpuk ya."

Hima mematung. Sialan dia di tipu rupanya.

Hima yang pasrah meninggalkan meja Fathiah dan mencoba mengerjakan soal tadi. "Iya Hima tinggal nulis, santai aja santai," gumamnya.








"WAAAAAA JANGKRIK! ITU JANGKRIK DIKEPALA ANGGUN!"

Anggun yang mendengar hal itu mulai meraba kepalanya.

Dan...











"HAAAAAAAA LUTHFI JANGKRIK! JANGKIRK LUTHFI JANGKRIK!"
















(…)











A/n

Orang kayak Dini di dunia nyata itu ada gengs.









SMK? BISA! [ S E L E S A I ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang