12, Kepepet Mas

886 77 2
                                    

Upacara tengah berlangsung. Pasukan pengibar bendera sedang melakukan tugasnya. Dan para peserta upacara mengikuti dengan khidmat.









Hahahaha hoax bro.

Mana ada sih yang bisa jadi patung selama tiga puluh menit. Ambil realita aja deh. Satu menit kalian berdiri tegak, gak bergerak, gak ngomong sama gak noleh-noleh, anteng gitu bisa? Ya kalau kalian dari kecil udah di didik secara militer sih gapapa.

Tapi ini, di jaman millenial, diam sedetik aja susah. Eh bisa deng, kalau ada hape. Tapikan ini upacara, masa mainan hape. Aneh bhaks.

Oke, serius. Jadi gini, menurut penelitian, anak jaman sekarang maksudnya generasi now itu susah untuk di ajak emm berempati. Jadi jika ada upacara yang berlangsung khidmat, bukan upacara Kemerdekaan yang dilakukan di istana negara, dan berlangsung lancar serta khidmat, maka itu ajaib.

Hm, balik lagi.

"He," bisik salah seorang murid pada murid di sebelahnya. Febrian yang mendengar suara itu hanya melirik sekilas. "Paan?" celetuk nya tak tahan.

"Anterin gue," ucap pemuda itu lagi. Febrian kali ini menengok sempurna, mengabaikan jalannya upacara. Melihat gerak-gerik pemuda di sebelahnya ini, "udah gak tahan?"

Pemuda itu mengangguk, "ayo ah!"

Mereka berdua pergi meninggalkan barisan. Yoyo yang kebetulan berada di belakang barisan kelas Febrian segera menghampiri mereka, "mau kemana?"

Febrian menjawab, "ini mau ke kamar kecil, udah gak tahan," jawabnya sambil menunjuk temannya.

Yoyo yang melihat sedikit terkekeh, "tahan bentar gak bisa? Udah mau selesai."

"Aduh mas, kepepet Kulo mas, boten saged, niki Kulo, Astagfirullah boten saged mas, sampun ning pucuk," balas pemuda itu. ( Kepepet saya mas, tidak bisa, ini saya. Astagfirullah gak bisa mas, ini sudah di pucuk. Ini pakai bahasa Krama ya )

Yoyo tertawa, "yaudah yaudah, sana jangan lama-lama," katanya mempersilakan mereka berdua ke kamar mandi.

Febrian menunggu pemuda tadi. Salah satu pintu kamar mandi terbuka, bukan pemuda yang bersama Febrian melainkan Fabian.

Iyap, kakak dan adik akhirnya bertemu.

"Loh? Ngapain disini?" tanya Fabian pada adiknya itu. Febrian hanya melihat kakak nya sekilas.

"Mas sendiri ngapain?" Febrian balik bertanya. Fabian menggeleng, "habis buang hajat."

Fabian berjalan menuju Febrian, lalu duduk di samping adiknya itu.

"Nungguin temen?" tanya Fabian lagi. Febrian hanya mengangguk. Sang kakak tersenyum, "udah bisa punya temen to."

Febrian hanya mencibir, "mas ngapain disini, balik sana, udah selesai juga," katanya memerintahkan kakaknya untuk balik.

"Mas disini jaga kalian, siapa tau kalian kabur kan."

"Gak bakal."

"Ngomong-ngomong," Fabian menggantung kalimat nya. "Cewek yang kemarin kamu antar pulang cantik ya."

Febrian tersedak ludah. Terbatuk begitu saja. Membuat Fabian tertawa, sukses telah membuat adiknya ini terkejut bukan main.

Febrian mengelap mulutnya dengan tangan, "kok mas tau?" tanyanya mulai menyelidik. Fabian memicingkan matanya, "kemarin lihat di parkiran," jawabnya begitu saja.

Hening, hanya hembusan angin yang lewat.

"Fathiah."

"Ha?"

Febrian menoleh sepenuhnya pada Fabian, "namanya Fathiah, anak sepuluh akuntansi."

Fabian membulat kan mata tak percaya, adiknya ini sedang tersenyum. Ya walau hanya tipis, tapi Fabian bisa melihatnya.

Saat ingin menyahut, pintu toilet terbuka lagi. Memperlihatkan pemuda yang bersama Febrian tadi.

Febrian melihatnya dengan tampang yang datar. "Balik yok!" ajak pemuda itu.

"Eeh ada mas...," pemuda itu menggantungkan kalimatnya. "Fabian," sahut Fabian.

"Hehehe iya mas Fabian, maaf," ucapnya.

"Kamu temennya Febrian?"

"Iya saya teman sekelasnya Febrian, nama saya Raffael," jawab pemuda itu sekaligus memperkenalkan namanya, Raffael.

Fabian mengangguk, "hm temenan yang baik ya, saya mau balik ke barisan," Fabian beranjak namun, "Feb, dia dijaga, mas gak mau kamu kayak dulu lagi."

Setelah mengatakan itu Fabian berlalu saja.

Febrian yang mendengar itu hanya bergeming. Masih belum beranjak dari tempat.

"Dia saudara kamu?" Ucapan Raffael membuyarkan lamunan Febrian. "Iya," jawab Febrian malas.

Raffael mengangguk, "pantes sih, Fabian - Febrian, cocok."

Kali ini Febrian memilih diam, tidak berkomentar. Kata-kata dari Fabian barusan, apa maksudnya?














(…)









FABIAN KUUUU AKHIRNYA NAK!!!!

ASTAGA KENAPA ANAK GUE KEBANYAKAN COWOK SIH HUHUHU. HMMMMM YANG DIATAS ADA YANG REALITA YES!

BACA PELAN-PELAN.

okey. Babay!

SMK? BISA! [ S E L E S A I ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang