25, Kill This Love

626 57 1
                                    

Seperti Deja Vu, karena sebelum-sebelumnya Febrian tidak menghampiri Fathiah sama sekali. Mungkin karena masih canggung. Namun, kali ini sama seperti sebelumnya dia menghampiri Fathiah di depan kelasnya.

Iya, di depan kelasnya.

Saat keadaan mereka belum menemukan titik terang. Karena bagi Fathiah, Febrian tidak lebih dari sekedar sahabatnya. Bukan berarti Fathiah tidak menyayangi Febrian, tapi rasa sayang nya tidak mampu melebihi dari batas itu.

Kedatangan Febrian membuat suasan lorong depan kelas Akuntansi yang semula ramai, mendadak menjadi pasar Johar.

Ricuh, ramai, dan tak terkendali.

Celetukan-celetukan mulai keluar dari mulut Luthfi, Dini, Neni, dan yang lain.

Sampah memang.

Bima yang biasanya tidak terlalu ikut campur, namun hari ini berkata, "udah baikan ya pangeran dan putri kita ini?"

Sontak Luthfi menjadi lebih antusias, "hmm gue denger ada gencatan senjata antara pihak negara api dan negara air."

"Goblok," umpat Dwiki yang berjalan melalui Luthfi. Dengan di sentil begitu saja, mata Luthfi seperti ingin keluar.

Tidak perlu berhitung lebih dari tiga detik, Luthfi sudah mengejar Dwiki yang dengan cekatan berlari darinya.

Fathiah sempat ternganga sekejap.

Sejak kapan si mulut toak masjid bisa akrab sama ubin masjidnya?

"Fath?" Fathiah mengerjap, dipandang nya Febrian, "kenapa?"

Febrian tersenyum tipis, "ayo pulang."

Fathiah mengangguk pelan, mengikuti langkah Febrian dibelakang nya. Langkah Febrian sangat ringan, bahkan kalau boleh Fathiah bilang, tubuhnya tumbuh dengan cepat, atau dengan kata lain.

Fathiah jadi lebih pendek dari Febrian. Walau sebelumnya dia tidak sependek itu.

Suara dering telepon menginterupsi kedua nya untuk berhenti. Febrian melihat sekilas nama yang tertera dilayar, "halo?"

Fathiah memperhatikan itu, ada gurata serius dalam wajah Febrian. Ekspresi yang sama sekali Fathiah belum pernah lihat.

Febrian mengangguk, "oke, gue gak akan lebih dari satu jam, terus langsung pulang. Lo tunggu aja disana kak," ucapnya sebelum memutuskan hubungan telepon itu.

Febrian memasukan lagi hapenya kedalam saku celana, "tadi kakak lo?" Fathiah bertanya sebelum Febrian kembali berjalan.

Membuat pemuda itu mau tidak mau melihat kearah dirinya seutuhnya. Gadis ini memandang dirinya dengan pandangan lurus, terlihat serius namun juga lembut disaat yang bersamaan.

Pandangan yang sangat disukai oleh Febrian.

Febrian berdehem, "Iya dan sama seperti yang lo dengar. Gue nggak punya banyak waktu karena gue harus segera pulang."

"Kak Fabian?"

"Terdengar lucu kalau lo yang manggil. Dan satu hal yang harus lo tau, Kak Fabian adalah satu-satunya kakak yang gue punya."

"Sepenting itu?"

Febrian mengangkat alis, "kenapa?"

Fathiah menggeleng, "nggak, gue bisa nebeng mas Benn."

"Lo ada hubungan apa sama Kak Benn?" ada sedikit nada tak suka saat Febrian melontarkan kata itu. Membuat Fathiah sedikit terkejut.

Gadis ini tersenyum tipis, "ternyata mas Benn itu saudara gue."

Febrian hampir saja menyemburkan ludahnya jika dia tidak menguasai dirinya sendiri, "suadara lo?"

Fathiah mengangguk, dengan santai dia berjalan mendahului Febrian menuju motor pemuda itu.

"Feb," panggil gadis ini tanpa menengok kebelakang. Tempat Febrian berada.

"Hm?" Adalah gumaman yang ditujukan sebagai jawaban.

"Maaf, gue gak bisa bales perasaan lo. Karena sejak awal gue memang menyayangi lo, tapi tidak bisa lebih dari lo. Gue tau ini jelas terasa menyakitkan, tapi mau gak mau gue harus jujur sama lo," lanjutnya dengan masih dalam tempat yang sama.

Dari arah yang tidak bisa dilihat Fathiah, Febrian menyunggingkan senyuman tipis, "chill, gue gak peduli lo gak bisa balas perasaan gue, yang terpenting ingat ini. I'll don't leave you with yourself. Remember it Fathiah."

Ucapan Febrian mendapatkan anggukan antusias dari Fathiah, gadis itu jelas terlihat lebih lega dari sebelumnya.

"Udah minggir, nanti kakak gue marah kalau gue pulang telat."

Tanpa membantah, Fathiah mempersilakan sang pemilik motor menaiki motornya terlebih dahulu.

Yakan emang harusnya gitu.

"Feb."

"Apa lagi?"

"Buset, barusan aja baikan, sekarang galak lagi?"

"Lo cuma punya waktu lima detik dari sekarang," ucapan Febrian tentu saja membuat Fathiah melotot tak percaya.

"Dandelion, gue mau ketemu sama dia."

Febrian sempat tidak paham akan maksud dari sahabatnya ini. Namun tak berapa lama, "kapan-kapan gue ajak lo kesana."

Dan dengan begitu, dua manusia itu pergi dari sekolah mereka menuju arah pulang.

Ada perasaan lega yang menyelimuti mereka berdua. Itu karena tidak lain adalah rasa jujur yang sudah mereka utarakan.

Tidak semua harus dimiliki atas dasar nama cinta.

Love is dumb, I guess.

But, in the same time, Love is magic.

Jika atas nama cinta itu membuat mu sakit, maka tidak ada cara lain, kau harus membunuh cinta mu itu.

Bukan membunuh seperti itu yang dimaksud, melainkan jujur lah dengan dirimu sendiri.


















A/n

Mulai sekarang Akuntansi akan muncul lagi... dan masa lalu Jaebi oke.

Bye!

Kapal Fathiah dan Febrian jelas tidak akan berlayar karena jika berlayar mereka akan karam begitu saja.



SMK? BISA! [ S E L E S A I ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang