29, Cat and Dog

528 40 6
                                    

Hari ini, Abib berangkat sekolah pagi-pagi sekali. Bukan apa-apa, sebenarnya dia juga malas berangkat pagi, tapi karena desakan dari Rosi dan dia tidak ingin membuat Rosi menjadi singa, ya mau tidak mau dia berangkat pagi.

Rumah Abib itu tidak begitu jauh, jika dari Jalan Pemuda, kalian hanya tinggal putar balik ke arah jalan Indraprasta.

Semalam, grup chat OSIS ramai, isinya sebagian di isi oleh spam chat Rosi. Gadis tinggi dan ramping serta memiliki kulit putih yang terang itu benar-benar rusuh semalam.

Padahal, hanya di suruh pak Tikno untuk memberi tahu bahwa besok jumat akan kedatangan pak Wali Kota. Padahal kan kantor Wali Kota itu disebelah sekolah mereka. Kenapa mesti heboh?

Karena sekalipun dekat, belum dapat bertemu setiap hari nya. Dan, walaupun dekat belum tentu dapat berbincang layaknya seorang teman. Bahkan, walau dekat karena jarak bisa jadi jauh karena takdir.

Abib Fajar Haikal. Laki-laki tinggi yang menjadi primadona sekolah. Sebenarnya ini cukup membuat Rosiana –Abib biasa manggil dia Rosi– terkejut karena dulu, saat masih kelas sepuluh, Abib bukan seperti itu.

Iya dia memang menonjol. Menonjol dalam bidang, bolos, berantem, tawuran sama SMK sebelah dan...jarang ngerjain pr.

Tapi, sikap nya seakan terbanting kebalik saat masuk kelas sebelas ini. Dia jadi lebih...manly, ga pernah bolos, kadang ngumpulin pr, dan...cowo inceran satu sekolah.

Lagian siapa sih yang gak mau sama Abib? Tinggi, tampan, anggota pengurus OSIS, anak basket, terus suka senyum dan kulit nya sawo matang. Tidak seperti Jaebi yang kulit nya putih bersih. Abib ini benar-benar memiliki kulit yang dapat membuat kaum hawa bisa melihat nya terus tanpa bosan.

Turun dari motor, Abib berjalan santai. Eh, bukan santai, berjalan malas menuju ruang OSIS. Laki-laki ini menguap lebar sambil berjalan.

Sampai ada seseorang yang menubruk nya dari belakang.

"E AYAM!"

"ADOOHH SAT!"

Kedua nya jatuh dengan posisi perempuan yang menubruk nya hampir menindih Abib. Iya, perempuan.

Mereka saling berpandangan satu sama lain, kurang lebih selama lima detik. Dan pada detik ke lima, kedua nya sama-sama bangkit. Dan terlihat canggung.

"Eum- anu maaf kak," ucap gadis ini. Karena perbedaan tinggi yang nampak nya tidak terlalu jauh, Abib masih bisa melihat wajah gadis yang menubruk nya, walau sebenarnya gadis ini sedang merunduk dan memeras rok nya sendiri.

Abib mengangkat alis nya, "lo temen nya Fathiah bukan?" bukannya menanggapi ucapan maaf dia malah balik bertanya. Dasar gosong.

Gadis ini mengangkat kepalanya, tersenyum singkat. "Iya Kak, aku temen nya Fathiah, nama ku Varellita," jawab Varellita pada Abib.

Abib tersenyum.

"Gue enggak nanya nama lo betewe."

Varellita yang awal nya tersenyum karena Abib juga tersenyum jadi mendengus sebal karena kata yang baru saja diucapkan Abib.

"Baru tau gue, Fathiah punya temen yang kayak sumpit bambu gini," kata Abib tidak banyak peduli dan beranjak pergi. Varellita mendelik, siapa yang disebut sumpit bambu ha?

"Excusme kakak, siapa yang barusan Kak Abib panggil sumpit bambu?" tanya nya yang berhasil membuat Abib berhenti.

Abib berhenti, berbalik, lalu dengan wajah datar dia menunjuk gadis itu dengan berkata, "lo.sumpit.bambu."

Varellita mendengus tak suka, emosinya seakan terpancing, "yang wajan gosong diem aja."

"ha?"

Meniru gerakan Abib, Varellita menunjuk laki-laki ini sambil berkata, "lo.wajan.gosong."

Abib mengumpat tanpa suara.

Dari kejauhan terlihat Rosi yang berlari kearah Abib dan Varellita, "woy! Elah udah dibilangin langsung ke ruang OSIS ngapain pacaran dulu."

"Dih siapa yang pacaran!"

Mereka berdua berpandangan, tidak sangka akan mengatakan kata yang sama, sementara di tempat nya Rosi mengernyit heran, "ga pacaran apanya, mesra gitu."

Tidak ingin meladeni Rosi lebih jauh lagi, Abib segera pergi dari sana. Melewati Varellita yang mendengus sebal dan Rosi dengan kening berkerut, "Rel, kok bisa pacaran?"

"Enggak Kak! Apasih," Varel menghentakkan kaki nya, dan cemberut. Melihat ini Rosi jadi tertawa.

"Kok ketawa sih?"

"Lucu aja."

"Iya tau Kak aku lucu," kata Varellita udah kepedean.

Rosi memutar bola mata, "bukan lo. Tapi lo sama Abib, lucu, kayak kucing sama anjing."

"Pasti yang anjing Abib," gumam Varellita yang memicu tawa keras Rosi.

Sementara itu, di parkiran masih terdapat Abimanyu. Masih setia dengan motornya, melirik tajam setiap manusia yang memasuki gerbang.

Lalu, bola mata itu jatuh pada seorang gadis. Dengan rambut sebahu yang sedang menggendong tas warna biru langit itu.

"Senja!"

Gadis itu menengok, tersenyum ramah pada teman yang merangkul nya itu.

Jinny, Abimanyu tidak suka dengan dia. Dia tidak mau Senja dekat-dekat dengan Jinny. Tapi, apa yang bisa ia perbuat? Setelah kejadian di masa lalu, haruskah Abimanyu kembali mendekati Senja.










A/n


WKWKWKWK TERSERAH YA VAREL AKU MAUNYA KAMU SAMA ABIB BUKAN RIDHO!

SMK? BISA! [ S E L E S A I ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang