Berita itu tersebar dengan luas. Sebenarnya, entah darimana tapi yang terpenting, berita itu sudah tersebar sampai pada kelas Fathiah. Fathiah bahkan sampai di interogasi satu kelas karena kejadian itu.
Iya, kejadian yang mengakibatkan dirinya menjadi bahan pembicaraan satu sekolah. Kejadiannya sih sebenarnya ga heboh amat, cuma dia dirangkul sama Antares di pinggir lapangan futsal.
Cuma dirangkul Antares, belom dipeluk.
Fathiah mendesah pelan, diam-diam ia merutuki dirinya sendiri kenapa mau-mau aja saat Antares tetap mengalungkan tangannya dia lehernya.
Sekarang kan dia jadi kayak tahanan yang lagi di wawancarai polisi.
Satu kelas jadi mengerubunginya, layaknya semut kalau ketemu gula. Fathiah memandangi teman-teman nya satu persatu. Lalu dia membuang nafas secara kasar, "gue sebenernya kudu jelasin bagian mana lagi sih?"
Luthfi berdecak tidak jelas, "tinggal jawab lo tuh pacaran sama bang Antares apa enggak?" tanyanya sedikit ngotot.
Fathiah kembali membuang nafas, "belom anjir."
"Tuh belom! Berati suatu saat bisa jadi pacaran!" Sahut Anggun sambil menunjuk Fathiah dengan nada bicaranya yang nyaring. Ria yang duduk di sebelah Anggung jadk terlonjak dan menutupi telinganya saat mendengar Anggun berteriak tadi.
Himawari yang ikut pun juga mengangguk setuju, "emang beneran pelukan?"
"Bukan pelukan sayang, adohhh gimana gue jelasin ke lo sih Himaaa," jawab Fathiah jadi gemas sendiri.
Citra yang merupakan teman gadis ini hanya melirik tak mau ikut terlalu banyak. Tapi itu semua gagal saat Nova malah bertanya pada Citra, "Cit emang awakmu rak reti opo-opo?"
Fathiah mendelik tajam pada Nova, "kenapa tanya ke Citra adoh, dia ga tau apa-apa!"
Cita sendiri hanya menggelengkan kepalanya pelan, "mboh, rak reti aku."
Yang lain saling melirik satu sama lain saat mendengar jawaban yang Citra keluarkan. Tapi, berikutnya jadi tersentak saat mendengar apa yang Citra ucapkan.
"Ya emang kenapa sih kalau Fathiah beneran pelukan, kenapa lo semua harus sampe tau kejadian nya? Lagian Fathiah sudah jelasin semua tadi, kenapa lo semua nanya kayak interogasi dia, sadar ga sih kalau dia tuh butuh privasi juga?"
Lagi-lagi dalam lingkaran itu senyap, hanya saling pandang yang mereka jatuhkan. Belum berani menjawab apa yang Citra katakan. Sampai Luthfi menghela nafas panjang, "yaudah napa sih anjerr kak Antares doang, nih denger ya gue besok bakal jalan sama Kak Jennie!"
"Emang kak Jennie mau sama lo?" balas Ria sembari menaikkan alis. Luthfi mengangkat bahu, "mau lah, Luthfi gitu loh."
Sementara itu diam-diam Nova menyendukan pandangannya, melihat satu per satu teman-teman yang sekarang sedang mengumpati Luthfi habis-habisan.
Tasya yang sadar Nova diam, jadi melirik gadis ini. Mengangkat alis bertanya. Noba tersenyum tipis dan menggelengkan kepalanya pelan. Neni yang melihat interaksi itu jadi menyeletuk nyaring, "ihhh Nova kenapaaa?" sangat nyaring bunyinya, khas Neni.
Semua jadi melihat kearah Nova, termasuk Fathiah yang dari tadi diam, sebenarnya masih sebal dengan teman-teman nya.
"Kenapa Nop?" tanya Anggun yang menoleh pada gadis itu. Nova makin menyendukan pandangan dan tidak lama ia terisak pelan.
Isakan itulah yang membuat para penghuni kelas ini keluar.
Dini sudah lari kesana - kemari mencari tisu, "WOY TISU NE DI DELEHKE NANG NDI? ADOHHHHHHH TISUUUU KOWE NANG NDI HA??"
Ria menepuk kening melihat kelakuan Dini, ia berdiri mengambil tisu dan kemudian menepuk nya ke kepala Dini, "nyoh tisu!"
Dini tersentak, meraih tisu itu lalu mendengus sebal, hendak mengomel tapi dia teringat lagi bahwa tisu ini untuk Nova. Dini langsung melesat begitu saja, mendusel duduk di tengah membuat Anggun, Ria serta Firda yang duduk disana menjadi gemas ingin mencakar Dini.
Walau sebenarnya tadi Firda sempat menendang kecil ke pantat Dini.
"Udah Nov," kata Refi mencoba menenangkan. Nova masih terisak disana, di pelukan Neni.
Neni masih mengelus punggung Nova yang naik turun, gadis ini masih menangis, entah menangisi apa mereka juga tidak tau.
Hampir tiga menit berlalu baru Nova mau berbicara.
Nova mengusap kecil pucuk hidungnya yang kemerahan, "aku rak popo." Ucapnya pelan.
Luthfi memandang Nova malas, "Halah, wedok ki memang og, ngomong rapopo tapi nang jero atine ono opo-opo, ngomong kene ki dudu dukun."
Yang lain mengangguk, Nova merasa sedikit tersudut dengan perkataan Luthfi tadi. Tapi, perkataan Luthfi itu juga benar, dirinya benar-benar merasa tertampar.
Hembusan kecil nafas yang keluar itu mengundang rangkaian kata dari bibie gadis ini, "aku.. mau minta maaf Fath."
Fathiah yang sedari tadi diam jadi membelalakkan mata, "kenapa?" Tanyanya tak paham.
Nova kembali terisak membuat Fathiah maju meraih gadis itu, "heeehhh malah nangis lagi, udah udah tak maafin, kamu ki jane ono opo sih Nopp, rak paham lho awakku."
Nova menggeleng, "aku minta maaf, udah lama aku suka ngomongin kamu di belakang, banyak bahkan teman-teman disini yang ngomongin kamu di belakang, tadi saat denger kata-kata Citra, aku jadi sadar. Ini hidupmu ga seharusnya aku ikut campur, bahkan komentar saja kayaknya aku ga punya hak."
Nova terisak kembali dengan diiringi sepi. Yang lain merunduk, saling diam dan menipiskan bibir. Secara tidak langsung, apa yang Nova katakan tadi adalah tamparan pada semuanya.
Semua orang seakan benar-benar tertampar, satu per satu mulai menangis, membuat yang lain kewalahan. Fathiah bahkan bingung harus menenangkan siapa.
Bingung juga kalau semua tiba-tiba jadi minta maaf begini, dia kan tadi cuma kesal gitu. Kasih video BTS juga moodnya udah balik. Ga perlu ada acara termehek-mehek disini.
Dwiki yang sebenarnya tidak mau ikutan jadi mendekat, "udah acara drama nangisnya?"
Semua sontak terdiam, tidak ada yang menjawab Dwiki. Mereka menunduk sambil mengusap air mata yang keluar.
"Fathiah lo gimana?"
"Gue? Ya gue gapapa, tapi kadang sakit juga sih diomongin di belakang cuman gue nya b aja," ucap Fathiah dengan kerlipan mata polos, sedikit membuat Dwiki terpana saat itu.
Dwiki mengerjapkan mata sesaat, "denger, kalian boleh ngomongin orang dibelakang, asal setelah itu kalian ngomong langsung di depan orang nya dan kasih solusi, lo ga bisa cuma kasih keritikan tapi ga memberi solusi, sama aja lo cari masalah tapi lari saat dimintai tanggungjawab."
"Dah baikan lo semua, kayak anak kecil aja," lanjutnya sambil meninggalkan kelas.
Suasana masih hening.
Walau Dwiki sering diam, tapi ia juga yang selalu menjaga kelas tetap kondusif.
Neni menghela nafas, "gini aja, besok-besok jangan ada yang menjelekkan, kalau ada ga yang suka langsung ngomong."
Semua mengangguk kompak, dengan Fathiah yang tersenyum kecil disana.
Citra bahkan sudah tidak menangis dan ikut tersenyum.
Lihat kan... bahkan perempuan yang memliki tingkat gengsi dan ego tinggi begini saja bisa memaafkan. Seharusnya mulai sekarang, kelas ini akan kompak. Dan semakin kompak.
A/n
Gaes lima chapter lagi tamat.
Ayo vote dan comment karena setelah ini adalah... PARA SPINOFF YANG AKAN MUNCUL.
KAMU SEDANG MEMBACA
SMK? BISA! [ S E L E S A I ]
Teen Fiction[ S E L E S A I ] Apa yang ada di benak mu saat mendengar kata SMK? Apa? Anak berandalan yang suka tawuran? Halooo. Kalau begitu kau harus baca ini. Baca saja kisah ini maka kau akan mengetahui realita sesungguhnya dari murid SMK. Realita murid SMK...