20, Damai?

701 59 1
                                    

Teriakan Fathiah tadi memberhentikan perkelahian antara Abimanyu dan Febrian. Para siswa yang tadinya berkumpul di sekeliling mereka mulai melebarkan lingkaran, belum pergi dari sana. Mereka berbisik-bisik dan memandang Abimanyu serta Febrian secara bergantian.

Fathiah mendekati Febrian. Lukanya tidak parah, hanya ada goresan kecil di sudut bibirnya dan memar di bagian lengan kiri atas. Beberapa kancing dari baju nya juga terlepas.

Kondisi Abimanyu sendiri bisa dibilang lebih baik daripada Febrian. Walau seragamnya masih sama-sama berantakannya dan ada bekas biru di pipi kanannya. Entah bagaimana mereka berkelahi tadi.

Ketiga perempuan tadi mendekat. Varellita tentu saja mendekati Abimanyu bagaimanapun juga dia sudah berteman sejak kecil. Fathiah sudah pasti berlari pada Febrian. Sedangkan Chisbiya berada diantara keduanya. Dia tidak kenal dengan kedua lelaki ini, kecuali mungkin dia sudah pernah bertemu Febrian sebelumnya?

Merasa risih di kerubungi seperti ini. Chisbiya membubarkan teman-teman yang mengelilingi mereka. "Bukannya bantu melerai malah dilihatin doang. Punya otak gak?" begitu kata Chisbiya.

Beberapa dari mereka membubarkan diri. Tidak sedikit juga ada yang membalas perkataan Chisbiya tadi.

Sementara itu, "kamu kenapa bisa berantem gitu sih?" tanya Fathiah sambil memegang tangan Febrian yang lebam.

Febrian meringis kesakitan, "sakit Fath," ucapnya lirih. Fathiah segera menyingkir kan tangannya. Beralih menatap Febrian. Febrian yang ditatap balik menatap mata Fathiah.

Cukup lama begitu sampai Fathiah menghembuskan nafas. "Kamu ada masalah apa sebenarnya sama Abimanyu?"

Itu bukan pertanyaan, Febrian tau itu. Itu lebih seperti pertanyaan eksekusi. Jika Febrian tidak menjawabnya dengan jujur maka sudah dipastikan Fathiah tidak akan bicara lagi padanya.

"Aku sebenarnya udah kenal Abimanyu dari SMP. Tapi kita ada masalah waktu itu, ya aku juga ga tau kalau sampai berantem kayak gini."

"Terus?"

"Itu aja dulu, aku ga mau kamu tau masalah ku apa," kata Febrian beranjak pergi. Dia mendatangi senior yang ternyata semenjak tadi sudah berdiri di pojok koridor kelas itu. Dengan langkah lemas Febrian mendekati Fabian.

Fabian merangkul Febrian, dan sedikit mengeluh pucuk kepala junior nya itu. Mereka berdua berjalan dan menghilang di balik tembok. Fathiah mengernyit, "sebenarnya kamu itu siapa?"

Fathiah pikir dia kenal Febrian, Fathiah pikir Febrian selalu jujur dengannya. Dan Fathiah pikir, Febrian adalah sahabat nya. Fathiah masih disana. Duduk merenung, sebenernya Febrian ada hubungan apa dengan Abimanyu di masa lalu?

Disisi lain, Varellita yang mendatangi Abimanyu. Duduk di depan Abimanyu lalu berkata, "mampos kan lo, ulangi lagi."

"Napa lo jadi mampusin gue sih?"

"Goblok kan, sama yang kecil aja kalah mampos!"

"Apasih Rel?"

"Gue foto ah, kasih tau bunda," kata Varellita sambil mengeluarkan hapenya. Membuka aplikasi kamera lalu memotret Abimanyu.

"Rel sumpah ya lo, jahat banget sama gue," kata Abimanyu sambil menunjukkan wajahnya yang melas. Masalah nya, seragam Abimanyu ini berantakan dan terdapat lebam di badannya.

"Bukan gue yang jahat. Lo aja yang goblok," kata Varel sarkas dan dibalas umpatan oleh Abimanyu.

"Ini Bhirawa tau gue mati anying," kata Abimanyu sambil menggaruk rambutnya frustasi. Varellita yang mendengar itu menengok, "bodo amat biar lo tambah dihajar lagi sama Abhi."

Abimanyu melengos, melihat kakak nya marah itu mengerikan.

Fathiah menghampiri Varellita dan Chisbiya disana. "Abimanyu, kamu kayaknya harus ke ruang BK deh, tadi aku denger salah satu murid udah laporin kan ke guru."

Varel yang mendengar itu tertawa, "HAHAHA MAMPOS SANA, DATENGIN TUH BK, REKOR ABI REKOR!"

Chisbiya mengernyit, "rekor apaan?"

"Rekor belom ada setahun udah masuk BK, emang goblok."

"Udah berapa kali lo ngatain gue goblok Rel?"

"Berkali-kali beb, karena kamu memang goblok," kata Varel sok imut. Abimanyu bergidik dan lekas meninggalkan mereka. Menuju ruang BK tentunya.

"Dia kenapa sih Rel sama Febrian?" tanya Fathiah. Chisbiya mengangguk, setuju. Rupanya dia juga kepo.

Varel bergumam, "hmm kata Noela, mereka ada masa lalu gitu, rada suram sih."

"Ha Noela siapa?" tanya Chisbiya dan Fathiah kompak.

"Temen aku."





















"Saya gak tau kalian terlibat apa dengan masa lalu. Yang terpenting sekarang lihat baju kalian, itu juga ada luka-luka. Kalian masih baru disini. Kamu juga Febrian, Fabian itu di contoh bukan cuma di jadikan silsilah dalam keluarga mu."

Febrian dan Abimanyu yang sekarang berada di ruang BK tertunduk diam. Seragam mereka masih berantakan. Luka-luka mereka juga masih membekas.

Tidak ada dari mereka yang berbicara, hanya menundukkan kepala dan diam.

"Kalian tidak saya hukum. Pergi ke UKS dan renungkan kesalahan kalian, sekalian itu diobati."

Febrian dan Abimanyu mengangguk dan meninggalkan ruang BK menuju UKS. Sepanjang perjalanan mereka pun hanya terdiam. Tidak ada yang bicara.

Sesampainya di UKS, mereka berdua saling menjauhi. Sampai Abimanyu tidak tahan untuk berbicara. Ingin juga ia mengakhiri ini semua.

"Feb, sebenarnya lo ada masalah apa sih sama gue?"

"Bukannya lo ya?"

"Hm iya, karena lo udah bikin Dandelion meninggal."

"Berapa kali gue bilang itu bukan gue Abi."

"Tapi dia sakit hati gara-gara lo!"

"Gue gak tau dia punya penyakit itu!"

Febrian menghela nafas kasar, dia tau Abimanyu masih belum ikhlas.

"Abi dengerin gue, gue udah beberapa kali minta maaf sama lo. Dan lo diam aja, gak gubris gue. Terus ya, lo harus berusaha ikhlas Abi. Jangan gini, kasian Dandelion disana. Gue masih mau jadi temen lo, gue pamit dulu," kata Febrian sambil menepuk pundak temannya itu.

Abimanyu yang mendengar itu terdiam. Sedetik kemudian, dia menjatuhkan dirinya di ranjang UKS. Dengan perasaan yang kalut dan berantakan, dia menangis.

Menangis dalam sunyi yang tidak berarti.



























A/n

Miss me?

SMK? BISA! [ S E L E S A I ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang