DIMOHON NANTI BACA AUTHOR NOTE SAYA AGAR TIDAK TERJADI KESALAHPAHAMAN. TERIMAKASIH.
Mereka berdua berjalan menuju kantin. Ya memang ini waktunya istirahat, jadi tujuan utamanya adalah kantin. Bukan hanya mereka, tapi banyak siswa yang menuju kantin. Benn, Abib dan Bobby berjalan melewati lorong-lorong kelas.
Kantin agak sepi. Karena yang berangkat hanya sebagian murid, dan itu tentu saja anggota OSIS. Ya tapi, walaupun sepi tetep saja harus mengantri. Kantin di SMK Wijaya Bangsa luas. Bukan cukup luas ataupun sangat luas, hanya luas.
Kalian tahu kantin-kantin yang ada di kampus? Yang disetiap fakultas itu? Disana terdapat beberapa stan makanan kan dalam satu kantin, nah di SMK Wijaya Bangsa juga seperti itu. Makannya kantin disini luas, kalau dibilang luas banget sih enggak. Masih kalah luas sama kantin Sentosa Highschool.
Mereka bertiga berjalan melewati para siswa lain. Tidak sedikit dari mereka yang membalas sapaan para murid baru. Abib sudah sibuk mencari makan, dia sih bodo amat sama adik kelas yang menyapa nya. Kalau udah laper mah, Abib gak gubris yang lain.
Beda dengan Benn dan Bobby yang sibuk tebar pesona ke anak lain. Setiap ada yang menyapa mereka, pasti senyuman laut yang di keluarkan. Hah dasar buaya.
Windy, Jihan dan Sifa ada disana. Memandang teman mereka yang sudah kegantengan padahal gak ganteng amat. Mereka bertiga menggelengkan kepalanya di salah satu stan makanan.
"Gue pengen cepet-cepet sertijab ya Allah," keluh Windy sambil memandang Bobby sedih. "Punya anggota gini amat, sekalinya bagus, modelan nya kayak Yoyo," lanjutnya.
Jihan menghela nafas mendengar curhatan temannya itu, "lo baru diangkat jadi Ketua OSIS tahun ini Win, masih satu tahun lagi."
"Ya sabar aja lah Win, kan ada Jaebi," celetuk Sifa. Windy mengangguk, "tapi Jaebi slow respon, sekalinya yang fast respon malah lo semua yang keluar."
"Lah napa lo nyalahin kita?" tanya Sifa tak paham. Windy memutar bola matanya malas. Mendenguskan nafas kasar, lalu memandang ke arah Sifa. "Kalau Bobby udah nyeletuk lo sama anak lain bakal lupa tujuan awal."
Sifa hanya meringis, "hehe Bobby ngeselin sih."
Jihan yang biasanya banyak berkomentar kali ini hanya diam saja. Lalu, "Eh Win, anak baru tahun ini banyak banget, satu kelas berarti nambah dong siswanya, gak mungkin di bikin tiga kelas kan penjurusan?"
Windy diam sejenak, ya memang benar. Angkatan tahun ini lebih banyak daripada tahun sebelumnya. "Menurut gue sih, bakal ada kelas baru, lo lihat sendiri aja data-data tadi. Setiap anak yang daftar di kelas gak rata. Paling dikit anak akuntansi kan, cuma 25 anak," lanjutnya sambil memainkan sumpit nya. Mereka bertiga sekarang sedang makan mie ayam.
"Karena akuntasi tahun ini paling sedikit, kemungkinan cuma ada satu kelas, dan sisanya dibuat kelas baru. Kayak kelas keperawatan atau pun RPL. Angkatan tahun ini banyak banget," lanjutnya dan kembali memainkan sumpit nya di mie itu.
"Iya juga sih, angkatan tahun ini gara-gara peraturan SKTM sama zonasi kita jadi agak susah. Yang gue maksud kita itu, sekolah swasta," kata Sifa. Jihan mengangguk setuju, "gue bukannya gak setuju sama pemerintah, tapi yang bikin gue agak gak suka sama peraturannya itu ya si SKTM ini," komentar Jihan yang membuat lainnya menjadi serius untuk menyimak.
"Ada temen gue, dia baru lulus SMP tahun ini, sebelumnya dia daftar di SMK 2, ambil jurusan akuntansi," kata Jihan dengan memandang lurus ke depan. Dia menghela nafas sebentar, "dia kalah, padahal dia udah yakin kalau dia bakal lolos, ternyata dia kalah."
"Kalah sama anak yang pakai SKTM," sambungnya lirih.
Windy dan Sifa yang mendengar cukup kaget, sebegitu kuatnya kah kartu SKTM?
"Terus anaknya masuk mana?" tanya Windy penasaran. Jihan memandang mereka semua sebentar, lalu melanjutkan kata-katanya. "Dia masuk sini, dan namanya sama kayak lo Sif."
"Ha? Gue?"
"Nama lo kan Asiffa Fathiah, kalo dia Fathiah Assyifa Laili," jawab Jihan sambil memandang Sifa. Sifa kaget, "buset mirip amat, anjir."
"Pantes tadi Yoyo bilang katanya ada adek gue disini," lanjut Sifa mengingat ucapan Yonanda.
"Fathiah sampai stress, dia udah berjuang susah eh taunya kalah cuma gara-gara kartu, ini lho yang gue sesalin dari sistem pemerintahan yang baru. Yang jadi korban gak cuma Fathiah," kata Jihan.
"Ya maksudnya pemerintah itu baik, buat anak yang kurang mampu bisa merasakan sekolah di negeri bukan di swasta terus, ya tapi di lihat dong kuotanya, setidaknya 45% aja gitu," lanjutnya jadi misuh-misuh. Windy yang mendengar itu cuma manggut-manggut, dia paham maksudnya Jihan. Tapi ya pemerintah pasti sudah mikir ini juga kan? Jadi buat apa kita ngeluh.
"Yaudah lah kita percaya kan aja sama kepala dewan untuk urusan kelas, mending sekarang makan mie ayamnya, udah mau dingin nih," kata Windy mengingatkan, sontak Sifa dan Jihan mengangguk.
Mereka bertiga makan dengan larut dalam pikiran masing-masing.
(…)
A/n
Hay haloo gue kambek.
Maaf disini kalau ada yang tersinggung, tapi ini beneran terjadi. Yang dialamin Fathiah itu beneran terjadi, dan gak cuma dia aja, banyak orang yang kayak gitu. Oh ya ini latar waktunya tahun 2017 pas anak kelas 10 baru masuk.
Fyi, peraturan sekarang lebih bagus daripada tahun lalu. So jangan ada yang ngejudge pemerintah.
Di awal aku udh bilang, ini ada Scene keluh kesah kami, anak SMK. Yang gak suka mending langsung nepi aja, daripada mengundang war.
BACA PERLAHAN AUTHOR NOT, JANGAN LANGSUNG KOMEN!!
KAMU SEDANG MEMBACA
SMK? BISA! [ S E L E S A I ]
Teen Fiction[ S E L E S A I ] Apa yang ada di benak mu saat mendengar kata SMK? Apa? Anak berandalan yang suka tawuran? Halooo. Kalau begitu kau harus baca ini. Baca saja kisah ini maka kau akan mengetahui realita sesungguhnya dari murid SMK. Realita murid SMK...