Aula sudah dipenuhi dengan ratusan murid. Entah itu murid baru atau kakak kelas yang menjadi pengurus MPLS. Ramai, riuh dan sangat berisik. Itu suasana yang ada di sana.
Banyak yang berlarian kesana kemari, ada pula anak-anak yang bergerombol di suatu tempat. Ada yang mojok main hape, atau pun sekedar membaca buku. Tapi beda dengan yang satu ini.
"He, makan ae, gendut lho," celetuk Febrian asal. Fathiah tidak peduli, dia tetap melangsungkan kegiatan makannya. "Ah gila berisik banget."
"Lo mau yang ada disini diem?" ucap Fath disela-sela makannya. Febrian menengok, matanya melihat Fath. Fath membalas tatapannya, "panggil sana Kepseknya, suruh kesini," kata Fath tanpa beban.
Febrian hanya mendelik, memang temannya yang satu ini aneh. Hadeh, kenapa juga ada satu makhluk seperti ini di dunia. Dan Febrian berharap, dia satu-satunya manusia yang mempunyai sifat seperti ini di dunia, jangan ada Fath kedua lagi.
"Hm Feb, coba deh lo lihat itu," kata Fath menunjuk seseorang. Febrian menengok mengikuti arah pandang Fathiah. "Yang mana?" tanyanya. "Halah anjir, yang itu woy," kata Fath sambil menunjukkan jari telunjuknya.
Febrian mengernyit, tidak ada apa-apa disana. Maksudnya disana cuma ada jendela yang terbuka. "Disana gak ada apa-apa Fathiah."
Fathiah menggelengkan kepalanya, "lo tuh," katanya mulai gemas. "Lihat dengan baik, ada dua burung lagi berantem."
Oke, kali ini Febrian menurut. Dipandangnya dengan tajam arah jendela itu. Dia menyipitkan matanya, mengulum bibirnya kedalam. Bahkan dia sampai menahan nafas saking fokusnya. "Lah iya."
Fathiah tersenyum puas. "Kok lo bisa lihat sih? Kan lo pakai kacamata?" tanya Febrian bingung. Karena gadis yang sekarang bersamanya itu memakai kacamata sedangkan dirinya tidak. Bagaimana mungkin dia tidak melihat burung itu?
"Makanya lo tuh kalo dikeramaian gak usah ngeluh terus, perhatikan daerah sekitar lo," ucap Fathiah serius. Dia berjalan mencari tempat duduk. Karena siswa lain juga begitu, sepertinya acara MPLS sudah mau dimulai. "Tadi ada anak yang ngasih burung itu makan."
"Hm?"
"Ada anak yang ngasih burung itu makan. Dan iya, walaupun gue tadi lagi makan, tapi gue perhatiin sekitar gue. Gak kayak lo." sambungnya sakartis. Febrian hanya mencibir saja.
"Anak itu ngasih burung itu makan, terus burung yang lain dateng gara-gara pengen ngambil rotinya," Fathiah mulai menjelaskan. "Sebelum itu, di pojok deket pintu keluar aula ada anak pacaran gak tau siapa lagi mesra-mesraan, gue aja jijik lihatnya, di depan sana ada anak lagi berantem."
"Kalo yang berantem gue tau."
"Iya, caper emang mereka, cuma gara-gara password wifi doang."
"Buset beneran?"
"Kagak bang."
"Kampret."
Fathiah hanya melengos. Membuang nafas, dan menatap lurus ke depan. "Nama belakang lo Nugroho kan?"
Febrian yang sekarang duduk disebelah Fathiah menengok memandang nya. "Iya, tadi gue udah bilang kan."
"Lo berarti adiknya kak Fabian dong?"
"Sapa?"
"Fabian Alto Nugroho, kakak kelas Keperawatan."
"Hm iya, kok lo tau?"
"Gue cari tau data anak sini sih, dan kenapa lo gak masuk jurusan yang sama kayak Kakak lo?"
"Mas gue itu pengen jadi perawat, sedangkan gue enggak. Passion gue berada di softwaren dan hardware, makanya pilih RPL," jawab Febrian yang masih memandang Fathiah.
Fathiah yang awalnya memandang lurus sekarang jadi balik menatap Febrian.
"Lo suka banget sama komputer?"
"Iya."
"Dan itu yang buat lo betah lama-lama di dalem kamar?" tanya Fathiah sekali tarikan nafas.
Febrian kaget. Bagaimana orang yang baru ia temui ini tau, kalau dia suka menghabiskan waktunya di dalam kamar.
"Iya, kok lo tau?"
"Gampang," jawab Fathiah sembari memandang depan kembali. "Lo terlalu cuek sama lingkungan sekitar," sambungnya yang sukses membuat Febrian membeku begitu saja.
"Besok lagi, jangan gitu ya," kata Fathiah. "Kita ini hidup bersosialisasi, jangan cuek sama orang sekitar oke."
Fathiah mengembangkan senyumannya yang paling manis. Ini sebenarnya refleks saja. Namun, beda dengan Febrian, dadanya bergemuruh hebat. Mata Fathiah menyipit begitu saja dengan senyum yang lebar merekah.
"Kalo gitu," Febrian kembali bersuara membuat Fathiah berhenti tersenyum. "Lo harus terus berada di samping gue."
Fathiah mengernyit, "okeh."
Febrian tersenyum begitu saja. Siapa sangka, gadis yang daritadi ngoceh gak jelas rupanya mempunyai sifat lain. Tanpa orang sadari, dia terbiasa meneliti atau memperhatikan lingkungan sekitarnya. Dan itu merupakan hal yang paling jarang Febrian lakukan.
Kalau kata orang, cinta bisa datang dari hal yang sederhana. Dan sepertinya hati Febrian berdesir dengan hal sederhana itu.
(…)
A/n
Oke, jangan ambil keputusan dulu. Mereka baru saja lulus dari SMP. Dan baru aja masuk ke SMK. Ini masih part-part awal. Tapi kalau kalian mau membikin couple Fathiah dan Febrian silakan, gue gak ngelarang.
Tapi gue gak mau tanggung jawab apa yang terjadi setelahnya ^___^
Okey, Babay.
KAMU SEDANG MEMBACA
SMK? BISA! [ S E L E S A I ]
Fiksi Remaja[ S E L E S A I ] Apa yang ada di benak mu saat mendengar kata SMK? Apa? Anak berandalan yang suka tawuran? Halooo. Kalau begitu kau harus baca ini. Baca saja kisah ini maka kau akan mengetahui realita sesungguhnya dari murid SMK. Realita murid SMK...