MPIB'11

49.5K 2.3K 27
                                    

Entah sudah berapa kali, Alana menghela napas gusar, ia merasa ingin hilang sekarang, hilang dari kedua orang yang berada didepannya sekarang, siapa lagi kalau bukan Erlan dan Dinda. Ia sudah menolak mati-matian untuk tidak ikut makan dengan kedua orang itu, terlebih Erlan.

Bukan apanya, ia hanya takut jika tak sengaja Dirga melihatnya bersama lelaki, yah walaupun Dinda juga berada bersamanya, dan satu lagi walaupun Alana menyakini bahwa Erlan dan Dirga saling mengenal itu tak menutup kemungkinan bagi Dirga untuk tidak mengamuk tidak jelas, Arka saja yang notabenya adalah adiknya ia cemburui apalagi Erlan! Berlebihan? Oh tentu saja iya, Alana berpikir Dirga memang selalu berlebihan akhir-akhir ini.

"Kenapa? Gak enak?" Seketika Alana tersentak mendengar kalimat Erlan yang dilontarkan padanya.

"Hah? Gak kok." Alana tersenyum kikuk dan tanpa selera mulai melahap makanan yang berada dihadapannya.

"Paling juga mikirin Dirga," celutuk Dinda yang langsung dihadiahi Alana pukulan pada lengannya.

"Alana kasar," ujar Dinda mendramatisir, tunggu sejak kapan temannya itu belajar untuk mendramatisir keadaan? Biasanya Dinda paling merasa jijik sama yang namanya drama-drama.

"Udahlah, Din, lo cepet makan, supaya gue bisa ke rumah sakit, gue mau liat Arka, sebelum waktu gue habis." Alana melanjutkan makannya mengabaikan tatapan bertanya Dinda dan Erlan padanya.

"Liat Arka ke rumah sakit, waktu habis, maksud lo apa? Lo udah kayak mau selesain misi rahasia pake waktu-waktu segala,"

"Dinda udah makan aja! Gak usah banyak nanya, gue lagi gak mood buat ngejawab pertanyaan lo satu satu,"

"Tunggu, lo ada hubungan apa sama Arka?" Tanya Erlan yang membuat Alana mengalihkan padangannya menatap Erlan kesal.

"Erlan, bukanya gue gak sopan, tapi mengertilah," Alana melanjutkan makannya, enggan memperpanjang obrolannya dengan Erlan, tapi cowok itu seakan-akan ingin membuat obrolan panjang dengan Alana yang tentu saja akan membuat Alana jengah karenanya.

"Lo gak usah ke rumah sakit," sontak kalimat itu membuat pergerekan Alana terhenti beralih kembali menatap Erlan yang juga menatapnya, seakan-akan hanya mereka berdualah yang berada disana mengabaikan Dinda yang kini terlalu asik dengan makanannya.

"Adek, gue bilang Arka udah ada di rumahnya kondisinya juga udah membaik," lanjut Erlan yang ditanggapi oleh Alana dengan ber o ria dan melanjutkan makannya.

***

"Jadi, apa hubungan lo sama Arka?" Ujar Erlan memecahkan keheningan diantara ia dan Alana.

Kini Alana dan Erlan berada pada satu mobil yang dikendarai Erlan menuju keberadaan Arka dirumahnya, lalu dimana Dinda? Tentu saja Dinda sudah diantarkan Erlan ke rumahnya.

Awalnya Alana tak ingin semobil dengan Erlan, apalagi berdua, pasti akan canggung karena ia baru berkenalan dengan cowok yang tingginya hampir sama dengan Dirga itu, namun, karena alasan cowok itu ingin menjemput adiknya yang berada di rumah Arka, jadilah ia menyarankan tumpangan sekalian katanya, ditambah dengan Dinda yang juga menyuruhnya agar ikut dengan Dirga membuat Alana mau tak mau ikut dengan Erlan.

"Hanya teman," jawab Alana seadanya.

"Teman, tapi Dirga segitunya ngelarang Arka dekat sama lo,"

Alana memilih diam mengalihkan pandangan menatap jalanan.

Tak terasa, merekapun sampai di kediaman Arka yang tentu juga milik Dirga, sungguh Alana tak menyadarinya, ia terlalu banyak pikiran hingga melupakan fakta itu.

"Makasih," ujar Alana kemudian turun dari mobil Erlan, mendahului cowok beralis tebal itu memasuki halaman rumah yang begitu besar itu namun sepi.

"Ngapain disini?" Suara dingin itu menghentikan langkah Alana untuk mengetuk pintu berwarna putih itu.

Alana membalikkan badannya, dan ia sungguh menurutiki kebodohannya yang baru menyadari bahwa ia sedang mendatangi kadang singa dengan sendirinya menyerahkan dirinya sebagai mangsa.

"Eh, Dirga," sapa Alana dengan senyum canggungnya menatap Dirga yang kini masih menatapnya datar, lihatlah tatapan itu bahkan dapat membuat Alana ketakutan bukan main, tapi tunggu dulu, bukannya selama ini Dirga sering menatapnya datar, lalu sekarang? Ah entahlah, Alana rasa sekarang keadaanya berbeda, sangat sangat berbeda!

"Gue tanya ngapain kesini?!"

"Eh, it-"

"Ketemu Arka?! Udah gue tau, lo gak usah jawab!"

Ingin rasanya Alana mencekik cowok yang berada didepannya ini, sungguh menyebalkan, tadikan dia sendiri yang tanya disuruh jawab, lah giliran mau dijawab malah bilang gak usah dijawab, siapa yang tidak emosi jika menghadapi orang yang merasa dirinya selalu benar seperti Dirga.

"Kesini sama siapa?!" Tanya Dirga mengintimidasi membuat Alana sedikit takut mengingat ia datang bersama Erlan, bukan apanya kan Erlan itu cowok dan Dirga melarangnya dekat dengan cowok selain Dirga, jika saja Erlan itu cewek maka dengan lantang Alana akan menjawab pertanyaan Dirga.

"GUE TANYA DATANG SA-"

"Hai, Ga," sapaan itu memotong bentakan Dirga pada Alana, membuat Alana yang tadinya sedikit menghela napas lega, namun melihat siapa pemilik suara yang menyapa Dirga membuat ketakutannya meningkat berkali-kali lipat.

Dalam ketakutannya Alana hanya mampu berdoa, semoga orang itu tidak di apa-apakan oleh Dirga, walaupun ia tak begitu dekat namun, tetap saja ia tak ingin apalagi itu karena dirinya, jika tentang dirinya yang akan mendapat amukan dari Dirga, itu bisa dikesampingkan, yang terpenting bagi Alana sekarang adalah keselamatan orang yang baru saja menghampirinya dengan Dirga.

Dan kenapa Alana berpikiran demikian? Karena ia tahu Dirga memiliki pikiran yang seperti apa, pikiran yang selalu mencurigainya yang sialnya sekarang itu benar adanya.

My Possessive Ice BoyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang