Senyum terpatri pada wajah Alana dengan sebotol air pada genggaman tangan kanannya, kala menemukan keberadaan Dirga, di Aula tengah memegang alat kebersihan, dan dengan ogah-ogahan mengepel lantai aula.
Alana berjalan mendekat kearah Dirga yang memunggunginya.
"Nih," Alana menyodorkan botol berisi air putih di depan Dirga yang sedikit membungkuk.
Dirga menegakkan tubuhnya dan menoleh pada Alana mengabaikan botol berisi air yang disodorkan Alana.
"Kenapa kesini?" Dirga berjurar datar menatap Alana tepat pada manik matanya.
"Mau ngasih lo ini," Alana melambaikan botol berisi air di depan Dirga. "Nih," Alana menyodorkannya lagi botol itu di depan Dirga.
"Gak usah! Sana balik ke kelas lo!" Ketus Dirga dan kembali melanjutkan acara pel-mengepelnya dengan sedikit lebih cepat dan kasar.
Kembali Alana menyodorkan botol air mineral pada Dirga. "Dirga pasti capek, nih minum,"
Ting.
Dirga menghepaskan botol air mineral yang disodorkan Alana hingga terpental cukup jauh dari tempat Alana dan Dirga kini berdiri.
"Gue bilang balik ke kelas lo!" Bentak Dirga, yang membuat Alana terkesiap.
"Dirga---"
"Jangan sebut nama gue!" Dirga meneriaki Alana, membuat Alana menatap Dirga tidak percaya.
"Dirga lo kenapa? Apa gue ngelakuin kesalahan?" Tanya Alana dengan suara yang begitu rendah, untung aula hanya dihuni oleh keduanya hingga Dirga bisa dengar suara Alana yang seperti tengah berbisik.
"Lo tanya lo salah apa? Salah lo banyak Alana! Dan gue mau lo pergi dari hadapan gue! kembali ke kelas lo!"
"OKE!" Alana melenggang pergi meninggalkan Dirga dengan emosi yang berkecamuk. Jangan kira ia akan menangis karna bentakkan Dirga. justru ia merasa sebaliknya, ingin memarah-marahi Dirga, sudah bagus ia membawakan cowok itu air, bukannya berterima kasih, ia malah dibentak, siapa yang tidak marah jika diperlakukan demikian.
---
Dan disinilah Alana sekarang, di kantin duduk seorang diri menyatap makanannya dengan tidak bersemangat. Tadinya, sepulang dari aula ia ingin masuk ke kelasnya, tapi ternyata kelasnya telah dihuni oleh guru, hingga berakhirlah ia di kantin duduk seorang diri.
Bel pulang sekolah yang berbunyi, membuat Alana melangkah menuju kelasnya, ia yakin guru yang mengajar di kelasnya telah keluar.
Ini adalah kali kedua ia membolos pelajaran. Dan itu semua karena Dirga. Tahu begini, ia tak akan mau capek-capek membawakan Dirga air yang malah ditolak dan dibentak lagi.
Setelah kejadian hari ini, Alana tidak akan mau lagi memberi perhatian pada Dirga jika akhirnya menyakitkan. Mungkin inilah yang disebut dengan air susu dibalas dengan air tuba.
Alana yang hampir sampai ke kelasnya, dapat melihat perawakan cowok jangkung yang sangat ia kenali, orang yang hampir memenuhi seluruh pikirannya hari ini.
Lidah Alana terlalu kelu untuk menyapa dan matanya sungguh tak ingin bertemu dengan mata cowok itu.
Alana melangkah masuk ke dalam kelasnya untuk mengambil tas ranselnya, mengabaikan cowok yang sedari tadi hanya melihat ke arahnya.
Baru beberapa langkah Alana melewati pintu, tangan Alana sudah lebih dulu dicengkram untuk menghentikan langkahnya.
"Pulang sama gue!" Bukan permintaan melainkan perintah, terdengar jelas dari nada bicara cowok itu yang dingin dan penuh penekanan.
"Apaan sih, Dirga?!" Alana menghempaskan tangan Dirga. Beruntung kelas yang telah sepi, hingga interaksi keduanya tak menjadi tontonan dan bahan obrolan, yang begitu mengganggu.
"Lo harus jelasin sama gue, semuanya!"
"Semua apanya?! Gue kan udah bilang tadi kalau gue sama Adnan dijodohin!"
Dirga menubrukkan punggung mungil Alana pada tembok, mencekram pundak Alana dengan kencang, "jangan bohong!"
Alana yang merasa begitu sakit pada kedua pundaknya langsung menggunakan kakinya untuk menendang tulang kering Dirga. Hingga cengkraman Dirga terlepas dari bahunya.
"Lo kenapa sih?! Tadi lo marah-marah sama gue, lo bentak-bentak gue, lo suruh gue pergi! Liat sekarang, lo datang ke gue dan ngomong gak jelas! Gue gak ngerti jalan pikiran lo itu gimana! Lo itu terlalu sulit dimengerti! Sebentar mau itu, sebentar lagi ini. Gue gak tau harus ngomong apa lagi," Alana menghela napas. "Gue bingung, bahkan gue sendiri gak tau siapa lo sebenarnya buat gue," ujar Alana menggebu-gebu menatap Dirga lekat.
"Karna gue gak mau kehilangan lo Alana, gue gak tau harus bagaimana supaya lo tetap sama gue," Dirga menatap Alana sendu.
"Dengan lo begini, lo sendiri yang ngebuat gue menjauh dari lo, gue gak nyaman, lagipula lo bukan siapa-siapa gue, gue harap lo gak akan lagi ngelakuin hal bodoh seperti tadi, cukup sekali lo lakuin itu Dirga, yang lo lakuin gak ada gunanya! Memangnya apa yang lo dapet dengan mukul Adnan? Lo berharap Adnan bakal jauhin gue, dan hanya lo bisa dekat dengan gue? Gitu?"
"Gue gak mau kehilangan lo Alana, gue gak rela liat lo sama cowok lain, bahkan lo sebut namanya itu udah buat gue bisa kehilangan kendali, gue gak bisa ngendaliin diri gue, gue gak bisa Alana."
"Dirga, gue akan bilang sama nyokap gue, kalau gue gak setuju atas perjodohan gue sama Adnan, tapi untuk sementara ini tolong berhenti emosian gak jelas! Gue cuma butuh waktu buat yakinin nyokap gue kalau gue gak cocok sama Adnan, dan perjodohan batal,"
"Gue akan bawa lo jauh dari orang-orang yang hadir dalam kehidupan lo, terutama dari Adnan dan orang yang menjodohkan lo! Gue Gak peduli!"
"Hah?!"
KAMU SEDANG MEMBACA
My Possessive Ice Boy
Ficção Adolescente[SELESAI] ▪︎Segera direvisi▪︎ Bagi Dirga, Alana adalah miliknya, dan akan tetap menjadi miliknya apapun yang terjadi, sekalipun itu menyakiti Alana. Bagi Alana, Dirga adalah kelemahannya, sekuat apapun Alana menolak Dirga, maka sekuat itu pula ia ha...