Dua tahun telah berlalu, sejak malam dimana Alana, benar-benar mengabaikan Dirga, percayalah Alana berusaha mati-matian untuk tetap mengabaikan Dirga pada malam itu.
Banyak yang terjadi dalam dua tahun terakhir, mulai dari Dirga yang tak lagi berusaha mendekati Alana yang terus-terusan menghidarinya, hingga keduanya benar-benar memutuskan komunikasi satu sama lain.
Dan juga Alana dan Adnan yang telah resmi bertunangan setahun yang lalu. Dan seiring berjalannya waktu, Alana mulai menerima Adnan dalam hidupanya walaupun bayangan kehadiran Dirga tetap menghantui.
Jangan tanyakan apakah Adnan mencintai Alana atau tidak, karena sudah jelas jawabannya tidak, terlihat dari sikapnya yang memperlakukan Alana biasa-biasa saja, tidak berlebihan memberi perhatian dan tidak terlalu cuek pada Alana.
Jika kalian berpikir alasan mengapa Adnan tidak mencintai Alana adalah karena adanya seseorang dari masa lalu, maka anggapan kalian salah. Karena Adnan sama sekali belum pernah menjalin hubungan sama sekali sebelum bertemu dengan Alana.
Dan mengenai mengapa Adnan mau bertunangan dengan Alana, alasannya sudah cukup jelas bahwa lelaki itu sangat menyanyangi ibunya lebih dari apapun. Lagipula apa salahnya menerima permintaan ibunya, mungkin lambat laun benih cinta akan tumbuh seiring berjalannya waktu.
Alana berjalan menyusuri koridor kampusnya berniat untuk pulang setelah usai mengejarkan tugas kelompoknya.
Alana yang tersentak akibat pergelangan tangannya ditarik tiba-tiba dan punggungya yang sudah menyentuh dinding koridor yang kini tergolong sepi. Ditambah lagi dengan siapa yang melakukannya dan apa yang keluar dari mulut orang itu membuat suasana hati Alana campur aduk.
"Lo gak berubah yah, masih jadi cewek ganjen," ujar Dirga dengan sorot tatapan tajamnya.
"Dir...ga...," lirih Alana, yang langsung memeluk Alana, menghilangkan egonya sejenak dan membiarkan rasa rindunya terobati setelah sekian lama yang selalu terkalahkan oleh egonya.
Dirga tak bereaksi apapun saat Alana memeluknya, tak menolak dan tak juga menerima. Rasa memang masih ada, namun Dirga memilih untuk tidak menunjukkannya, lagipula bukannya dulu hanya ia yang berjuang?
***
"Adnan," seorang gadis dengan langkah sedikit berlari berusaha mengejar cowok jangkung yang berjalan menjauh menuju area parkiran kampus.
"Ya?" Adnan berbalik bertanya pada seorang gadis yang kini tengah membungkuk memegangi kedua lututnya dengan napas yang tersenggal-senggal.
"Adnan, gue boleh gak minta tolong?"
"Minta tolong apa Din?"
"Arka sama Regina berantem lagi!"
"Lagi?" Adnan mengehembuskan napas malas, mengingat hubungan Arka dan Regina yang hampir setiap saat terjadi perdebatan diantara keduanya.
***
Dinda dan Adnan berjalan beriringan menyusuri koridor demi koridor untuk menghampiri Arka dan Regina yang katanya berada di kantin.
Ah, sudah biasa terjadi perdebatan antara Arka dan Regina di tempat umum, mungkin urat malu keduanya sudah putus.
Selagi berjalan Adnan dan Dinda tak sengaja melihat Alana yang tengah memeluk Dirga?
Alih-alih menegur Alana, Adnan justru berjalan melewati Alana dan Dirga, begitupun dengan Dinda.
Bukan rahasia lagi bagi Dinda dengan sifat Adnan yang begitu tenang, melihat tunangannya memeluk cowok lain. Dinda berpikir bahwa Adnan memang tak mencintai Alana, namun pikirannya itu, digoyahkan dengan serangkaian sikap Adnan yang begitu perhatian pada Alana, walaupun jarang ditunjukkan, bahkan dapat dihitung jari namun sangat berkesan.
Adnan menggelengkan kepalanya kala sampai di kantin dan mendapati Arka dan Regina yang tengah saling beradu argumen, bahkan untuk hal yang tidak perlu seheboh dan seberlebihan seperti perdebatan di persidangan yang sangat panas.
"Arka! Regina!" Adnan menarik telinga Arka sedangkan Dinda menarik telinga Regina, membawa kedua anak nakal itu pergi meninggalkan kantin.
"Aduh aduh sakit telinga gue, sat!" Maki Arka yang diabaikan Adnan.
"Dinda! Telinga gue sakit! Lepasin gak? Nanti gue aduin ke kak Erlan tau rasa lo!"
"Lo berdua ngapain lagi perdebatin apa kali ini?! Sampe-sampe lo berdua gak punya malu sama mahasiswa yang ada di kantin tadi?!" Sarkas Adnan memandang Regina dan Arka dengan tatapan ingin membunuh.
"Iya, lo berdua itu udah gede, liat situasi aja gak bisa! Emang lo berdua ributin apa sih?!" Tambah Dinda yang kini bertolak pinggang menatap Arka dan Regina bergantian.
Regina meringis mendapati tatapan Adnan yang ditujukkan padanya dan Arka, jika dipikir Adnan sudah seperti seoarang ayah yang memarahi anaknya dengan Dinda sebagai ibunya lebih tepatnya seperti ibu tiri karena bukannya memebelah Dinda malah menyudutkanya dan Arka.
"Ini nih, si Gina masa gue suruh makan gak mau!" Arka berujar kesal menatap Regina mengingat kejadian di kantin tadi dimana Regina yang merengek agar tidak dipaksa untuk makan.
"Kan udah gue bilang, gue diet!"
"Diet apanya bego, lo mau sekurus apa lagi, hah?! Mau badan lo kek sapu lidi lurus tak berbentuk?!"
"Ih, Arka lo apa-apaan sih!" Regina memukul lengan Arka kesal.
Sedang, Dinda dan Adnan saling bertukar pandang melihat kelakuan Regina dan Arka kemudian menghembuskan napasnya malas, keterbiasaan yang membosankan, pikir Adnan dan Dinda
Sejak setahun lalu, hubungan Adnan, Arka, Regina, Alana dan Dinda sudah mulai akrab satu sama lain. Hingga mereka hampir mengetahui sifat satu sama lain. Walaupun sekarang mereka berbeda jurusan, tapi mereka masih sering keluar berlima.
Dan jika terjadi situasi seperti, perdebatan antara Arka dan Regina, maka Adnan dan Dinda akan turun tangan mengatasi masalah sepele yang dibesar-besarkan itu untuk segera dimusnahkan.
Lagipula, diantara kelimanya hanya Adnan dan Dinda yang seringkali berpikiran dewasa tidak seperti Regina, Alana dan Arka yang kadang-kadang sangat kekanakan.
***
"Maaf," lirih Alana.
"Oh tidak, lo gak usah minta maaf, karena sekarang gue gak akan pernah pergi lagi, dan gue tau selama dua tahun ini, lo sama rindunya sama gue! Dan tentang lo yang udah tunangan, bagi gue itu gak penting! Karna sekarang waktunya lo akan menjadi milik gue, jangan menolak, karna gue udah kasih lo kebebasan selama dua tahun. Dan sekaranglah waktunya."
Sedih dan senang bercampur aduk menjadi satu, berkecamuk dalam pikiran Alana, membuat gadis itu pening sendiri, apa yang dilakukannya sekarang itu salah atau bagaimana?
KAMU SEDANG MEMBACA
My Possessive Ice Boy
Teen Fiction[SELESAI] ▪︎Segera direvisi▪︎ Bagi Dirga, Alana adalah miliknya, dan akan tetap menjadi miliknya apapun yang terjadi, sekalipun itu menyakiti Alana. Bagi Alana, Dirga adalah kelemahannya, sekuat apapun Alana menolak Dirga, maka sekuat itu pula ia ha...