"JAUHIN TANGAN LO DARI MILIK GUE!"
Sontak Alana berbalik melihat Dirga yang kini tatapannya menajam kearahnya dan Arka.
"Dirga, lo gak usah salah paham, Arka gak megang-megang gue kok, cuma tadi gue hampir jatuh, terus ada Arka yang nolongin, jadi---"
"Jadi lo seneng gitu ditolongin sama Arka?" Desis Dirga yang langsung menarik Alana kesampingnya.
"Jelaslah seneng, mana ada orang ditolongin ga---"
"Tuhkan, seneng, jangan-jangan lo sengaja lagi mau jatuh supaya ditolongin sama Arka," kini Dirga menoleh ke samping melihat Alana yang kini menatapnya kesal.
"Dirga, Alana gak mungkin kayak gitu," bela Arka yang membuat Alana semakin puyeng, tambah lagi tambah lagi, kapan habisnya coba kalau ditambah-tambah terus.
Dengan was-was Alana memegang lengan Dirga sekuat tenaga, takut-takut cowok itu ingin melalukan hal yang tidak diinginkan.
"Arka, lo jangan modus yah sama Alana, sok-sokan mau nolongin, padahal mau pegang-pegang,"
"Katanya lo sama Alana udah putus, jadi lo gak usah sok-sokan ngerasa kalau Alana itu milikkin Alana," Arka berucap lantang menatap kakanya dengan tatapan maut seperti tatapan yang diberikan Dirga padanya.
"Memangnya apa pentingnya status, yang penting buat gue adalah Alana itu MILIK GUE, LO NGERTI?!"
"DAN ATAS DASAR APA LO BILANG KALAU ALANA MILIK LO?!"
"ARKA, LO UDAH RINDU SAMA PUKULAN GUE!"
"COBA AJA KALAU BERANI!"
Alana melepaskan pegangannya pada lengan Dirga "UDAH KALIAN APA-APAAN SIH?! KALIAN ITU SAUDARA! SA U DA RA! ADEK KAKAK! DAN KALIAN MALAH RIBUT CUMA GARA-GARA HAL KECIL SAMPE MAU TONJOK-TOJOKKAN! GUE ITU PUSING TAHU GAK! PUSING! PUSING! PUSING! KALIAN NGERTI GAK SIH KALAU GUE ITU PUSING! KALIAN ITU UDAH NGALAHIN ANAK KECIL TAHU GAK! BAHKAN GUE MENDING MILIH NGADEPIN ANAK-ANAK YANG LAGI CEKCOK REBUTAN PISANG DARIPADA NGADEPIN KALIAN! INGAT UMUR NAPA!!!" Teriak Alana yang langsung membungkam mulut Dirga dan Arka yang kini menatapnya dengan tatapan yang sulit diartikan, bahkan Arka sampai menelan ludahnya melihat Alana yang berteriak marah, ini pertama kalinya ia melihat Alana semarah itu, ya iyalah orang Alana jarang marah.
Alana langsung menarik Dirga menuruni tangga, "dimana kotak P3K-nya?" Pertanyaan Alana membuat lamunan Dirga buyar.
"Disana," dengan cepat Alana mengambil kotak P3K di tempat yang telah ditunjukkan Dirga.
Alana mendudukkan Dirga pada sofa yang ada pada ruang tamu rumah itu, dengan hati-hati ia mulai mengobati luka Dirga.
"Aww! Lo mau balas dendam yah sama gue,"
"Dirga, ini gue udah sepelan-pelannya,"
"Kalau lo pelan-pelan, pasti gak akan sakit,"
"Siapa suruh berkelahi kalau gak mau sakit!"
"Gue kan berkelahi juga karena lo,"
"Emang gue yang suruh?"
"Lo sendiri yang ngebuat gue seperti ini,"
"Dirga, sebebarnya apa sih gunanya lo ngelarang gue ini itu, lagipula kita itu gak ada hubungan apa-apa sekarang,"
"Terus kalau kita udah gak ada hubungan, kenapa?"
"Yah, lo gak ada hak buat ngatur atur gue,"
"Lo akan tetap jadi milik gue Alana, apapun yang terjadi bahkan jika kita gak memiliki hubungan sekalipun!"
Alana menatap lekat Dirga begitupun sebalikanya.
"Dirga, sampai kapan lo akan seperti ini, aku lebih milih lo yang gak peduli sama gue, daripada lo yang sekarang,"
"Dan gue lebih suka lo yang nurut sama aku,"
Alana diam tak ingin membalas kalimat Dirga, dan memilih untuk kembali mengobati luka lebam Dirga.
"Selesai." Alana bangkit, namun dengan cepat Dirga menarik kembali Alana agar duduk. Kembali pandangan mereka beradu, membiarkan mata yang menyampaikan isi hati satu sama lain.
"Kenapa?" Tanya Dirga yang membuat Alana mengerutkan keningnya.
"Kenapa lo gak bisa ngejauh sama cowok selain gue, setidaknya tolong hargai perasaan gue, gue gak suka liat interaksi lo sama cowok lain, Lana," lanjut Dirga dengan nada suara rendah.
Alana memegang tangan Dirga, "Dirga, walaupun gue dekat sama cowok lain, hati gue tetap mencintai lo, tolong mengertilah, gue juga ingin bebas berinteraksi seperti dulu, semasa lo bahkan gak seperti nganggap gue ada,"
"Tidak Alana! Gue gak akan biarin lo dekat-dekat sama cowok lain!" Lagi-lagi Alana menghela napas, entah sampai kapan Dirga akan terus seperti ini, sungguh ia seperti mati rasa jika hidupnya akan seperti ini, diatur Dirga yang bahkan sekarang bukan apa-apanya.
"Dirga kita udah putus, tolong jadilah selayaknya mantan diluaran sana yang saling membenci," Alana bangkit dari duduknya, namun lagi-lagi Dirga menariknya kembali duduk.
"Aku gak akan membenci apa yang menjadi milik gue, Alana!"
"DIRGA TOLONG BERHENTI MENGATAKAN KALAU GUE INI MILIK LO! BAHKAN GUE SENDIRI TIDAK INGIN DIMILIKI OLEH COWOK EGOIS KAYAK LO!" Alana bangkit berjalan menyimpan kembali kotak P3K ke tempat dimana ia mengambilnya tadi.
Mengabaikan Dirga yang sedari tadi mentapnya, Alana berjalan menuju pintu rumah itu, tujuannya sekarang adalah pulang ke rumahnya.
"LALU, APA MAKSUD DARI KEPEDULIAN LO SAMA GUE?!"
KAMU SEDANG MEMBACA
My Possessive Ice Boy
Novela Juvenil[SELESAI] ▪︎Segera direvisi▪︎ Bagi Dirga, Alana adalah miliknya, dan akan tetap menjadi miliknya apapun yang terjadi, sekalipun itu menyakiti Alana. Bagi Alana, Dirga adalah kelemahannya, sekuat apapun Alana menolak Dirga, maka sekuat itu pula ia ha...