"Erlan?"
"Dinda ikut gue," Erlan menarik pergelangan tangan Dinda, meninggalkan Alana, dengan Regina yang baru saja datang menghampirinya dengan Arka.
"Alana, sebaiknya lo pulang, untuk sementara lo ke rumah gue dulu," ujar Regina memegang bahu Alana dan menuntunnya menuju area parkir tempat mobil Arka berada.
***
"Lo gak usah sok mau ngejar Alana! Lo kira gie gak tau apa yang lo lakuin di belakang dia!" Desis Dirga tajam.
"Dirga tolong jangan ikut campur!"
"Gak ikut campur gimana, hah?! Alana milik gue! Dan akan tetap seperti itu! Selamanya! Jadi lo kalau gak suka sama Alana, mending lo gak usah sama dia! Lo buang-buang waktu gue, buat misahin lo berdua!" Ujar Dirga tajam, dan pergi dari sana meninggalkan Adnan, dengan matanya yang masih menajam, menyusuri Alam, mencari keberadaan Alana. Sekarang ia tak akan melepaskan Alana-nya lagi. Tak akan! Biarpun jika ia harus menyakiti Alana, asalkan cewek itu akan bersamanya.
***
"Dinda, lo banyak berubah, lo gak seperti Dinda yang dulu! Dinda yang katanya mengatasnamakan teman di atas segalanya. Tapi yang lo lakuin sekarang, lo dengan tega khianatin pertemanan lo sama Alana!" Erlan berujar penuh penekanan, dengan matanya yang fokus menatap jalanan yang ada di depannya.
"Gue gak tau Erlan, gue juga gak mau ngelakuin ini sama Alana, tapi gue gak bisa membohongi perasaan gue," ujar Dinda menatap keluar kaca jendela mobil.
"Tapi kenapa harus Adnan! Ini bukan lo Dinda! Dinda yang gue kenal gak seegois sekarang,"
"Erlan, kalau saja hati bisa memilih, gue gak akan milih Adnan, dan mungkin saja gue masih cinta sama lo,"
Dulu, Dinda mencintai Erlan, sangat malah. Namun, sejak mengenal Adnan, rasa itu seketika berubah, entah apa yang membuat Dinda hingga menyukai Adnan yang sudah sangat jelas adalah tunangan Alana, temannya.
Erlan seketika menepikan mobilnya, mendengar kalimat terakhir yang diucapkan Dinda.
"Dinda, apa yang ngebuat lo jadi berubah?! Dinda yang gue kenal, gak mungkin ngelakuin hal-hal bodoh seperti yang dilakukan cewek labil, lo gak kayak gitu Dinda!"
***
Duk.
Arka memukul tembok dengan kuat. "Kurang ajar! Bisa-bisanya Adnan dan Dinda ngelakuin ini sama lo Alana! Pantas tu anak dua selalu berdua kemana-mana, dan lo Gina, lo tau hubungan Adnan sama Dinda tapi lo malah sembunyiin fakta yang ada, Gina!" Arka sedikit meninggikan suaranya, berbicara dengan Regina yang terduduk di kursi dengan Alana, dan mengusap-usap punggung Alana, bermaksud menenangkan Alana.
"Saat itu Alana, juga b----"
Brak.
"ALANA! ALANA!" Arka, Regina dan Alana, tersentak kaget dengan pintu utama rumah Regina dibanting dengan keras.
"Dirga! Lo gak diajarin sopan santun apa?! Datang ke rumah orang main banting-banting pintu rumah orang, bukannya di ketuk baik-baik!" Regina meneriakki Dirga, yang seenaknya main masuk ke rumahnya, malah pintunya di banting lagi, untung ia hanya tinggal dengan kakaknya yang kebetulan tidak sedang berada di rumah.
Dirga tak menanggapi makian Regina, melainkan menarik pergelangan tangan Alana dengan kasar.
"Akh!" Alana yang tersentak akibat tangannya yang tiba-tiba ditarik dengan kasar.
"DIRGA!" Arka menarik punggung Dirga, agar berbalik padanya dan melepaskan Alana.
"Lo---"
Bugh.
Belum juga Arka menyelesaikan kalimatnya, Dirga sudah lebih dulu melayangkan pukulannya pada perut Arka dengan cukup keras, membuat Arka meringis dibuatnya.
"Dirga! Lo apa-apaan?! Lo dateng ke rumah gue seenaknya main banting pintu, dan narik Alana seenaknya!" Regina membantu Arka berdiri, dan berusaha meraih Alana, namun sebelum ia menggapainya, Regina sudah lebih dulu di dorong Dirga, hingga punggung cewek berambut sepunggung itu terbentur pada dinding.
"Dirga! Lo kenapa?! Lepasin tangan gue!" Alana dengan suasana hatinya yang tidak baik, bertambah buruk karena Dirga.
"Jangan membantah! Atau gue akan berbuat sesuatu yang lebih dari ini!" Dirga kembali menarik Alana dengan kasar.
Alana yang sudah tak kuat dengan rasa sakit pada tangannya, membuatnya menendang tulang kering Dirga.
Baru saja Alana ingin menjauhkan dirinya dari Dirga beberapa langkah, namun dengan cekatan, Dirga menggapai rambut Alana, dan menyeretnya menuju tempat mobilnya berada.
"Akh! Dirga sakit! Akh! Ram...but...gue.... Akh!" Alana merintih kesakitan, kala merasakan rambutnya yang ditarik Dirga seperti ingin tercabut dari akarnya.
"Dirga!" Dinda yang baru saja sampai, dan disuguhkan dengan pemandangan dimana rambut Alana yang ditarik paksa, oleh Dirga.
Dinda berlari menghampiri Alana dan Dirga. "Dirga lepasin Alana!" Ujar Dinda yang mencoba melepas tangan Dirga yang menarik rambut Alana. Namun, Dirga dengan tidak berperasaannya mendorong Dinda menjauh, untung saja Erlan dengan cepat datang dan menahan Dinda agar tak jatuh sepenuhnya.
Dirga membuka pintu mobilnya dan mendorong Alana masuk dengan kasar. Dirga mengitari mobil dan masuk ke dalam mobilnya. Dirga yang melihat Alana hendak kabur, langsung mencekal pergelangan tangan cewek itu.
"Jangan coba-coba kabur! Sekarang gue gak akan biarin lo pergi dari gue lagi! Lo milik gue! Dan akan tetap jadi milik gue Alana!"
"Dirga, lo gila!"
"Jangan salahkan gue! Lo sendiri yang meminta gue melakukan ini!" Dan setelahnya Dirga melajukan mobilnya dengan kecepatan di atas rata-rata, yang entah akan pergi kemana.
KAMU SEDANG MEMBACA
My Possessive Ice Boy
Teen Fiction[SELESAI] ▪︎Segera direvisi▪︎ Bagi Dirga, Alana adalah miliknya, dan akan tetap menjadi miliknya apapun yang terjadi, sekalipun itu menyakiti Alana. Bagi Alana, Dirga adalah kelemahannya, sekuat apapun Alana menolak Dirga, maka sekuat itu pula ia ha...