MPIB'40

20.9K 732 16
                                    

Hampir sebulan Dirga dan Alana tinggal bersama di apartemen Dirga, yang terdapat dua kamar di dalamnya.

Tentunya Alana tak memberitahu orang tuanya, yang ada dia bisa mati hidup-hidup jika mereka mengetahui putri mereka tinggal se-atap dengan lelaki yang bahkan sampai sekarang belum jelas punya hubungan apa dengan Alana.

Yang orang tuanya tau Alana tengah tinggal di apartemen sendirian.

Soal Adnan? Alana dan Adnan sudah memberitahukan pada orang tua mereka masing-masing tentang keduanya yang tidak cocok dan memutuskan untuk memutus pertunangan keduanya, walaupun ada pertentangan dari kedua orang tua, namun akhirnya keputusan mereka diterima.

Dan sejauh ini Dirga tak pernah berniat macam-macam padanya. Semuanya berjalan lancar, mingkin. Namun, beberapa hari ini ia merasa Dirga sedikit aneh.

Awalnya Lelaki itu memperlakukannya dengan baik, dan sering kali membuatnya terbang karna perlakuan Dirga padanya yang begitu manis.

Namun, belakangan ini cowok itu seringkali bersikap dingin padanya. Yah, walaupun pada dasarnya cowok itu sering bersikap dingin, tapi itupun pasti karna keinginannya yang ditentang oleh Alana.

Dan sekarang? Semuanya terlihat baik-baik saja, bahkan Alana jarang terlibat perbedaan, bahkan ia jarang berinteraksi dengan teman kampusnya. Lalu mengapa Dirga bersikap seperti tak menganggapnya ada?

"Tau ah! Kesel gue lama-lama," gerutu Alana yang kini berada di kantin kampusnya, dengan bakso dan es jeruk yang berada di depannya menemani kesendiriannya duduk di pojokan.

Kejadian tadi pagi kembali terngiang di ingatan Alana. Sungguh, kejadian itu membuatnya kesal setengah mati. Bagaimana tidak? Untuk yang kesekian kalinya Dirga tak lagi berangkat kuliah dengannya, apalagi pulang, pasalnya ia sering ditinggal duluan, mana Dirga tak pernah memberitahunya,

Dan jangan lupakan Dirga yang sudah seperti orang bisu, karna hanya berbicara seadaanya, bahkan saat berpas-pasanpun hanya acara tatap menatap sepersekian detik yang tejadi, tanpa adanya basa-basi untuk menyapa.

Alana ingin menyapanya, menanyakan ada apa dengan cowok itu, tapi selalu saja Dirga seperti tak sedang ingin meladeninya. Awalnya Alana mengira sikap Dirga itu tak akan bertahan lama, tapi nyatanya sampai sekarang cowok itu masih bersikap demikian.

Alana menghembuskan napas lemah, kemudian bangkit dari duduknya.

Alana berjalan keluar dari kantin, dan menyusuri kampusnya, dengan langkah malas. Sebenarnya ia juga tak tahu ingin melangkah kemana, ia hanya berjalan tanpa tujuan, hingga suara percakapan menghentikan langkahnya, tepat di depan pintu ruang klub fotografi yang sedikit terbuka.

"Tunggu dulu, bukan gitu maksud gue!"

Alana mendengar samar suara di dalam sana, suara itu, ia sangat mengenalinya. Itu suara Dirga!

"Dirga! Lo kira gue bego? Lo kira gue sebodoh Alana, jalang lo itu?!"

Mendengar suara wanita yang terdengar asing bagi pendengarannya yang begitu ketus dan tajam, ditambah kalimat yang terdengar, membuat Alana membulatkan matanya tak percaya.

Salah satu dari suara itu memang milik Dirga, tapi mengapa dirinya di bawa-bawa? Dan apa kata wanita itu tadi? Jalang?

Bukannya menghampiri pemilik suara itu, namun Alana justru menjauh dari sana, berjalan dengan tergesa, matanya memanas mengingat kalimat yang di dengarnya beberapa saat yang lalu.

Berbagai pikiran dan pertanyaan berkecamuk di kepalanya Alana.

Mengapa wanita itu mengatainya Jalang? Padahal ia yakin betul belum pernah bertemu dengan wanita itu, karna suaranya yang terdengar asing di telinganya.

Apakah wanita itu dekat dengan Dirga? Bisa saja wanita itu sangat dekat dengan Dirga, dan dari sana ia mengetahui semuanya tentang Dirga, termasuk dirinya yang tinggal dengan Dirga, karna setahunya tak ada yang tahu jika Dirga dan Alana tinggal bersama.

Dan apakah karna wanita itu yang membuat sikap Dirga padanya akhir-akhir ini berubah?

Ah! Tunggu! Apakah pikirannya terlalu jauh hingga sampai ke sana?

Duk!

Alana yang terlalu sibuk dengan pikirannya, membuat cewek itu tak fokus melihat jalanan di depannya.

Dan akibatnya membuat Alana mendaratkan pantatnya pada tanah, karna menabrak tubuh seseorang.

"Aww!" Ringisnya.

Alana yang hendak bangkit, langsung menerima uluran tangan di depan wajahnya, hingga membuatnya mendongak untuk melihat siapakah orang yang mungkin menjadi akibat ia jatuh terduduk di atas tanah.

"Erlan," gumamnya melihat lelaki yang dikenalnya itu, bersamaan dengan itu ia menerima uluran tangan Erlan untuk bangkit dari jatuhnya.

"Alana, lo gak pa-pa?" Tanya Erlan menatap Alana dengan nada cemas.

"Eh?" Alana sedikit tersentak mendengar nada cemas Erlan. "Gak pa-pa, lo gak usah khwatir,"

"Lah! Yang khawatir siapa coba? Dasar kegeeran!"

"..."

"Udah, untung lo ada di sini, gue boleh minta tolong gak?"

"Apaan?" Jawab Alana sedikit kesal.

"Santai-santai, lo gak usah ngegas jawabnya. Gimana kalau kita ke kafetaria dekat sini?"

"Kenapa gak ngomong sekarang aja sih!"

"Gue yang bayarin deh,"

Mendengar penuturan Erlan sontak membuat Alana bersemangat, kapan lagi ia bisa ditraktir?

"Oke! Ayo berangkat sekarang," ujar Alana semangat, tanpa Alana sadari cewek itu melupakan masalah perkataan wanita yang menyebutnya jalang itu.

Jika dipikir, mengapa Alana tak langsung menghampiri Dirga dan wanita itu tadi? Alana in bodoh atau bagaimana? Kan jadinya ia tak akan tahu akar permasalahannya!

Baru juga beberapa langkah Erlan dan Alana berjalan bersisihan, sebuah suara menghentikan langkah kedunya.

"Alana!" Dirga menghampiri Erlan dan Alana dengan autannya yang dingin. Yah, yang memanggil Alana itu adalah Dirga.

Melihat Dirga, membuat Alana mengernyitkan keningnya. Mempertanyakan ada apa dengan Dirga yang memanggilnya?

"Mau kemana?" Dingin dan penuh penekanan, pertanyaan itu membuat Alana sadar akan ada sesuatu yang salah, tapi apa? Ia bahkan tak melakukan interaksi apapun dengan Dirga hari ini.

"Eh? Itu... eh! kenapa?" Bukannya menjawab, Alana malah balik melemparkan pertanyaan pada Dirga.

Dirga menarik kasar Alana yang berdiri di samping Erlan.

Melihat tingkah Dirga membuat Erlan memutar matanya malas. "Gue cuma mau minta tolong sama Alana. Bukan mau culik dia!"

"Lo minta tolong aja sama orang lain! Kenapa harus Alana?! Alana mau pergi sama gue!" Ujar Dirga yang langsung menarik Alana pergi dari sana.


My Possessive Ice BoyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang