In my life
There's just another empty space
All my dream are lost🐾🐾🐾
Kantin ini sudah penuh saat Jisoo memasukinya, kalau di fikir ini bahkan belum jam istirahat. Tapi tidak apalah, tidak menjadi persoalan. Yang terpenting, persoalan perut terlebih dulu. Kalau perut lapar pasti nanti tidak bisa berfikir, sama seperti pikiran Jisoo saat ini.
Sejak menginjak di bangku SMA, Jisoo selalu merasa lapar yang berlebihan. Ia berfikir jika makan banyak, maka ia akan fokus pelajaran. Nyatanya tidak, ia sering kali terlihat berlari di lapangan akibat tertidur dalam kelas.
"Ehh Jisoo, gimana jadinya hubungan Lo sama Tetet?" Jisoo tersentak, menatap Kim Jennie horor. Temannya satu ini memang pandai mengejutkan orang. Tanpa kata, ia mengabaikan Jennie dan langsung ke pojok kantin, duduk tenang di sana.
Kantin ini luas, ada sekitar lima pedagang menyajikan menu yang berbeda. Padahal ini hanya khusus kelas 11, namun seberapa luasnya, kantin akan terasa padat.
"Jangan ditanya deh Jen, kasihan Jisoo, soalnya Jisoo bakal patah hati. Ya gak, lo pasti di tolak kan? Kan udah ada si Bona yang juga suka Tetet." cerocos Lisa langsung.
Jisoo menyipitkan matanya, mendengus tertahan. Ia ingin memaki pada seorang Lisa.
Sumpah deh itu anak, niat awalnya baik tapi kok sakit ya? Kurang ajar, memang kapan ia berencana menembak Taehyung?
"Diem dehh!"
Ini nih, kalau sudah kumpul bareng reporter dadakan, jadinya ya begini. Gosip sana gosip sini, saling menyuarakan yang terdahsyat, terhisteria, sampai yang terhoax. Semua tidak ada yang mau mengalah bro. Ada-ada saja itu bahan yang mau di kritik.
"Lihat noh, gerombolan inceran lo." celetuk Rose sambil mengangkat bahu dan melirik ke arah Jisoo.
"Idihh, apaan sih!"
Wadaw! Jisoo sok cuek banget. Padahal ekor matanya selalu mengarah ke Taehyung.
Sumpah, kok segala hal yang dilakukan Taehyung keren banget ya. Gila, Jisoo sudah merasakan fase itu. Padahal cuma melihat Taehyung saja, ia sudah bahagia.
Waktu Jisoo masih berlagak sebagai seorang Profesor yang memikirkan rumus tentang Taehyung. Tiba-tiba ada yang menepuk bahunya. Ia gak menanggapi. Pikirannya mengenai rumus Taehyung, belum menemui titik hasil. Namun, tepukan itu semakin kencang, setara dengan rasa saus kacang yang di uleg. Remuk.
Hissh, ngapain ini cacing, gangguin aja. Minta tanda tangannya nanti sajalah.
Terpaksa Jisoo menolehkan pandangan. Eh, ternyata ada Seulgi. Tumben Seulgi mau nimbrung grup Jisoo. Maklum beda kelas.
"Jisoo, Taeyong suka sama lo."
"Hah, yang bener!" Paduan suara Jennie, Lisa, dan Rose meraung keras. Syok mereka semua.
Lisa, Rose, dan Jennie syok, ada orang yang suka Jisoo. Sedangkan Jisoo syok, melihat temannya yang syok karena tidak menyadari kecantikannya.
Ayolah, jika diadakan survei sekarang di sekolah, mengenai siapakah anak tercantik. Jisoo pasti masuk ke dalam daftar itu.
Jisoo bukan anak berprestasi di sekolah. Ia bukan tipikal anak kutu buku yang berkeliling perpustakaan. Walaupun hobinya ke perpustakan. Tidak, bukan itu. Jangan berharap ia akan membaca buku, tugasnya di sana hanya menjalankan sebuah hukuman.
Sebenarnya Jisoo anak yang baik. Hanya saja, ada sedikit masalah pada jalan berfikirnya.
Dengan kesal, Jisoo kembali mengumpat pada para sahabat rasa acar itu. Ia merasa, apakah sebegitu aneh jika ada orang yang tertarik padanya.
"Iya. Lo gak sadar?" Lanjut Seulgi
"Haaa, Ehmm...." Jisoo kaku. Tanpa bisa di tahan hatinya terasa melayang, meledak. Memang sih ia suka Taehyung. Tapikan, Taehyung nampak tidak membalas perasaannya.
Masa sih, perempuan harus lebih dulu. Ya tidaklah. Terlebih lagi ini Jisoo mendengar ada someone yang suka sama dia. Hiyya gimana ia tidak salah tingkah?
🐾🐾🐾
Kurang dari 15 menit bel akan berbunyi, Taehyung sudah tidak kuat menghadapi rasa yang hinggap. Lapar. Dengan Jeka juga Sekop, ia bergegas ke kantin.
Suasana kantin pengap. Keringat juga teriak bercampur menjadi satu. Setelah memesan makanan, ia beralih kearah gerombolannya.
Gerombolan itu seharusnya terdiri dari 6 orang. Bukan gerombolan yang suka mojok di kantin. Tempatnya disini, berada di tengah kantin. Menjadi pusat dari semua hal. Perhatian, ketenaran, dan apalah itu. Dan disitulah Taehyung berada.
Taehyung duduk di pojok kanan, sebelah kirinya ada Sekop si ketua ekstrakurikuler basket. Sebelah kirinya Sekop ada Mingyu, Mingyu sangatlah populer, berandal sebagai hobinya.
Di depan Taehyung ada Jeka juga Sungjae, mereka juga merupakan anak populer, memegang posisi kapten basket juga anak band, menjadikan mereka terkenal
Dibandingkan semua temannya, Taehyung tidak terlihat. Ia hanya anak biasa. Ia berfikir, bahwa ia tidak terlalu suka hal seperti ketenaran dan temannya. Pikirannya hanya dipenuhi satu mimpi, bukan mimpi kotor, ia jarang seperti itu. Tapi ya sesekali pernahlah.
"Ha..." Teriakan bernada keras menarik perhatian Taehyung. Ia mengedarkan pandangan dan menangkap lima gadis di pojok kantin yang baru saja memeriahkan kantin.
Ahh, gadis itu juga di sana. Rasanya sosok itu kian menyedot pikirannya. Ia menerka, apa yang baru saja mereka bahas hingga heboh seperti itu.
"Napa lo, nglamun mulu?" Atensinya teralihkan oleh pertanyaan Sekop.
"Gue gak,"
"He jelas banget lo nglamun!" Tandas Sekop. "Mikirin apa sih? Nilai mana lagi yang telur, atau lo udah terima? Surat Drop out." tawa mulai terdengar diantara mereka.
"Anjing!" Sentak Taehyung langsung. Ia heran, orang sedingin Sekop peduli padanya. Apakah terlihat sekali ia memikirkan gadis pencuri hati itu? Ia rasa tidak.
Aku suka menyanyi, kamu juga
Aku suka anjing, kamu pun iya
Aku suka kamu , kamu gak merasa
Padahal, banyak kan persamaan yang kita punya?
KAMU SEDANG MEMBACA
Selembar Hati
FanfictionDilema Jisoo, tentang 2 matahari yang masuk ke dalam kehidupannya Bukan, itu salah. Mataharinya ya cuma satu. Tapi, kenapa rembulan yang semula ia hiraukan berubah menjadi setitik matahari kecil Jadi, Jisoo harus bagaimana? Haruskah ia tetap pada ma...