Bagian 8 | οκτώ

464 69 66
                                    


Still i call it magic
When i'm next to you

🐾🐾🐾

Pagi ini terjadi keramaian, orang-orang semua pada berlari. Dan jisoo hanya terbengong, ia bingung kenapa perasaan semua orang pergi keluar ruangan.

Apakah terjadi gempa di sekolah ini? Tapi masa iya? Dan hal tidak terduga itupun terjadi. Oh upacara ternyata!

Jisoo tidak kalang kabut, karena ia dengan keyakinan seratus persen telah siap menghadapi terik matahari, sebagai tambahan informasi ia tadi pagi telah menggunakan sunblock di seluruh permukaan kulitnya, dan ia bangga.

Topi oke, sepatu oke, dasi oke, ikat pinggang oke, muka lebih dari okee. Yoshhh...

Sampai di dalam kelas, kelas sudah tidak berpenghuni. Mungkin teman-temannya telah berderet rapi di lapangan. Ia meletakkan tasnya di sebelah tas Jennie dan ia melangkah pergi. Lapangan sekolah merupakan tujuannya sekarang, masih harus melewati beberapa ruang kelas.

Dan hal tidak terduga kembali terjadi. Asli, sekarang beneran bukan tipu-tipu. Jisoo melihat Taeyong yang sedang berdiri. Tapi tunggu, Taeyong sedang memandang arah lapangan tentunya. Dengan kekuatan seribu kaki ia mendekati Taeyong.


🐾🐾🐾



Kemarin malam gegara si Yuta, Johnny, Taeil, dan Doyoung mengajaknya mabar hingga begadang, pagi ini Taeyong tidak sanggup membuka mata.

Ayolah, ia baru tertidur jam empat pagi tadi. Dan sekarang ibunya telah menggedor pintu kamarnya.

"Hehh, bangun bangun. Kebo semua sih ah!" Ia membuka gorden jendela, menendang Yuta, memukul Johhny, menampar Taeil, dan yang paling parah ia melupakan keberadaan Doyoung yang tidur di pojokan, "Sekolah woi, bangun dah siang ini!"

"Alah, nelat aja. Ini nanti kaga ada upacara."

"Pak Heechul paling kaga masuk kelas buat bimbingan,"

"Sana mandi dulu bego, ntar antri males banget dah gue, lanjut tidur dulu ini."

Berondongan suara menginterupsi kegiatannya membangunkan para penyamun tersebut.

Untung mereka bukan anak nakal yang teler gegara minuman alkohol. Tapi ya tolonglah, lebih eksklusif dikit lah, masa teler gegara mabar, kan gak asik. Dikira bukan anak berandal nanti.

Setelah perdebatan yang tiada ujung, akhirnya mereka mandi dengan cepat, memakai seragam dengan cepat, makan dengan cepat, juga berkendara dengan cepat. Semua serba cepat. Hingga bus patas luar kota luar provinsi kalah kecepatannya dengan mereka. Tenang, gak ada hubungannya itu.

Sampai di sekolah, hipotesis mereka semua salah. Upacara akan berlangsung tepatnya pada hari ini. Dan ini sudah detik-detik terakhir, karena tadi macet mereka cukup untuk dikategorikan telat.

"Woi, ayo kelapangan. Upacara oy!" teriak Jaehyun sambil lalu, saat melihat temannya masih di parkiran.

"Lah anjir!"

"Anjing, bodoamat. Mau cabut dulu guys."

"Gue ikut,"

"Ke warung giras aja udah."

Dan tersisalah Taeyong sendiri, ia terdiam. Ia bingung mau ikut upacara tapi dihukum, apa kelayapan seperti temannya. Jika ia ikut bolos nanti ia tidak dianggap siswa teladan, rajin, dan baik hati. Kan sedih juga. Dilema anak baik yang kalem emang begini. Salah dikit aja, takutnya setengah aku dirimu. hehehe.

Selembar HatiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang