Cause I just can't take it
Another day without you with me
It like the blade the cut right through me
I can wait, I can wait you forever🐾🐾🐾
Hari ini tubuh Taehyung merasa kebas, kemarin ia membabi buta membantu Jeka menghabisi anak Dharma. Tapi walaupun badannya remuk, ia tetap berangkat sekolah. Karena hatinya kini yang resah.
Kemarin, semalaman Taehyung menunggu Jisoo di Apartemen, tapi gadis itu tidak datang. Pesan yang ia kirim pun juga hanya terkirim tanpa ada kata balasan.
Dan pagi tadi, di saat ia menjemput Jisoo di kediaman, yang ada hanya pembantunya yang berkata “Non Jisoo sudah berangkat den, tadi pagi-pagi”
Taehyung lelah, hanya masalah sepele saja Jisoo langsung menghindarinya.
Taehyung tahu, Jisoo gadis labil. Tapi ini keterlaluan!
Jisoo yang menjauh itulah yang paling di benci Taehyung. Ia butuh rengekan seorang Jisoo, ia butuh rajukan manja dari si mungil, dan ia butuh belaian dari si cantik. Ia sangat butuh itu sekarang.
Di temani Sungjae ia memilih cabut di rooftop gedung baru sekolah yang terbengkalai. Hanya sunyi yang menyapa, dan itulah yang ia harapkan.
Taehyung diam, Sungjae pun begitu. Merasa kekosongan yang di perlukan, mungkin Sungjae juga memiliki masalah. Mungkin masalah Sungjae lebih besar darinya. Ia tidak tahu, dan tidak mau tahu. Kalau temannya itu mau cerita akan Taehyung dengarkan, kalau temannya memilih bungkam, ia pun takkan memaksa.
“Gue gak ngerti,” ucap Sungjae tiba-tiba, Taehyung hanya mendongak memberi tahu bahwa ia mendengar, “Napa cewek slalu pingin di kejar”
Taehyung terkekeh tapi di tahan, tumbenan si Sungjae mau cerita hal semacam ini, “Ya wajarlah, lo laki bukan?”
“Bangsat” umpat si Sungjae, dan Taehyung semakin terkekeh melihatnya “Lo ga guna,”
“Napa sih?” Tanya Taehyung, berusaha meredakan umpatan si Sungjae.
“Joy,”
“Napa lagi dia,”
“Lo ngomong seolah Joy bermasalah mulu,” maki Sungjae, menghela nafas Sungjae melanjutkan “Cewek lo juga gitu kali!”
“Jisoo beda,”
“Sini,” lambai Sungjae pada Taehyung meminta untuk mendekat, “Pingin muntah gue. Najis”
Taehyung hanya tertawa. Ya gimana, ini dua cowok yang katanya jagoan malah saling mengumpat gegara masalah cewek. Gak unfaedah banget itu hidup.
Masih setia di rooftop ditemani rokoknya, Taehyung bertekad membolos dari jam pertama hingga akhir. Bahkan saat jam istirahat berlangsung, dia hanya titip makanan ke Sungjae.
Memang, Taehyung ingin menyendiri dulu. Tapi ya gimana mau menyendiri, kalo sehabis istirahat malah kawannya yang di rooftop gak cuma Sungjae!
Si Sungjae balik ke rooftop selain bawa makan titipan Taehyung dia juga bawa rombongannya. Niat, mau menyendiri hanya bisa kandas.
Lah si Anjing, malah bawa curut! Batin Taehyung merajalela.
“Gue dah pikir, lo pasti di sini Tet,” Jackson memulai dengan gaya sok tahunya, “Tas ada, orang hilang kemana,”
“Weitss, lo cabut kagak bilang-bilang elah, Tet,” tambah si Sekop sambil mulai mematikkan api.
Jeka yang baru datang dari UKS pun juga gak mau kalah nimbrung, “Luka lo gimana Tet, gue dah ke mba Ayu tadi, hehe”
“Ya gak gimana,” jawab Taehyung sambil melarikan matanya menatap awan di langit.
“komuk lo anjir, kusut amat dah” timpal Sekop tak tahan juga dengan raut si Taehyung.
“Gue lagi ada masalah,” Kata Taehyung tiba-tiba menatap kawananya itu, yang menyebabkan semua temannya terkejut langsung mendekat ke Taehyung, mengerubunginya seolah kata yang akan disampaikan Taehyung adalah suatu rahasia, “Lah, ngapa pada deket dah. Sana jauhan, jangan homo. Pengap” sentak Taehyung .
Dan bisa di pastikan kepala Taehyung di toyor rame-rame, “Bangke”
“Anjir,”
“Goblok”
Taehyung terkekeh, semua temennya inilah yang dia suka. Begitu bego.
Dan saat bel pulang berbunyi, tanpa ba-bi-bu Taehyung melangkah pergi. Kelas Jisoolah yang ia tuju, ia hanya ingin masalah dengan Jisoo cepat selesai.
Dan Taehyung menunggu di pilar, agak jauh dari kelas Jisoo, tapi ia masih mengintai. Karna Seperti biasanya, Jisoo pasti keluar termasuk belakangan. Kata Jisoo yang belakang yang dapet bonus, iya bonus bolpen maksud Jisoo.
Saat Jisoo keluar, saat itulah sekolah mulai lenggang. Hanya tersisa sejumut siswa yang berkeliaran untuk ekstrakulikuler, maupun untuk kegiatan lain yang Taehyung sendiri tidak tahu.
Taehyung melihat Jisoo jalan keluar sambil bercakap-cakap dengan Mihyun, dan Jisoo juga tau Taehyung ada di pilar itu, tapi Jisoo lanjut bercakap sengaja mengabaikannya.
Sampai saat Jisoo melewati Taehyung, lengan Jisoo langsung di tarik oleh Taehyung. Dan Taehyung langsung mengisyaratkan ke Mihyun untuk pergi dengan dagunya. Dengan masih mencekal lengan Jisoo, Taehyung memperhatikan si mungil itu.
“Kamu kenapa sih,” si mungil mulai memberengut.
“Pulang sama siapa?”
“Kepo,”
Taehyung mendesah, ia memperhatikan si mungil yang ada di depannya itu, wajah cantik itu, bibir menarik itu, tubuhnya yang juga sangat pas saat Taehyung merengkuhnya.
“Kenapa marah?”
“Siapa yang marah?”
“Aku nanya kenapa marah, bukan siapa yang marah”
“Aku gak marah, napa?”
“Bohong!” Taehyung berpindah mengenggam jemari lentik si munggil itu, “Kenapa marah?” ulang Taehyung sekali lagi, berharap mendapatkan respon.
“Kamu tau jawabannya.”
Taehyung menghela nafas, matanya meneduh juga ia tersenyum hangat menatap Jisoo sedekat ini, “Aku peluk ya,”
Saat Jisoo ingin menjawab, Taehyung langsung maju, menarik pinggang Jisoo dan membenamkan wajahnya di ceruk leher Jisoo.
Aroma itu familier, menyegarkan juga menenangkan. Jisoo tau ia tidak perlu menjawab pertanyaan Taehyung, dan Taehyungpun tak perlu jawaban Jisoo, “Kamu sakit? Kok kamu panas banget?”
Mendengar kalimat berupa perhatian yang tercurah, Taehyung semakin mengeratkan pelukannya disertai kecupan di leher Jisoo.
Melupakan dimana kini ia tengah berada.
Kamu yang masih aja heran
Sama kelakuanku yang ga karuan
Jadi kalo tingkahku tetep berkelanjutan
Apa kamu masih mau bertahan?
KAMU SEDANG MEMBACA
Selembar Hati
أدب الهواةDilema Jisoo, tentang 2 matahari yang masuk ke dalam kehidupannya Bukan, itu salah. Mataharinya ya cuma satu. Tapi, kenapa rembulan yang semula ia hiraukan berubah menjadi setitik matahari kecil Jadi, Jisoo harus bagaimana? Haruskah ia tetap pada ma...