[45] Rahasia

2.1K 140 27
                                    

HAPPY READING

"Gal, itu beneran anak lo?" Gilvan menghampiri adiknya yang sedari tadi mengurung diri didalam kamar. Seusai kedatangan Adara dan kepergian Nada, Galvan seperti mayat hidup yang dengan kepala yang terasa pening sekali.

Bahkan tadi dirinya sudah disidang oleh Gilang dan membuat mental lelaki itu terguncang.

"Gu-gue gak tau Gil. Gue ngga inget, gu-gue mabuk pas itu" jawab Galvan dengan gemetar.

"Pas di Berlin lo ke club?" tanya Gilvan melotot tidak percaya.

Galvan mengangguk

"Gue kesel, marah, kecewa ketika Nada lebih memilih Roy! Nada cinta sama Roy Gil! ketika itu terpaksa gue minum trus pas gue udah mabuk gue liat Adara dan dia bawa gue, udah itu gue nggak inget lagi"

Gilvan memijat pelipisnya

"Seharusnya waktu itu lo gak minum apalagi sampe mabuk gitu. Opah sama oma tau?"

Galvan menggeleng. Lelaki itu semakin terlihat sangat nelangsa dengan beban pikiran yang dipikulnya.

"Gue udah jadi pengecut Gil! Gue pulang ke Indonesia ingin lupain semua itu dan lamar Nada! Gue udah gak bisa nutupin kebohongan gue. Gue harus tanggungjawab sama Nada! bagaimana pun juga--"

"Lo yang asal tunjuk seseorang ketika Roy murka dan meminta penjelasan. Dan seseorang yang  Lo tunjuk itu adalah orangtua Nada yang lagi nyebrang jalan dan mereka nggak salah apapun Gal" potong Gilvan dengan nada yang mengintimidasi.

Galvan diam. Rasa bersalahnya semakin besar.

"Gue tau itu.." lirihnya sambil menutupi wajahnya dengan kedua tangan.

"Lo tau pertemuan pertama gue sama Nada? Pertemuan yang  konyol ketika gue diputusin Karina karena ketauan duain dia. Gue pulang pake sepedabtrus ada orang yang jalan ditengah sambil nyanyi. Gue teriakin dia supaya minggir. Tapi dia malah diem ditempat kek disinetron. Untung nggam gue tabrak. Awalnya gue kaget karena wajah cewek itu udah nggak asing lagi. Dengan sengaja kipas gambar koreanya itu gue lindes. Dia marah trus gue lempar kipas itu. Dimulai dari hari itu gue udah berniat jagain dia tanpa perasaan karena lo tau kan? Dulu gue sayang banget sama Adara. Tapi lambat laun gue kenal sama Nada. Gue sadar kalo dia itu adalah anak dari orangtua yang nggak sengaja gue tunjuk. Dan dia yang menyaksikan pembunuhan kedua orangtuanya dengan mata kepalanya sendiri" Jelas Galvan sambil sedikit tersenyum dan sedikit menangis karena kesalahannya.

Gilvan sangat pahan dengan perasaan adiknya.

"Ini nggak sepenuhnya salah lo Gal. Lo anak 7 tahun pasti ketakutan ketika Roy murka dan gue yakin lo asal tunjuk orang yang nyelakain Roy itu agar lo bisa melarikan diri dari Roy" tambah Gilvan.

"Yang salah itu takdir. Kenapa takdir mempertemukan lo dengan Roy! Bahkan dari kecil kalian udah dipertemukan" sambungnya.

Galvan tidak bisa membuka suara. Otaknya terus saja tergiang ketika melihat kejadian dimana perempuan bertopeng itu yang menembak kedua orangtua Nada dan gadis itu menangis beraung-aung sejadi-jadinya nya.

"Tentang ini, gue mohon jangan beri tau siapapun" 

"Yang tau ini hanya kita berdua Gil. Bahkan Roy juga nggak tau tentang masalah ini" sambung Galvan

Gilvan mengangguk.

"Mengenai kehamilan Adara. Bima tau?"

Galvan menggeleng

"Mau gue kasih tau ke Bima?" tawar Gilvan sambil memberikan smirk nya.

Mata Galvan membulat sempurna, "Lo gila!? Lo mau gue dihajar abis-abisan sama Bima dan anak LOSI?"

Gilvan tertawa.

"Setelah lo pergi. Di Bandung ini udah ngga ada lagi yang namanya GUARAN atau LOSI. Kita udah bubar dan memilih jalan hidup masing-masing" Jelas Gilvan

Galvan diam dan sedikit tenang sekaligus senang mendengar fakta tersebut.

"Sekarang gue harus gimana Gil?" tanya Galvan dengan mulut bergetar

"Kejar Nada. Biar Adara urusan gue"

"Gil Makasih. Lo emang abang gue yang paling hebat" ujar Galvan sambil tersenyum dan memeluk Gilvan

Seberapa banyak gue bantuin lo Gal, tetap aja gue selalu kalah sama lo batin Gilvan

Lo tau? Dari dulu gue suka sama Adara Gal. bahkan sebelum kalian saling kenal dan perasaan itu masih sama sampai saat ini. Dan gue berharap lo nggak pernah tau tentang perasaan gue Gal. Lo adik gue, prioritas gue, kebahagian lo. Kebahagiaan gue juga sambung Batin Gilvan sambil menepuk bahu Galvan.




********



"Kamu sekarang ke rumah Adara. Ajak dia beli cincin pernikahan kalian" ujar Gilang sambil membaca koran diruang tengah ketika melihat anaknya pergi ke arah dapur.

"Galvan nggak akan Nikahin Adara" jawab Galvan dengan mantap setelah itu ia meminum segelas air mineral.

Gilang melempar koran itu ke meja dengan kasad dan menatap tajam anaknya

"Galvan! Kamu itu laki-laki! Dimana otak kamu! Kamu harus bertanggungjawab!" bentak Gilang dengan amarahnya

Galvan menyimpan gelas itu dengan gertakan.

"Papa jangan percaya satu pihak. Galvan mohon beri Galvan kesempatan buat cari tau semua ini. Jika benar itu anak Galvan, Galvan akan nikahin Adara" jelas Galvan lalu berlalu pergi meninggalkan Gilang dengan amarah yang mulai mereda.

Galvan harus pergi menemui Adara. Dia harus meluruskan permasalahan ini.






-------------------------------------------------
Lanjut lagi jangan?
Tinggalkan jejak kalian ya👹


GALVAN [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang