[46] Kontraversi

1.9K 133 31
                                    

HAPPY READING

Sesampainya di depan perkarangan rumah Adara. Dimana dulu rumah ini juga merupakan tempat tinggal Nada sebelum pindah dan memisahkan diri semenjak Nada tahu jika dirinya hanyalah parasit keluarga Arkan

Galvan tersenyum rasanya ingin sekali kejadian yang lalu tidak terjadi. Mungkin Galvan sudah hidup tenang tanpa diikuti rasa bersalah yang menggerogiti hidupnya

Baru saja Galvan akan mengetuk pintu rumah Adara tetapi Galvan urungkan ketika mendengar suara Nada di dalam rumah. Galvan beralih melihat jendela sambil mengintip apa yang mereka lakukan.

Disana Galvan melihat. Adara yang sedang menggenggam tangan Nada dengan tatapan yang begitu sendu

Di dalam ruangan tengah, Nada dan Adara sedang mengobrol dengan serius. Nada sengaja berkunjung ke rumah Adara untuk meminta penjelasan kala itu. Nada berharap apa yang dikatakan Adara itu tidak benar

"Ka, maafin aku. Aku juga ngga tau jadinya bakalan kayak gini" Ucap Adara sambil menggengam tangan Nada sembari menguatkan mereka berdua

Nada menghela nafasnya. Apa mencintai memang sesakit ini? Nada mengumpulkan kekuatannya agar bisa berbicara pasalnya sedari tadi hanya Adara yang mengangkat pembicaraan

"Adara--"

"Aku mohon lupain Kak Galvan. Kak" potong Adara dengan wajah sendu

Nada kembali diam. Dia mengontrol dirinya agar tidak menangis. Keadaan ini benar-benar menyesakkan

"Anak ini butuh ayah kandungnya" Sambung Adara sambil mengelus-elus perut ratanya

Semua orang tidak selamanya  ingin selalu mengalah kadang dimana dia ingin sekali memberontak tapi sebuah rasa yang selalu menghalanginya

Nada tidak boleh diam saja. Dia sudah lelah selalu mengalah. Kali ini dia harus menang

"Kenapa kamu tiba-tiba ada di German. Bukannya kamu pergi ke Belanda karna Oma rindu?" Tanya Nada setelah memori beberapa tahun yang lalu mengulang dimemorinya

Adara diam sejenak sebelum angkat bicara

"Edward. Edward nelepon aku kalau Kak Galvan ada di Cyrwe Club dan mabuk parah. Setelah itu aku langsung membuat jadwal penerbangan ke jerman. Karna Oma Lily tidak boleh tau kelakukan cucunya. Kamu tau Kak? Kak Galvan terus menyebut nama Kak Nada dan ungkapan-ungkapan kekecewaan lainnya karna Kak Nada lebih memilih Roy dibanding Kak Galvan" Jelas Adara yang membuat ketahanan hati Nada menciut

"Selanjutnya Kak Nada tau kan, apa yang dilakuin orang mabuk?" Sambung Adara

Nada benar-benar menyesal. Bagaimana pun juga itu semua salahnya. Semuanya adalah salahnya!

"Maaf Adara" Ucap Nada dengan lirih

Adara tersenyum lalu mengangguk

"Maaf" Ucap Nada lagi dengan mulut yang bergetar

Memory-memory terdahulu terulang lagi pada otak nya. Nada benar-benar tidak bisa memaafkan dirinya sendiri. Dia selalu merebut kebahagiaan Adara. Bahkan Nada rebut semuanya. Seandainya seandainya dan seandainya mungkin ini tidak akan terjadi

GALVAN [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang