PART 45 || Dingin

4.2K 191 0
                                    

Bella sedang melamun di tempat tidur dengan posisi tengkurep. Laptop yang menyala seraya menampilkan sebuah film entah film apa itu, ponsel yang tengah di putar-putar oleh Bella, dan juga coklat yang berserakan di tempat tidur.

Sepulang dari rumah Delvin, Bella mampir ke minimarket untuk membeli coklat. Karena tidak menemukan cilok dijalan terpaksa Bella harus membeli coklat untuk bahan melampiaskan badmood nya.

"Bella? mau kemana?"

Bella yang baru saja ingin keluar dari rumah Delvin nampak kaget.

"Emm gue mau pulang,"

"Oh, yaudah ati-ati."

Setelah mengucapkan empat kata, Delvin nyelonong masuk kedalam rumah nya. Tidak ada ekspresi senyum yang biasa Delvin persembahkan untuk kekasih nya ini.

Bella mengacak rambut nya frustasi. Bella benci Delvin yang dingin, Bella ingin Delvin yang selalu membuat Bella kesal, Bella ingin Delvin selalu membuat nya tertawa dengan tingkah konyol nya.

Apakah hubungannya akan berakhir sampai disini? jujur saja rasa sayang Bella kepada Arnan tumbuh kembali. Bella memang bodoh, tidak seharusnya ia membuka hati lagi untuk orang yang sudah pernah membuat hidup Bella hancur.

Namun, perasaan memang tidak bisa dipaksa. Di sisi lain, Bella pun sudah terlanjur sayang kepada Delvin. Kini hatinya terbagi menjadi dua, dua orang yang sama-sama berarti untuk kisah percintaan Bella.

Seakan alam mimpi sudah mengundang Bella. Perlahan Bella sudah mulai terlelap.
Laptop yang masih menyala, menyaksikan bahwa pemilik nya sedang tidak baik-baik saja. Oh kasihan, oh kasihan, aduh kasihan~

Delvin sedang berada di belakang rumahnya tepat disamping kolam renang. Ditemani dinginnya malam, petikan gitar terdengar begitu menenangkan. Entah lagu apa yang tengah Delvin nyanyikan. Jelas saja itu untuk melampiaskan kebosanannya.

Delvin sebenarnya rindu menjahili Bella, Delvin ingin sekali membuat Bella kesal seperti biasanya. Namun, keadaan seperti sekarang ini tidak memungkinkan bagi Delvin untuk melakukan itu semua.

Delvin ingin mengetes Bella, Bella berhak menentukan pilihan hati nya. Jika memang Bella lebih memilih Arnan, Delvin akan menerima nya dengan lapang dada.

Mungkin jika itu terjadi, Bella bukanlah sosok yang terbaik untuk Delvin, Delvin tahu itu. Karena ia percaya, semua akan indah pada waktu nya seperti judul lagu?

"Wayah!!"

Delvin yang sedang melamun sontak terkejut. "Laknat lo jadi adek!"

Alvin terkekeh pelan, lalu ikut duduk disamping Delvin.

"Bang lo kenapa? galau? putus ya sama bebep Bella? uluh tayang boto," Ledek Alvin.

Delvin menatap Alvin sinis, "anak kecil tau apa? seumuran lo ini mah belum pantes tau cinta-cintaan. Mending lo maen congklak gidah,"

"Iya tau yang udah gede mah."

"Iya lah emang gabosen kecil mulu?" Tanya Delvin.

"Anak kecil lebih bahagia bang, dia ga ngerti apa itu cinta, kalau main sesama lawan jenis gada kata cinlok cinlok. Pokoknya yang penting hidup nya main dan main sampe dipanggil emak suruh pulang, makan, main lagi." Ucap Alvin.

Delvin menganggukan kepala nya. "Bener juga,"

"Jadi kecil lagi yok bang?"

Delvin menatap Alvin tidak percaya. "Ngaco!"

"Maksud gue bukan kecil badannya, tapi kita flashback ke permainan yang dulu sering kita maen berdua di taman."

"Udah malem, kalo mau main, main aja sendiri. Gue mau tidur bye!"

BAD GIRL (si pengganggu)✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang