7

2.6K 270 9
                                    

Suasana dimeja makan ini sungguh tidak bersahabat. Jongin melirik ke ayahnya yang makan dengan tenang dikursi keagungannya. Ya, dia terlihat tenang, namun aura membunuh sangat terasa kental. Jongin berusaha bertingkah sewajarnya, seolah-olah tak mengingat apa yang terjadi kemarin, karena ia tak mau mati muda, tragisnya, dibunuh oleh ayah sendiri karena kebodohannya.

Selama 15 menit, Jongin beserta Ayah Ibu dan adiknya menyantap sarapan pagi dalam diam. Namun tiba-tiba Tuan Kim membuka suara.
"Kau akan ditunangkan, Kim Jongin" ucap Tuan Kim tegas.




Apa-apaan ini? Dari tadi diam, sekali bicara langsung membuat Jongin hampir mati spot jantung!

"Ditunangkan? Tidak!" bantah Jongin. Tentu saja. Siapa yang mau ditunangkan dengan orang yang tak kita cintai bahkan kita tak mengenalnya? Oh please, ini bukan jaman dinasti lagi, kenapa harus ditunangkan?!




"Kau harus mau, Jongin. Kau tak punya kuasa untuk menolak. Aku telah mengetahui semua kelakuan bejadmu selama ini! Jadi jangan coba membantahku!"




Nyonya Kim hanya diam melihat pertengkaran putra dan suaminya. Dia meminta Yeri untuk masuk ke kamarnya. Ini percakapan orang dewasa dan Yeri tidak harus mengetahui ini.





"Lucu sekali. Aku yang berbuat dan aku juga yang menanggungnya. Sampai kapanpun aku tidak akan menerima perjodohan ini! Aku bukan budakmu abeoji!"





"Jaga ucapanmu Jongin!" marah tuan Kim.



"Yeobbo tenanglah" Nyonya Kim mencoba menenangkan suaminya. Dia juga tidak bisa menolak kehendak suaminya ini.



"Apa abeoji pikir selama ini aku tidak berguna di keluarga ini? Apa karena aku sering melakukan hal bejad maka abeoji berhak seenaknya mengatur hidupku? Apa begitu?"






Tuan Kim mengurut pelipisnya pelan. Dia tidak tahu harus berbuat apa, ini demi kebaikan Jongin. Tuan Kim telah mengetahui semua kelakuan putranya ini. Dia tahu Jongin sering mengunjungi club dan melakukan one night stand. Dia tidak mau putranya semakin berbuat jauh. Walaupun dia tahu putranya ini tidak pernah mengecewakan keluarganya. Jongin sangat menjaga keluarganya, bahkan dia mampu mengembangkan perusahaan ayahnya tanpa bantuan dari sang ayah. Tapi untuk masalah kenakalannya, bukankah itu wajar untuk pria korea? Tapi tidak dengan Tuan Kim, dia tidak mau putranya terjerumus hal negatif.

"Kau akan tetap menerima perjodohan ini!"



* * *





Kim Jongin. Pria arogan. Dingin.
Dan sayangnya harus berulang kali ditekankan, bahwa dia begitu sangat tampan.


Penyebab kemarahannya pagi ini adalah ayahnya yang terus memaksa untuk melakukan perjodohan.

Ada apa dengan pernikahan? Apakah seseorang akan mati jika ia tidak menikah? Jongin membuat dirinya bepikir begitu keras selama perjalanan menuju kantor dan satu emosi yang siap meledak muncul di dalam benaknya. Well, ia butuh kopi. Biasanya ia akan menghabiskan beberapa gelas asupan kafein untuk membuatnya lebih rileks.





Jongin berjalan menuju meja kerjanya dan menekan dua digit angka pada telepon. Terdengar bunyi beep satu kali sebelum jaringan itu tersambung dengan seseorang.



"Aku butuh kopi dengan creamer. Segera!" tak menunggu sebuah balasan, Jongin mematikan sambungan dan menghempaskan tubuhnya pada kursi kerjanya.


Ia perlu merenggangkan otot kepalanya. Bersandar kebelakang, Jongin membiarkan matanya terpejam beberapa menit.




Tak lama dari itu Junmyeon datang dengan kopi ditangannya. Seharusnya bukan dia yang membawakan kopi itu, tapi dia merasa kasihan pada karyawan Jongin jika harus mengantarkan kopi pada Jongin yang sedang dalam emosi ini.






I'M TRAP [COMPLETE]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang