"Bagiku, tak ada kata yang mampu melukiskan kebahagiaanku saat kita bersama. Karena, semuanya terlalu indah jika hanya di utarakan lewat untaian kata." -ReynaGA
*****
"Loh, Rey. Lo kenapa?!" tanya Zulfa sedikit berteriak.
Reyna tersenyum tipis, "gak papa."
Kedua sahabat Reyna, Dicko, dan Agas masih pada tempat duduk yang sama seperti sebelumnya. Mereka tampak bingung saat melihat Reyna datang dengan raut wajah yang kusut.
"Biasalah, tuh nenek lampir gangguin Reyna lagi," ucap Ravel yang muncul dari belakang Reyna.
"Emangnya ada nenek lampir ya di sekolah?" tanya Dicko, ia berniat untuk mencairkan suasana. Tapi, yang ia dapatkan malah mendapat timpukan kertas dari Zulfa.
"Jadi Elsy masih gangguin lo, Rey?"
Reyna diam.
"Kamu diapain sama Elsy?" tanya Agas cepat.
"Cie khawatir ciee. Emang Reyna sebegitu pentingnya buat lo ya, Gas?" goda Zulfa menyenggol lengan Agas.
"Apaan sih? Gue gak papa kalik, Ravelnya aja yang nanggepinnya berlebihan," balas Reyna sebal.
Mungkin bagi perempuan lain akan senang jika mendapatkan perhatian secara langsung dari Agas, tapi tidak bagi Reyna. Ia sangat malu, ingin rasanya ia kabur lagi dari hadapan teman-temannya sekarang juga.
"Emang tuh cewek gak ada kapok-kapoknya. Padahal udah di kasih tau jangan ganggu Reyna, tapi tetep aja gangguin. Heran gue," ucap Zulfa mengomel.
"Cewek kayak dia mah gak akan paham sama omongan manusia," kata Mika santai.
Reyna menoleh ke arah Agas, sejenak mata mereka saling bertemu. Setiap kali ia memandang mata itu, ia selalu saja seperti terhipnotis dengan tatapan Agas. Namun, lagi-lagi rasa takut mengusik dirinya. Bisa saja perasaan yang Reyna rasakan saat ini hanyalah sementara.
"Tipe cowok idaman lo yang kayak gimana sih, Rey?" tanya Ravel berceletuk.
"Yang pasti gak kayak lo !!" balas Zulfa sewot.
"Nyambung aja lo. Lo denger gak? Gue tanya ke Reyna bukan lo !!" ucap Ravel.
"Yah kan gue jawab apa adanya. Reyna tuh suka sama cowok yang kayak Agas gitu, cuek-cuek bikin penasaran. Ya gak, Rey?"
Reyna yang menjadi objek pembicaraan mereka hanya tertunduk malu-malu.
"Alahh bilang aja lo cemburu."
"Dih ogah banget," balas Zulfa bergidik geli.
"Udah-udah, ko jadi pada ribut sih," ucap Mika mencoba untuk menengahkan.
"Awas ati-ati jangan terlalu benci, entar kalo jatuh cinta baru tau rasa lo," ucap Dicko sambil memainkan game di ponselnya.
"Idihh, mending gue sama Reyna dari pada sama dia," balas Ravel menunjuk ke arah Zulfa.
"Siapa juga yang mau sama lo !!"
Tett tettt tetttttt
Bel akhirnya berbunyi. Mereka kembali ke bangkunya masing-masing. Reyna memasukkan buku dan alat tulisnya ke dalam tas. Tapi, ia merasa ada yang kurang. Gadis itu menghentikan aktivitasnya, ia berfikir sejenak.
Mampus, novel gue mana?
Reyna mulai mencari keberadaan novelnya. Ia kembali mengeluarkan isi tasnya ke atas meja, berharap novelnya ada di sana. Namun, ternyata tidak ada. Reyna menghela napas berat, ia kembali mencari novelnya di bawah bangku.
"Lo ngapain Rey ngejongkrok di sono?" tanya Mika pada Reyna.
"Ahh anu ngambil pulpen gue yang jatuh," balas Reyna asal. "Lo sama Zulfa pulang duluan aja, entar gue nyusul deh," lanjutnya.
"Oh ya udah, kita duluan ya."
Reyna mengangguk menyetujui.
"Duhh, dimana sih novelnya," ucap Reyna mendengus sambil menggaruk-garuk kepalanya karena frustasi.
Keadaan kelas mulai sepi, Reyna bisa lebih leluasa mencari novelnya yang entah ada dimana.
"Cari ini ya?" tanya Agas mengangkat novel itu pada Reyna.
Reyna membulatkan matanya, ia merubah posisinya menjadi berdiri menghadap Agas.
Kok novelnya bisa ada di Agas?
"Loh itu kan novel aku," ucap Reyna ingin mengambil novelnya dari tangan Agas, tapi Agas langsung menjauhkan novel itu dari Reyna.
"Eitsh, enak aja. Ada syaratnya"
Reyna melipat kedua tangannya di depan dada, pipinya mengembung karena gemas dengan sikap Agas yang menyebalkan. Ingin rasanya ia mencakar wajah Agas saat ini juga, "syarat apaan sih?" tanyanya.
"Pulang bareng," balas Agas menyengir.
"Gak mau, lagipula aku kan sekarang dijemput sama bang Bian."
"Yahh, okedeh. Gimana kalo aku nemenin kamu nunggu bang Bian?"
Reyna mengangguk ragu, ia tidak enak jika harus menolak permintaan Agas.
Mereka jalan bersamaan keluar kelas, Reyna sesekali tertawa kecil saat Agas mencoba membuat candaan yang bahkan tidak lucu sama sekali. Tepat di depan pos satpam, ada Elsy cs yang memandang tak suka ke arah Reyna dan Agas.
"Cover novelnya bagus, gambar cewek sama cowoknya juga lucu," ucap Agas.
"Iya," balas Reyna tersenyum.
"Kayak..." ucap Agas menggantung kalimatnya.
"Kayak??" balas Reyna penasaran.
"Kita," Agas semakin mempercepat langkahnya.
"Ihh sejak kapan kamu pinter gombal?" balas Reyna sambil mengejar Agas.
TBC 😊
-Atrapado-
Chapter 11? Done
Tunggu kisah Atrapado di chapter selanjutnya ya
Jangan lupa Vote and Comment juga :)
Thank you 💕
KAMU SEDANG MEMBACA
Atrapado [Completed]
Teen FictionReyna Grisselle Arsenio adalah gadis remaja yang kaku, cuek, memiliki gengsi yang tinggi dan sulit bergaul. Karna kekakuannya, Reyna tidak memiliki banyak teman. Namun disisi lain, ada cowok yang diam-diam mendekati Reyna. Tidak bisa dipungkiri, Rey...