"Seseorang yang baik pada kita, bukan berarti dia ada perasaan lebih ke kita. Jangan gampang menyimpulkan perasaan seseorang. Karena kalau yang terjadi gak sesuai dengan harapan, hati lo yang bakalan jadi korbannya." -Author
*****
Happy Reading 😊
Setelah mengatur napas sambil membungkuk, Reyna menegakkan tubuhnya. "Udah ahh capek lari-lari mulu," ujar Reyna. Ia berjalan dan duduk di kursi taman sekolah.
"Tumben kamu gak bareng Mika sama Zulfa?" tanya Agas setelah duduk di samping Reyna.
"Kalo bareng mereka banyak ributnya, nanti yang ada malah gak jadi ngelukis."
Agas hanya ber oh ria sambil menatap ke segala penjuru sekolah. Seketika, suasana menjadi canggung. Reyna juga tidak tahu harus mengatakan apa lagi agar tidak terlihat kikuk di depan Agas. Keduanya sibuk dengan pikiran mereka masing-masing. Hingga beberapa menit kemudian, Reyna yang memulai pembicaraan.
"Temen-temen kamu mana?" tanya Reyna.
"Dicko atau Ravel nih? Oh aku tau, ini pasti alasan kamu kan biar nantinya bisa tanya-tanya tentang Ravel?" guraunya pada Reyna.
"Enggak."
"Bukannya kamu suka sama Ravel?"
"Kata siapa? Enggak kok," jawab Reyna mengelak.
"Trus kalo bukan Ravel, siapa?"
"Gak ada," balas Reyna, sedari tadi ia berusaha menutupi rasa gugupnya dari Agas.
Untuk apa dia menanyakan hal sensitif seperti ini, apakah dia ingin menjebak Reyna agar bisa mengetahui perasaan Reyna yang sesungguhnya. Kalau sudah begini, pasti hanya satu hal yang ada di pikirannya. Ia ingin menghilang dari hadapan Agas sekarang juga.
"Kirain suka aku," ucap Agas santai.
Degg...
Tubuh Reyna seketika mematung.
Gue gak salah denger kan? Tenang Rey tenang, jangan nunjukin kalo lo sekarang lagi salah tingkah.
Melihat ekspresi wajah Reyna yang terkejut, Agas tertawa cekikikan hingga membuat bahunya bergerak-gerak, "bercanda kok. Gak usah tegang gitu dong wajahnya," ucap Agas.
"Haha lucu," balas Reyna dengan tawa yang dibuat-buat.
"Loh kok di lapangan rame?" tanya Reyna yang melihat banyak siswa di lapangan olahraga.
Agas melihat ada salah satu siswa yang sedang berjalan di depan mereka. Akhirnya ia berdiri untuk bertanya pada siswa itu, "ada apaan di sono?"
"Pacarnya si Nino anak kelas X Bahasa lagi ulang taun. Gue ke sana dulu ya, takut gak kebagian kue tart," jawabnya dan langsung melesat ke lapangan.
Agas kembali duduk, "ada yang ulang taun katanya."
"Ohhh."
"Ribet banget ya pacaran jaman sekarang. Ulang taun aja sampe dirayain kayak gitu," kata Agas.
Namanya juga pacaran, batin Reyna.
"Rey, diajak ngomong kok malah diem aja?"
"Hah, anu...oh iya kamu ulang tahunnya kapan?" tanya Reyna mengalihkan topik pembicaraan.
Agas mengerutkan dahi, "25 Agustus."
"Berarti kemarin lusa, kok kamu gak bilang?" protes Reyna.
"Kamunya gak nanyak."
Hening...
"REYNAAA AGASSS!!" panggil Zulfa.
Mampus!!
Sahabat Reyna itu berlari menuju kearahnya. Mendengar teriakan dari Zulfa, Reyna sontak menoleh dan mengubah posisinya menjadi berdiri.
"Ehem, duh berduaan mulu. Kalian udah..." Zulfa menggantungkan kalimatnya, tangannya menunjuk kearah Reyna dan Agas.
"Oh iya gue lupa, lo tadi ngajak gue ke ruang OSIS kan buat nemenin Mika? Ya udah, gue ke sana dulu ya, Gas," ucap Reyna, ia berjalan menjauh dari tempatnya semula.
Sebelum Zulfa berkata yang aneh-aneh, lebih baik ia menjauhkan Zulfa dari Agas terlebih dulu. Bukan apa-apa, berhubung mulut Zulfa yang terlahir suka asal jeplak. Ia tidak ingin sahabatnya itu nanti malah membuatnya malu di depan Agas.
"Cie yang makin lengket sama Agas."
"Hmm," balas Reyna berdeham.
"Gue pengen deh, Rey kayak lo."
Reyna mengerutkan keningnya, "emangnya gue kenapa?"
Hening, Zulfa tampak menarik napas sejenak. Lalu melanjutkan ucapannya, "lo suka sama Agas, dan respon Agas baik kan? Lo enak bisa deket sama Agas, makin deket malah. Kira-kira gue kapan ya bisa kayak gitu?" jelas Zulfa.
"Ya kan dia temen gue, Fa. Jadi wajar kalo dia deket sama gue," balas Reyna menanggapi ucapan dari sahabatnya.
"Gue heran deh sama lo, sebenernya lo itu suka sama Agas atau enggak sih?"
Reyna diam, ia memasuki kelas dan melihat teman-temannya sedang berkumpul menjadi satu. Tangannya di tarik oleh Zulfa untuk mendekat ke tempat ketua kelas berdiri.
"Ini kenapa pada kumpul semua, Gal?" tanya Zulfa.
Galih menoleh menghadap Zulfa, "oh ini ada tugas dari Bu Rosma tentang bab tiga. Jadi kita di suruh buat peta konsep pake kertas karton, trus nanti di presentasikan di depan kelas."
"What??? Ini tugas individu?" tanya Zulfa dengan suara yang keras, matanya terbelalak memandang Galih.
"Tenang mbak bro, tugasnya berkelompok kok. Satu kelompok ada 2 orang, dan kelompoknya sudah ditentuin sama Bu Rosma."
"Ahh syukurlah," kata Zulfa bernapas lega.
"Iya, lo sekelompok sama gue, Rey," ujar Ravel yang tiba-tiba ada di sebelah Reyna.
Mendengar ucapan itu, seketika raut wajah Zulfa berubah. Ia langsung berlalu dan pergi ke tempat duduknya.
TBC 😊
-Atrapado-
Chapter 15? Done
Tunggu kisah Atrapado di chapter selanjutnya
Jangan lupa Vote and Comment juga ya :)
Thank you 💕
KAMU SEDANG MEMBACA
Atrapado [Completed]
Teen FictionReyna Grisselle Arsenio adalah gadis remaja yang kaku, cuek, memiliki gengsi yang tinggi dan sulit bergaul. Karna kekakuannya, Reyna tidak memiliki banyak teman. Namun disisi lain, ada cowok yang diam-diam mendekati Reyna. Tidak bisa dipungkiri, Rey...