"Jatuh cinta seringkali membuat seseorang menjadi bingung. Dia yang kamu cintai belum tentu mencintai kamu. Begitupun dengan dia yang mencintai kamu, belum tentu kamu juga mencintainya. Oleh sebab itu, pikirkan baik-baik siapa yang akan kamu pilih. Dia yang mencintai kamu atau dia yang kamu cintai. Jangan sampai penyesalan yang datang menghampirimu." -Author
*****
Happy Reading 😊
Sore ini, Reyna dan Ravel sepakat untuk pulang bersama. Ravel terlebih dulu mengantar Reyna ke rumahnya untuk berganti baju. Tak lama kemudian, mereka langsung bergegas membeli bahan keperluan untuk mengerjakan tugas kelompok dari Bu Rosma. Tak banyak yang mereka beli, karena Reyna sudah memiliki sebagian bahannya. Setelah merasa beberapa bahan sudah dibeli, Reyna pikir ia akan langsung pulang ke rumahnya. Tapi, ternyata Ravel masih mengajaknya jalan-jalan.
"Sebenernya kita mau ke mana sih?" Sudah berulang kali Reyna bertanya pada Ravel, namun lelaki itu tidak memberi tahu ke mana mereka akan pergi.
"Jangan bilang lo mau culik gue," ucap Reyna curiga.
Mendengar itu, Ravel tertawa kecil dibalik helm yang dia pakai. Ia terus melajukan motornya ke tempat yang ingin ia datangi bersama Reyna. Di sepanjang perjalanan, pikiran Reyna selalu tertuju pada sosok Agas. Apa yang ia rasakan saat ini, sangat berbeda dengan apa yang ia rasakan saat bersama Agas.
Mengingat matahari yang perlahan mulai tenggelam, ia mengeluarkan ponselnya untuk mengabari Bian.
ReynaGA: Bang, bilangin ke bunda. Gue masih ngerjain tugas kelompok.
1 detik
2 detik...
Tak ada balasan dari Bian. Hingga satu menit kemudian, Bian membalas pesan dari Reyna.
BangBian: Ngerjain tugas apa asik pacaran lo?
Mata Reyna terbelalak membaca pesan dari Bian. Kakaknya itu selalu saja ingin tahu urusan pribadinya. Ia mengetikkan beberapa kata di ponselnya sembari tersenyum jail.
ReynaGA: Abangku yang tua. Dilarang kepo sama urusan anak muda yaa
Reyna dengan sengaja mengetikkan itu, karena Bian paling tidak suka kalau ada orang yang mengatakan bahwa dirinya tua. Ia yakin, Bian pasti sedang menahan emosi di dalam kamarnya.
"Udah sampek, yuk masuk," ajak Ravel sambil melepas helmnya.
"Oh iy--iya," balas Reyna kikuk.
Mereka mulai memasuki tempat itu. Setiap langkahnya, Reyna selalu takjub dengan pemandangan yang ada di sana. Bebatuan kecil dan pohon-pohon yang rindang membuat udara di sana sangat sejuk. Beberapa tempat di sediakan dan dibuat sangat menarik untuk dijadikan objek foto. Saat ini, Ravel membawanya ke salah satu tempat wisata yang ada di Bandung.
Setelah mereka puas mengelilingi seluruh penjuru dan menikmati pemandangan, akhirnya mereka memilih untuk duduk di kursi panjang yang terbuat dari kayu. Kursi itu terlihat mewah dengan ukiran yang sangat indah.
Ravel tak henti-hentinya menatap Reyna, ia senang karena sedari tadi Reyna selalu menampilkan senyuman manisnya.
"Makasih ya, udah bawa gue ke sini," ucap Reyna dengan tatapan yang lurus ke depan.
"Sama-sama. Gue boleh tanya gak?" balas Ravel memandang Reyna.
Reyna mengangguk.
"Lo sama Agas ada hubungan apa sih? Gue liat-liat lo kayaknya deket banget sama Agas," ujar Ravel ingin tahu.
Reyna menegang, "emm--anu cuma temen kok," balasnya sambil tersenyum kaku.
"Ah masa? Tapi kok gue liatnya kayak yang lebih dari temen?"
"Sebenernya..." Reyna tidak melanjutkan kalimatnya, ia sadar bahwa selama ini ia dan Ravel tidak terlalu akrab. Jadi ia tidak seharusnya bercerita pada lelaki itu.
"Sebenernya? Cerita dong, tenang aja gue bisa jaga rahasia kok."
Apa gue cerita aja ya? Dia kan temen deket Agas, kali aja gue nanti bisa dapet info banyak tentang Agas.
"Rey, kok malah bengong?"
"Hah?" Reyna kembali kikuk.
"Sebenernya apa?"
"Emm, sebenernya...sebenernya gue emang suka sama Agas, tapi gak tau deh kalo Agas," ucap Reyna berkata jujur. Suaranya terdengar sangat kecil, namun masih bisa didengar oleh Ravel.
Lelaki itu sangat terkejut dengan pernyataan Reyna barusan, tetapi ia berusaha untuk biasa saja di depan Reyna.
"Ternyata lo beneran suka sama Agas? Beruntung banget ya si Agas."
"Oh iya, lo tau gak?" tanya Reyna yang baru saja mengingat satu hal.
"Tau apa, Rey?" Ravel bertanya balik.
"Zulfa tuh sebenernya suka sama lo," jelas Reyna dengan raut wajah serius.
Ravel tertawa, "Zulfa? Suka sama gue?? Mana mungkin, lo ternyata bisa bercanda juga ya?"
"Ihh gue serius!!"
Raut wajah Ravel berubah jadi datar, "tapi gue gak suka sama dia. Gue gak tahan sama sifatnya yang cerewet itu. Lagian lo tau sendiri kan, setiap gue ketemu sama dia pasti ribut."
"Setidaknya lo coba deketin dia, kali aja lama-kelamaan lo nyaman sama dia," ujar Reyna sungguh-sungguh.
"Oke, gue coba. Tapi kalo misal gue tetep gak bisa, jangan paksa gue lagi buat suka sama dia."
Reyna mengangguk.
"Udah malem, pulang yuk," ajak Ravel.
"Iya."
Dengan perasaan tidak tenang, Ravel kemudian mengantar Reyna pulang ke rumahnya.
TBC 😊
-Atrapado-
Chapter 16? Done
Tunggu kisah Atrapado di chapter selanjutnya ya
Jangan lupa Vote and Comment juga:)
Thank you 💕
KAMU SEDANG MEMBACA
Atrapado [Completed]
Teen FictionReyna Grisselle Arsenio adalah gadis remaja yang kaku, cuek, memiliki gengsi yang tinggi dan sulit bergaul. Karna kekakuannya, Reyna tidak memiliki banyak teman. Namun disisi lain, ada cowok yang diam-diam mendekati Reyna. Tidak bisa dipungkiri, Rey...