"Terima kasih karena kamu telah mendatangkan cinta dan menghapus luka. Mungkin aku bisa saja berpura-pura kamu tak melakukan semua itu, tapi sejujurnya aku terlalu sulit untuk berbohong bahwa aku sangat bahagia bisa bersamamu."
-ReynaGA*****
Happy Reading 😊
Terik matahari mulai menyengat kulit Reyna. Hari ini jalanan di kota dipenuhi oleh kendaraan bermotor. Reyna yang tengah duduk di jok belakang motor celingak-celinguk mencari keberadaan motor yang dikendarai oleh Agas.
Hal ini bermula dari Ravel yang mengajak Reyna, Mika, Dicko, dan Zulfa untuk bermain ke rumah Agas. Dengan senang hati mereka mengiyakan ajakan itu. Setelah Agas dan semuanya setuju, Dicko sempat bertanya siapa saja yang saat ini membawa motor selain dirinya. Lalu, Mika dan Ravel mengatakan bahwa mereka membawa motor. Dengan begitu, Dicko mulai memberi tau siapa yang nantinya akan duduk bersama dalam satu motor.
Awalnya, Dicko menyuruh Agas bersama Reyna, namun Agas menolaknya. Ia tidak ingin nanti kedua sahabatnya semakin curiga tentang kedekatannya dengan Reyna. Kekasihnya itupun juga mengerti mengapa Agas bersikap seperti itu. Tak lama kemudian, terjadilah kesepakatan diantara mereka, yaitu Dicko dengan Agas, Mika dengan Zulfa, dan Reyna dengan Ravel.
"Lo nyari apa, Rey?" tanya Ravel, ia melihat Reyna dari kaca spionnya seperti sedang mencari sesuatu.
"Eng--enggak ada," kata Reyna sambil tersenyum tipis.
"Oh iya lo tau gak. Sebenernya waktu awal-awal masuk SMA, gue sama Agas pernah jatuh di daerah ini. Tepatnya di deket bengkel sana," ujar Ravel menunjuk kearah bengkel dengan tangan kiri yang masih menyetir.
"Trus?"
"Kita di tolongin sama orang yang punya bengkel itu, sumpah dia baik banget, Rey. Gue sama Agas di beliin makanan, apalagi makanannya kesukaan gue. Trus motornya Agas juga di benerin sama dia secara gratis. Baik gak tuh?" ucap Ravel mulai bercerita.
"Makanan kesukaan lo?"
"Iya, gue suka banget sama nasi Padang."
"Kalo Agas?" tanya Reyna.
"Gue sih ga tau, tapi gue sering banget liat dia makan bakso pas di kantin."
"Ohh, kayaknya lo suka pedes," tebak Reyna pada Ravel.
"Kok lo tau? Gue emang suka sama makanan yang pedes-pedes, soalnya kayak yang bikin tambah semangat gitu."
"Kalo Agas?"
Mendengar ucapan itu, Ravel langsung mengerem motornya mendadak. "Eh sorry," ucapnya pada Reyna. Lalu, ia melajukan lagi motornya dengan kecepatan sedang.
"Rey, sebenernya lo tanya tentang gue apa Agas sih?" kata Ravel di balik helm yang menutupi wajahnya.
Reyna diam, tak tahu harus menjawab apa, "aa--abis ini belok apa masih terus, Rav?" katanya mengalihkan topik pembicaraan.
"Maksudnya?"
"Rumahnya Agas," ucap Reyna terlihat canggung.
"Ohh bentar lagi udah sampe kok."
Setelah itu, tak ada lagi percakapan diantara mereka. Dalam hati, Reyna merutuki dirinya sendiri karena secara tidak langsung ia telah menimbulkan kecurigaan. Walaupun Reyna sudah terlanjur memberi tahu Ravel kalau ia menyukai Agas, tetap saja Reyna tidak ingin jika nanti Ravel akan bertanya banyak hal padanya.
Berbeda dengan kecanggungan antara Reyna dan Ravel. Di belakang motor mereka, ada Mika dan Zulfa yang sedari tadi ribut sambil mengikuti arah motor yang dikendarai Ravel.
Tampaknya, Zulfa sedikit cemburu karena lelaki yang disukainya sedang memboncengi sahabatnya sendiri. Ia terus saja mengoceh meluapkan kekesalannya pada Mika.
"Seharusnya tuh gue yang ada di sana. Ngapain sih Reyna mau-mau aja dibonceng sama Ravel, pacarnya siapa boncengnya sama siapa!! Dia gak peka amat jadi sahabat," ucap Zulfa sangat kesal.
"Lo gak capek apa ngoceh mulu dari tadi? Liat noh semua orang pada ngeliatin lo, malu dikit napa," balas Mika mulai jengah dengan sikap Zulfa.
"Masa bodo sama semuanya. Lagian Agas bego banget jadi cowok, kenapa sih pake acara sembunyi-sembunyi segala tentang hubungannya sama Reyna. Padahal kan Ravel sama Dicko sahabatnya sendiri. Heran gue sama jalan pikirannya tuh cowok," kata Zulfa terus meluapkan emosinya.
Cittttttttt
Motor yang dikendarai Mika dan Zulfa tiba-tiba terhenti. Wajah Mika terlihat menakutkan seperti ingin mencakar mulut Zulfa yang sedari tadi tidak bisa diam.
"Hati-hati dong, Dek. Untung aja anak saya gak kenapa-napa. Kalau sampe terjadi apa-apa sama anak saya, saya bisa aja tuntut kalian ke kantor polisi," protes Ibu itu yang hampir tertabrak motor Mika.
"Maaf ya, Bu. Saya gak sengaja," ucap Mika sopan.
Ibu pengendara motor itu terus mengomel pada Mika, ia tidak terima karena hampir saja nyawanya dan anaknya hilang gara-gara dua orang yang ada di depannya ini. Zulfa tak menanggapi ocehannya, wajahnya terlihat begitu santai. Ia bersandar di motor Mika sambil melipat kedua tangannya di depan dada.
Beberapa menit kemudian, Mika mendengus kasar menatap tajam kearah Zulfa. "Puas lo?! Tekor lima puluh ribu deh gue," gerutu Mika.
"Salah sendiri nyetirnya gak bener," balas Zulfa menyalahkan Mika.
"Kok lo malah nyalahin gue? Ini tuh gara-gara mulut lo yang dari tadi berkicau mulu. Lagian lo ngapain sih ngurusin percintaannya Reyna sama Agas. Biarin aja mereka ngejalanin hubungan mereka dengan caranya sendiri. Mereka aja santai-santai aja, kenapa lo yg ribet?!" cerca Mika tanpa henti.
"Tapi kan kenapa harus Ravel? Reyna kan bisa boncengan sama Dicko."
"Lo gak usah lebay deh, Fa. Kalo lo mau bareng mulu sama Ravel, ya udah lo jujur aja ke dia, bilang lo suka sama dia. Beres kan."
Bener juga sih, ucap Zulfa dalam hati.
TBC 😊
-Atrapado-
Chapter 24? Done
Tunggu kisah Atrapado di chapter selanjutnya
Jangan lupa Vote and Comment juga ya :)
Thank you 💕
KAMU SEDANG MEMBACA
Atrapado [Completed]
Teen FictionReyna Grisselle Arsenio adalah gadis remaja yang kaku, cuek, memiliki gengsi yang tinggi dan sulit bergaul. Karna kekakuannya, Reyna tidak memiliki banyak teman. Namun disisi lain, ada cowok yang diam-diam mendekati Reyna. Tidak bisa dipungkiri, Rey...