"Mungkin cinta masih bisa dicari, tapi menemukan sahabat yang benar-benar tulus dan peduli, itulah yang tidak mudah kita temui."
-Author*****
Zulfa melihat jam mungil yang melingkar di tangannya. Sudah lima menit ia berdiri menunggu Pak Bono yang tengah memperbaiki mobilnya yang mogok. Pak Bono adalah sopir pribadi keluarga Zulfa sejak ia masih bersekolah di sekolah dasar. Jadi sudah tak heran lagi kalau pria itu dianggap keluarga di rumahnya.
Zulfa berdecak kesal. Ditambah lagi teriknya matahari membuatnya merasa gerah.
"Gimana, Pak?" tanya Zulfa.
"Kayaknya mobil non Zulfa harus di bawa ke bengkel deh non, soalnya rusaknya parah."
"Yahh, trus saya gimana dong ke sekolahnya? Mana bentar lagi udah bel masuk."
"Kalo menurut saya mending naik angkot aja, non."
"Terus bapak gimana?"
"Nanti biar saya cari bengkel terdekat aja, non."
Zulfa mengangguk pasrah, dalam hati ia terus menggerutu karena sepuluh menit lagi bel masuk berbunyi.
Sialan, kalo tau bakalan kayak gini, mending kan gue bolos aja tadi, batinnya mengumpat.
Tak lama setelah itu, Zulfa dikejutkan dengan motor yang berhenti di depannya. Tiba-tiba jantungnya berdegup kencang, pasalnya ia tahu betul siapa pemilik motor itu.
Ravel??
"Mobilnya kenapa?" tanya lelaki itu setelah membuka helmnya.
"Biasalah mogok," jawab Zulfa seperlunya.
"Trus lo naik apa ke sekolah?"
"Niatnya sih mau naik angkot."
"Gimana kalo berangkatnya bareng sama gue aja?" tawar Ravel.
"Oke," balas Zulfa cepat.
Setelah sadar dengan apa yang diucapkannya barusan, Zulfa langsung menutup mulutnya cepat. Batinnya menyumpah serapahi dirinya sendiri karena lagi-lagi ia mempermalukan dirinya di depan Ravel. Lelaki itu hanya tertawa kecil mendengar jawaban Zulfa yang frontal. Padahal kebanyakan perempuan pasti akan jual mahal ketika ada seorang laki-laki yang mengajaknya pergi, namun hal ini tidak berlaku untuk Zulfa.
"Kok lo malah diem? Katanya mau berangkat bareng, buruan naik ntar telat loh."
"I--iya," Zulfa tersenyum kikuk sebelum akhirnya naik ke motor Ravel.
"Duluan ya, pak," pamitnya pada Pak Bono yang dibalas acungan jempol.
Jika sudah begini, hilang sudah kecerewetan dan kebawelan Zulfa selama ini. Bukankah disini terlihat jelas siapa yang bisa menghentikan kecerewetan Zulfa?
Dan benar saja. Sesampainya mereka di sekolah, pintu gerbang sudah di tutup. Zulfa beberapa kali memanggil pak satpam, namun kenyataannya malah nasib sial yang datang. Guru piket yang bertugas hari ini tak sengaja melihat mereka berdua berada di luar gerbang, hal itu sontak membuat mereka mendapat hukuman lari sepuluh kali putaran. Bagi Zulfa, ini bukan lagi nasib sial melainkan nasib beruntung. Karena pertama, ia tidak perlu capek-capek mendengarkan guru menjelaskan materi di kelas, kedua bisa berduaan bersama Ravel, dan ketiga ia bisa ke kantin tanpa menunggu jam istirahat.
KAMU SEDANG MEMBACA
Atrapado [Completed]
Teen FictionReyna Grisselle Arsenio adalah gadis remaja yang kaku, cuek, memiliki gengsi yang tinggi dan sulit bergaul. Karna kekakuannya, Reyna tidak memiliki banyak teman. Namun disisi lain, ada cowok yang diam-diam mendekati Reyna. Tidak bisa dipungkiri, Rey...