Atrapado 14

1.5K 72 2
                                    

"Setiap kali menatap matamu, selalu ada kenyamanan di sana. Setiap kali di dekatmu, selalu ada kebahagiaan yang kurasa. Dan aku berharap, semoga bukan aku saja yang merasakannya"
-AggasheGA

*****

Happy Reading 😊

Pagi ini jadwal mata pelajaran di kelas Reyna adalah seni melukis. Bu Yanti sebagai guru seni budaya mengarahkan pada semua muridnya untuk keluar kelas. Tanpa berpikir panjang, Reyna dan temannya yang lain segera bergegas menyiapkan alat dan bahan untuk melukis.

Semuanya berhamburan keluar kelas. Tetapi, Reyna memilih diam dan menunggu temannya keluar terlebih dahulu. Setelah semuanya berkumpul, Bu Yanti langsung menjelaskan tema apa yang akan di lukis oleh muridnya.

"Selamat pagi semua. Hari ini saya akan memberi tahu tema apa yang harus kalian lukis. Saya ingin kalian melukis suatu objek yang ada di sekolah ini. Contohnya seperti taman sekolah, perpustakaan, lapangan olahraga dan lainnya. Buatlah sebagus dan semenarik mungkin, mengerti?" jelas Bu Yanti.

"Mengerti, Bu," jawab mereka serentak.

Reyna, Mika, dan Zulfa segera bergegas mencari objek yang menarik untuk mereka lukis.

"Gini nih yang bikin gue males, ngapain coba pake ada materi melukis segala. Boro-boro ngelukis kayak ginian, gambar pemandangan gunung trus ada rumahnya aja gue masih belepotan," kata Zulfa yang mulai mengomel.

"Lo ngapa jadi protes ke kita? Protes aja sono ke Bu Yanti," jawab Mika.

"Lukis aja apa yang lo bisa, Fa," ucap Reyna.

"Masalahnya gue gak bisa semua, Rey."

"Ya udah sih lukis apa kek gitu, yang penting kan lo dapet nilai. Beres deh urusannya," balas Mika dengan santainya.

Mereka berhenti dan duduk di pinggir lapangan olahraga. Reyna mulai sibuk memikirkan objek apa yang akan ia lukis. Namun, konsentrasinya seketika buyar saat ia melihat Agas yang berada di seberang lapangan sedang menatap ke arahnya. Jantungnya kembali berdegup kencang, ia memalingkan wajahnya ke arah lain.

"Rey, lo di liatin tuh sama Agas. Samperin gih buruan," ucap Mika yang sadar saat Reyna diperhatikan oleh Agas.

Reyna menggeleng pelan, "geng--" ucapan Reyna terputus.

"Gengsi aja terus sampe Pak Tarno jadi Power Rangers," jawab Zulfa asal.

Reyna tak menjawab. Sejenak mata Reyna memandang taman yang tempatnya tak jauh dari lapangan sekolah.

Kok gue baru kepikiran ya?

Gadis itu mengambil buku gambar dan alat lukisnya yang lain. Ia berdiri sambil membersihkan roknya dari debu.

"Mik, Fa, gue mau ke sana dulu ya," ucapnya menunjuk ke arah taman.

"Yaelah, bantuin gue gambar dulu dong."

"Minta tolong ke Mika, oke."

Reyna melangkah menjauh dari mereka.

"JANGAN LUPA ENTAR GUE MINTA CATNYA, REY," teriak Zulfa.

"Gak modal banget sih lo, Fa" ucap Mika.

"Biarin, lo kan tau sendiri gue gak suka gambar."

Saat ini, Reyna tengah fokus menggambar. Ia duduk di bawah dengan beralaskan rumput-rumput kecil. Ya, ia menggambar salah satu tempat ketika ia sedang bersama Agas. Pohon rindang dengan kursi panjang yang terbuat dari besi. Tangannya bergerak dengan lihai di atas buku gambar. Yang pertama ia lakukan yaitu menggambar bagian pohonnya terlebih dulu, kemudian ada awan di atas dan samping pohon. Setelah itu barulah ia menggambar bagian kursinya.

"Ngapain duduk di sini?" tanya seorang laki-laki yang berdiri di belakangnya.

"Agas, ngagetin tau gak!" seru Reyna seraya mengelus dadanya.

Agas hanya tersenyum tipis pada Reyna, "maaf maaf. Aku gak ada maksud buat ngagetin kamu kok," balas Agas. Reyna hanya mendengus kasar.

"Lagian kamu ngapain duduk di bawah? Kan di sana masih ada kursi," ucap Agas lagi.

"Aku kan masih ngegambar."

"Jelek banget kursinya, sini aku bantuin perbaiki," kata Agas sambil duduk di belakang Reyna.

Agas memegang pensil yang masih berada di tangan Reyna. Gadis itu menatap ke arah Agas. Mata mereka bertemu dan beradu pandang dengan jarak yang cukup dekat, sampai akhirnya Reyna yang mengalihkan tatapannya terlebih dulu.

Mampus, jantung gue rasanya mau meletus

"Jangan dirusak ihh, makin jelek entar gambarnya," seru Reyna untuk mengalihkan perasaan geroginya pada Agas.

"Bagusan juga punya aku."

"Mana? Sini liat," balas Reyna tak percaya.

Reyna dengan cepat merebut buku gambar milik Agas. Ia membukanya, namun tak ada segaris pun gambar yang terlihat di sana.

"Bagus apaan, kosong kayak gini apanya yang bagus coba?" protes Reyna yang dibalas dengan cengiran lucu dari Agas.

"Maksudnya tuh bagus di imajinasi aku. Idenya kan masih aku simpen di otak," jawab Agas.

"Suka-suka kamu aja deh."

"Apa? Kamu suka aku?"

Bola mata Reyna melotot mendengar ucapan itu dari Agas, ia memukul-mukul lengan Agas dengan kedua tangannya. Lelaki itu tak mau tinggal diam, Agas lari menjauh dari jangkauan Reyna. Lalu, terjadilah aksi kejar-kejaran diantara mereka.

TBC 😊

-Atrapado-

Chapter 14? Done
Tunggu kisah Atrapado di chapter selanjutnya ya
Jangan lupa Vote and Comment juga:)
Thank you 💕

Atrapado [Completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang